Oleh : Persatuan Ulama Islam Sedunia (Al Ittihad al Alamiy li Ulama al Muslimin)
Kita beriman bahwa kematian bukan akhir perjalanan dan bahwa manusia diciptakan untuk kekal selamanya. Kematian hanyalah memindahkan manusia dari satu tempat ke tempat lain; dari negeri ujian ke negeri balasan. Hari ini adalah kerja tidak ada hisab. Sementara esok adalah hisab tidak ada kerja. Di akhirat seluruh jiwa diberi balasan sesuai dengan amal yang ia lakukan dan abadi menurut amal yang telah dikerjakan.
“Pada hari itu manusia keluar dari kuburnya dalam keadaan bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka. Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan meski sebesar biji atom, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Serta barangsiapa yang mengerjakan kejahatan meski sebesar biji atom, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula” (Q.S. Al Zalzalah : 6-8)
Seluruh risalah langit mengajak untuk beriman kepada hari akhir serta pahala dan hukuman, serta surga dan neraka yang ada didalamnya. Terutama risalah Islam yang menjadikan masalah kebangkitan sebagai salah satu tema utama Al Qur’an sekaligus mendebat kaum musyrikin yang mengingkari keberadaannya.
“Dialah yang menciptakan (manusia) dari permulaan kemudian mengembalikan (menghidupkan)nya kembali. Menghidupkan kembali adalah lebih mudah bagiNya” (Q.S. Al Rum : 27)
Selanjutnya Allah menjelaskan kepada mereka bahwa hikmah Tuhan Yang Maha Agung, Maha Mengetahui, dan Mahakuasa menghendaki agar makhluk tidak lenyap begitu saja. Sebab ada orang yang terbunuh, yang diperlakukan sewenang-wenang , serta dianiaya, sementara si penganiaya belum mendapatkan haknya.
Al Qur’an memandang bahwa penciptaan manusia akan menjadi sia-sia tanpa tujuan dan hikmah jika ia tidak dibangkitkan lagi setelah mati guna mendapatkan balasan yang setimpal. Inilah sangkaan kaum materialis atau atheis bahwa selain mati tidak ada lagi selain itu.
Al Qur’an membantah kaum musyrikin yang mengingkari hari kebangkitan dimana dengan sombong mereka meminta agar Allah menghidupkan tulang belulang yang telah hancur. Al Qur’an juga membantah mereka yang tidak memahami keadilan dan kebijaksanaan-Nya dengan menyangka bahwa lembar hidup ini akan segera dilipat, sementara orang yang baik tidak mendapat balasan dari kejahatannya dan orang jahat tidak mendapat balasan dari kejahatannya. Seolah-olah tidak ada Tuhan yang mengatur alam ini.
Disamping itu, Al Qur’an membantah orang-orang yang mengira bahwa di akhirat nanti akan berguna syafaat sejumlah orang yang bisa memberikan syafaat dan syafaat orang-orang dengan pengaruhnya bisa menggugurkan prinsip keadilan. Al Qur’an membantah bahwa sejumlah orang yang melakukan kezaliman dan dosa bisa diberi syafaat oleh tuhan-tuhan yang mereka sembah selain Allah, atau oleh para dukun yang dijadikan sebagai perantara antara mereka dan Tuhan. Begitulah sangkaan kaum musyrikin dan sangkaan sebagian ahlul kitab. Al Qur’an menyanggah semua klaim palsu tersebut dengan tegas dan jelas.
Siapa yang mati dalam kondisi menyekutukan Allah dan mengingkari-Nya, Allah tidak akan mengijinkan seorangpun untuk memberikan syafaat, maka syafaat tersebut tertolak. Pasalnya syafaat hanya berguna bagi kalangan beriman dan bertauhid yang melakukan kesalahan.
Di akhirat nanti, catatan amal akan dihamparkan dan timbangan akan ditegakkan sehingga setiap orang bisa membaca kitab mereka.
“Dan diletakkanlah kitab. Lalu kamu akan melihat orang-orang bersalah ketakutan terhadap isinya. Mereka berkata, “Sungguh celaka kami. Kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya?” Mereka melihat seluruh amal yang telah mereka kerjakan ada didalamnya. Tuhanmu tidak pernah berbuat aniaya terhadap siapapun” (Q.S. Al Kahfi : 49).
Dari sini manusia mendapati dan melihat amalnya sudah berada dihadapannya. Demikianlah kitab catatan tersebut menuturkan tentang manusia lalu timbangan datang sebagai pemutus perkara secara adil.
Lalu situasi ini berakhir dengan terbaginya manusia menjadi tiga kelompok yaitu kelompok yang didekatkan, kelompok kanan dan kelompok kiri.
“Adapun jika dia termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah) maka dia memperoleh ketentraman dan rizki, serta surga yang penuh dengan kenikmatan. Jika dia termasuk golongan kanan, maka keselamatanlah bagimu, karena kamu dari golongan kanan. Adapun jika dia termasuk golongan yang mendustakan lagi sesat maka dia mendapat hidangan air yang mendidih dan dibakar didalam jahanam. Sesungguhnya (yang disebutkan ini) adalah suatu keyakinan yang benar” (Q.S. Al Waqiah: 88-95).
Didalam surga terdapat berbagai bentuk kenikmatan materi dan maknawi yang tidak pernah dilihat oleh mata, tidak pernah didengar oleh telinga, serta tidak pernah terlintas dalam benak manusia.
“Allah menjanjikan kepada orang-orang mukmin lelaki dan perempuan bahwa mereka akan mendapat surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai. Mereka kekal didalamnya dan(mendapat) tempat-tempat yang bagus di surga ‘Adn. Ridha Allah adalah lebih besar. Itulah keberuntungan yang sangat agung” (Q.S. At Taubah: 72)
Adapun di neraka terdapat berbagai macam siksa moril dan materil sebagaimana yang disebutkan oleh Al Qur’an dan diingatkan kepada kaum beriman.
“Wahai orang-orang beriman, periharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia danbatu, serta penjaganya berupa malaikat-malaikat yang kasar, keras, tidak pernah melanggar apa yang Allah perintahkan pada mereka dan mereka mengerjakan apayang diperintahkan” (Q.S. At Tahrim : 6).
Referensi: 25 Prinsip Islam Moderat
Penyusun: Al Ittihad al Alamiy li Ulama al Muslimin (Persatuan Ulama Islam Sedunia)
Penerbit: Sharia Consulting Center (Pusat Konsultasi Syariah)