Kata ulama, sabar ada di tiga hal yaitu sabar dalam menaati perintah Allah, sabar dalam menjauhi larangan Allah, dan sabar ketika menerima musibah.
Sabar dalam taat sebab terkadang ibadah terasa berat, keshalihan terasa menyesakkan ditengah kesibukan. Sabar dalam jauhi maksiat sebab ia terlihat asyik, kedurhakaan cantik/tampan untuk dekati zina. Tetapi syukurlah, iman itu rasa malu pada-Nya. Sabar dalam menghadapi musibah sebab ia niscaya iman didada, syukurlah dosa gugur dan setelah kesulitan ada kemudahan.
Hai hamba-hambaKu yang beriman, bertakwalah kepada Tuhanmu. Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu luas. Sesungguhnya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” Q.S. Az Zumar : 10
Iman menuntun peka hati dalam memilih bentuk sabar sekaligus syukur atas segala wujud ujian cinta dari-Nya. Takwa bawa sabar kita yang mengundang syukur, jalan keluar dari masalah dan rezeki yang tak terduga.
Tiap nikmat yang disyukuri jua berpeluang mengundang musibah yang harus disabari, seperti tampannya Yusuf dan cinta Ya’qub padanya. Lihatlah Ayyub bersyukur atas segala sakit dan musibah dirinya, sebab Allah menggugurkan dosa dan membuat mengingatNya. Lihatlah Sulaiman bersabar atas tahta kemaharajaan atas jin, hewan, dan manusia agar tak tergelincir seperti Fir’aun.
Maka sabar dan syukur adalah wahana yang membawa hamba merasakan iman dalam dada. Tak henti untuk sabar dan syukur sebab ia menghubungkan kita dengan-Nya hingga hidup terasa surga sebelum surga.
 
Sumber :
Menyimak Kicau Merajut Makna, Salim A. Fillah, ProU Media