Pernahkah kita mendengar kisah tentang Khalifah Harun al-Rasyid yang mau menemui ulama. Ia adalah raja adidaya yang bertahta di masa Bani Abasiyah. Wilayah kekuasaannya amat luas. Jauh lebih luas dibanding Bumi Pertiwi ini.
Ia juga penguasa yang kuat, yang mampu membawa kekhalifahan Islam berada pada masa keemasan. Ia mampu membangun Baghdad sebagai salah satu pusat ilmu pengetahuan dunia pada saat itu.
Pemimpin perkasa seperti beliau amat menghormati ulama. Dalam sebuah kisah yang masyhur diceritakan bahwa beliau mendatangi Imam Malik dan duduk dengan takzim di hadapannya untuk mendengarkan pembacaan kitab al-Muwattha’, kitab yang ditulis oleh Imam Malik.
Tak sekadar itu, sang khalifah sempat ditegur oleh Imam Malik karena kedapatan bersandar saat sang imam membacakan kitabnya. Menurut Imam Malik, bersandar dalam majelis ilmu bukanlah adab yang baik. Sang khalifah pun patuh kepadanya.
Para ulama memang dikenal sebagai seorang pribadi yang baik dan santun. Maka hormati ulama dengan menemuinya. Sebab, kata Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam dalam Hadits yang diriwayatkan oleh Tirmidzi,
Ulama adalah pewaris Nabi. Barang siapa menyakiti ulama, berarti dia telah menyakiti Rasulullah.”
Amat disayangkan apabila ada seorang penguasa negeri yang menutup pintu dan menghindar saat ulama mau menemuinya.
Tidaklah seorang pemimpin atau seorang penguasa menutup pintunya dari orang-orang yang memiliki kebutuhan, keperluan, serta orang-orang fakir kecuali Allah akan menutup pintu langit dari keperluan, kebutuhan dan hajatnya.” (Hadist As Shahihah Syaikh Al Bani)