Sungguh menggiriskan, hadist tentang riya kepada orang pertama yang dipanggil dihadapan Allah kelak: Seorang Qari, Muhsin, dan Syahid.
Pada Qari’ ditunjukkan nikmat Allah padanya hingga ia memahami Al Qur’an dan Fikih dengan dahsyat lalu menjadi alim dan masyhur. ” Betul ya Rabbi, lalu aku berdakwah semata karena-Mu” ujarnya.
Allah berfirman, “Dusta kamu! Kamu hanya ingin digelari Alim!”
Pada si Kaya nan dermawan, Allah tampakkan betapa banyak karunia-Nya. “Betul ya Rabbi, lalu aku tunaikan hartaku dijalan-Mu” ujarnya.
Allah berfirman, “Dusta kamu! Kamu hanya ingin digelari Dermawan!”
Pada mujahid yang syahid ditampakkan nikmat-Nya. “Betul ya Rabbi, aku berjihad meninggikan kalimat-Mu!
Kata Allah, “Dusta! Dusta! Kamu hanya ingin digelari Pahlawan!”
“Semua puja puji manusia yang kalian harap dalam hati telah dilunaskan di dunia. Kau alim , kau dermawan, dan kau pahlawan. Tak ada bagian dari balasan akhirat-Ku untuk kalian, ambillah tempat kalian di neraka.”
(Disarikan dari hadis riwayat Bukhari)
Riya mengarahkan niat amal shalih sekedar pada pandangan kagum, cerita masyhur, dan pujian manusia di dunia.
Sumber :
Menyimak Kicau Merajut Makna, Salim A. Fillah