Untukmu Kader Dakwah : Al Jihad

Oleh: KH. Rahmat Abdullah
 
Yang dimaksud al jihad disini adalah
Suatu kewajiban yang masanya membentang (tak akan berhenti) sampai hari kiamat. Urutan jihad paling tinggi adalah mengangkat senjata berperang di jalan Allah. Sedangkan ditengah-tengah itu adalah jihad dengan lisan, pena, tangan, berkata benar dihadapan penguasa tirani. Adapun urutan paling bawah adalah ingkar hati.
Dakwah tak akan hidup dan berkembang kecuali dengan jihad. Karena kedudukan dakwah yang begitu tinggi dan bentangannya luas, sehingga jihad merupakan jalan untuk bisa menghantarkannya. Firman Allah Ta’ala : “Dan berjihadlah di jalan Allah dengan sebenar-benarnya jihad” (Q.S. Al Hajj : 78). Dengan demikian anda sebagai aktivis dakwah tahu akan hakikat doktrin “Jihad adalah jalan kami”

(Hasan Al Banna)

Dari sedikit orang yang tahu, Said Hawa adalah salah seorang yang mampu memberi tahu, bahwa pengertian fardhu kifayah harus dipahami secara benar, akurat dan sehat. Mengqiyaskan fardhu kifayah pada jihad dengan fardhu kifayah pada pengurusan jenazah, jelas tak dapat ditoleransi lagi. Bila tak cukup jumlah rakyat Palestina, Ambon, Poso, Kashmir, Aceh, Chechnya dan lainnya memperjuangkan dirinya maka harus ditagih dari kawasan sekitar hingga memadai alias kifayah.

Sedikit orang yang ingat bahwa jihad adalah jalan yang paling tepat dan terhormat, termasuk dalam menghadapi money laundry saat uang sekotor dan sepanas apapun, sehingga bisa berubah menjadi ghanimah. Dan ghanimah hanya terjadi lewat aksi jihad tangan (qital). Maka sesungguhnya rezeki yang paling mulia datang dari amal paling mulia yaitu jihad, sesuai ungkapan Afdhalul arzaq ta’ti min afdhail amal.

Orang yang bertaubat dengan mengorbankan nyawa dan darahnya, syahid dijalan-Nya lebih berhak atas ampunan Allah. Semoga Allah merahmati Abdullah Ibnul Mubarak dan Fudhail bin Iyadh.

Kita lihat kisah hari-hari Ibnul Mubarak dalam setahun terbagi tiga : ta’lim, haji dan jihad. Seperti kebiasaannya, ia berhaji dan membawa rombongan dengan biaya sendiri. Tiba-tiba ia membatalkan perjalanan haji karena ada perintah jihad. Dari jabhah (front), ia bersurat kepada sahabatnya Fudhail bin Iyadh: Jika kau lihat kami wahai abid (ahli ibadah) Haramain, kau tahu dalam ibadah kau cuma bermain, siapa yang membasahi pipinya dengan air mata, leher kami dengan darah kami membasah.

Dengan suka hati, Fudhail menghadiahinya sebuah hadist yang ia riwayatkan sendiri tentang derajat syahid tak tertembus kecuali dengan shalat malam seumur hidupnya tanpa tidur dan berpuasa sunah seumur hidupnya tanpa berbuka.

Sebagian masyarakat di dunia Islam berada dalam tuntutan kondisi jihad lisan. Sementara lainnya sudah dalam kondisi jihad qital. Yang pertama dapat dilihat dalam unjuk rasa, tulisan-tulisan, orasi dan pengumpulan dana solidaritas dunia Islam di Palestina, Afghanistan, Bosnia, Chechnya, Kosovo, Poso, Ambon, Maluku utara dan lainnya. Termasuk sikap pelarangan minuman ringan Amerika sejak 20 tahun lalu di Malaysia. Karena 1% harga setiap kalengnya akan mengalir ke Tel Aviv, yang kemudian menjadi peluru-peluru ganas bahkan terhadap bayi sekalipun.

Hal yang sama nampak pada fatwa-fatwa Dr Qardhawi sesuai doktrin ekonom umat Islam Al Banna. Jauh beberapa abad sebelum ini, syaikh Izzudin bin Abdus Salam telah mengeluarkan fatwa tegas tentang jual beli tanah dan senjata kepada musuh umat Islam.

Sedikit yang sadar uang Rp 1.000 yang tak laku untuk membeli semangkuk bakso, tetap berguna untuk membeli kertas surat atau pulsa yang ditujukan kepada stasiun kemaksiatan, kebohongan, dan kesombongan baik di TV, radio, majalah dan surat kabar.

Bila setiap hari dialog di media cetak dan elektronik direspon kader muda yang bergairah, dan redaksi menerima 1.000 atau 2.000 pucuk surat serta teguran telepon, dakwah ini akan menjadi subur dengan kader-kader tanggap, sigap dan tidak telmi. Kaum muda cepat berubah dari khalayak dungu yang emosional menjadi kader yang efisien dan efektif. Banyak orang tak malu telanjang didepan umum, mengajarkan ajaran busuk, tawuran bodoh yang sia-sia, mati dalam kemaksiatan dan narkoba. Berbeda jauh dengan siapa yang siap mati dengan syahid dijalan-Nya. Tanpa rasa sakit kecuali seperti satu kali sengatan (H.R. Tirmidzi, Nasai, Ibnu Majah, dan Ibnu Hibban) dan sesudah itu hanya gerbang surga yang terbentang.

Referensi :

Untukmu Kader Dakwah, Penerbit Pustaka Dakwatuna, K.H. Rahmat Abdullah

X