Panglima penakluk Persia, yang melimpahi Madinah dengan harta. Sa’ad bin Abi Waqqash namanya, sang singa yang menyembunyikan kukunya, menitikkan air matanya ketika memasuki Balairung Kisra.
Melihat megah pilar, anggun mahlighai, gemerlap singgasana, dan mahkota berjejal permata; Sa’ad melantun firman-Nya Surat Ad-Dukhaan ayat 25-29.
Betapa banyak taman-taman dan mata air yang mereka tinggalkan. Juga kebun-kebun bertanaman dan tempat indah nan mulia.” (ayat 25-26)
Dan kesenangan yang mereka berlezat menikmatinya. Demikianlah, Kami wariskan semua itu pada kaum yang lain.” (ayat 27-28)
Maka langit dan bumi tak menangisi mereka dan tiadalah mereka diberi tangguh.” (ayat 29)
Di lain hal, Abu Bakar juga menangis, dikala mendengar Surah An Nashr, yang dibacakan saat Fathu Makkah.
Jika datang pertolongan Allah dan kemenangan dan kamu lihat manusia berbondong-bondong memasuki agama Allah.”
Dikala sahabat lain gembira, tetapi tidak bagi Abu Bakar. Ia malah berduka mendalam. Sebab menjadi tanda bahwa tugas Rasul akan selesai, pertanda wafatnya beliau, terputusnya wahyu dan dimulainya kemunduran.
Selalu ada pesan tersembunyi yang mengoyak batin ditiap hal yang terlihat. Mari selalu bertasbih dan beristighfar.
 
Sumber :
Menyimak Kicau Merajut Makna, Salim A. Fillah, ProU Media