0878 8077 4762 [email protected]

Sedekah Setiap Pagi Dengan Shalat Dhuha

ALLAH SWT dalam beberapa ayat bersumpah dengan waktu Dhuha. Dalam pembukaan surat As-Syams, Allah berfirman, “Demi matahari dan demi waktu Dhuha.” Bahkan, ada surat khusus di Alquran dengan nama Ad Dhuha.
Pada pembukaannya Q.S. Ad Dhuha, Allah berfirman, “Demi waktu Dhuha.”
Imam Arrazi menerangkan bahwa Allah SWT setiap bersumpah dengan sesuatu, itu menunjukkan hal yang agung dan besar manfaatnya. Bila Allah bersumpah dengan waktu Dhuha, berarti waktu Dhuha adalah waktu yang sangat penting.
Di antara doa Rasulullah SAW: Allahumma baarik ummatii fii bukuurihaa. Artinya, “Ya Allah berilah keberkahan kepada umatku di waktu pagi.”
Ini menunjukkan bahwa orang-orang yang aktif dan bangun di waktu pagi (waktu Subuh dan Dhuha) untuk beribadah kepada Allah dan mencari nafkah yang halal, ia akan mendapatkan keberkahan.
Sebaliknya, mereka yang terlena dalam mimpi-mimpi dan tidak sempat shalat Subuh pada waktunya, ia tidak kebagian keberkahan itu.
Abu Dzar meriwayatkan sebuah hadits. Rasulullah SAW bersabda, “Bagi tiap-tiap ruas anggota tubuh kalian hendaklah dikeluarkan sedekah baginya setiap pagi.
“Satu kali membaca tasbih (subhanallah) adalah sedekah, satu kali membaca tahmid (alhamdulillah) adalah sedekah, satu kali membaca takbir (Allahu Akbar) adalah sedekah,
” menyuruh berbuat baik adalah sedekah, dan mencegah kemunkaran adalah sedekah. Dan, semua itu bisa diganti dengan dua rakaat shalat Dhuha,” (HR Muslim).
Aisyah menceritakan bahwa Rasulullah SAW selalu melaksanakan shalat Dhuha empat rakaat. Dalam riwayat Ummu Hani, “Kadang Rasulullah SAW melaksanakan shalat Dhuha sampai delapan rakaat,” (HR Muslim).
Imam At Tirmidzi dan Imam At Thabrani meriwayatkan sebuah hadis yang menjelaskan bahwa “Bila seseorang melaksanakan shalat Subuh berjamaah di masjid, lalu ia berdiam di tempat shalatnya sampai tiba waktu Dhuha,
” Kemudian ia melaksanakan shalat Dhuha, ia akan mendapatkan pahala seperti naik haji dan umrah diterima.” Para ulama hadis merekomendasikan hadis ini kedudukannya hasan.
Jelaslah bahwa shalat Dhuha sangat penting bagi orang beriman. Penting bukan karena seperti yang banyak dipersepsikan bahwa shalat Dhuha ada hubungannya dengan mencari rezeki, melainkan ia penting karena sumpah Allah SWT dalam Al-Quran.
Maka, sungguh bahagia orang-orang beriman yang memulai waktu paginya dengan shalat Subuh berjamaah di masjid, lalu dilanjutkan dengan shalat Dhuha.

Ketinggalan Shalat Berjamaah, Sedekahkan Kebun Kurma

SAHABAT Nabi terkenal sebagai orang-orang yang selalu menjaga shalat berjamaah. Dengan begitu mereka berarti selalu shalat tepat di awal waktu.
Pernah pada suatu hari Sayyidina Umar bin Khattab pergi ke kebun kurma miliknya. Namun ketika pulang, ia mendapati sejumlah orang telah rampung menunaikan shalat Ashar.
Sontak mulut Sayyidina Umar berucap, “Innalillahi wa inna ilaihi raji’un, aku ketinggalan shalat berjamaah!”
Khalifah kedua ini kecewa bukan main, lantaran tak sempat menunaikan shalat jamaah bersama mereka. Sebagai pelunasan atas rasa bersalahnya ini, ia pun melontarkan sebuah pengumuman di hadapan mereka.
“Saksikanlah, mulai sekarang aku sedekahkan kebunku untuk orang-orang miskin,” ujar pemimpin berjuluk al-Faruq ini.
Umar merelakan kebun kurma lepas dari kepemilikannya, sebagai kafarat atas keterlambatannya melaksanakan shalat jamaah.
Kisah ini diriwayatkan ‘Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma seperti tertuang dalam kitab Anîsul Mu’minîn karya Shafuk Sa’dullah al-Mukhtar.
Sebenarnya, tak ada kewajiban bagi umat Islam untuk menghibahkan kekayaan sebesar itu ‘hanya’ gara-gara telat shalat berjamaah. Namun Umar melakukan hal itu lantaran kecintaannya yang mendalam terhadap aktivitas ibadah.
Sikap Sayyidina Umar tersebut secara tersirat juga mencerminkan kezuhudan dalam dirinya. Lebih dari sekadar ketertarikan atas pahala berlipat dari sembahyang jamaah.
Keputusan ‘ekstremnya’ itu menjadi penanda bahwa hatinya tak begitu terikat dengan kemewahan harta benda.
Hibah kebun kurma kepada kaum miskin, bagi Sayyidina Umar, adalah setimpal atau bahkan terlalu kecil untuk sebuah ‘keteledoran’ yang membuatnya telat shalat jamaah. Wallahu a‘lam.

Masya Allah, Secara Medis, Ini Manfaat Shalat Dhuha

SHALAT dhuha dikerjakan ketika matahari mulai terbit. Umumnya orang-orang mengerjakan shalat ini sebelum menjalankan aktivitas yang padat. Sehingga shalat ini bisa dibilang sebagai persiapan awal seseorang melakukan kegiatan yang penuh tantangan.
Selain bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan rohani seseorang, ternyata shalat duha ini juga bermanfaat untuk kesehatan. Pasalnya, dalam sholat dhuha terdapat beberapa gerakan yang bisa dimanfaatkan sebagai salah satu kegiatan dalam berolahraga. Maka, manfaat sholat dhuha terlihat jelas sekali bagi kesehatan.
Dr. Ebrahim Kazim, seorang dokter peneliti, serta direktur dari Trinidad Islamic Academy menyatakan, “Repeated and regular movements of the body during prayers improve muscle tone and power, tendon strength, joint flexibility and the cardio-vascular reserve.”
Gerakan teratur dari shalat menguatkan otot berserta tendonnya, sendi serta berefek luar biasa terhadap sistem kardiovaskular.
Bedanya dengan olah raga biasa adalah memiliki pahala yang luar biasa jika dikerjakan. Seperti yang diriwayatkan Buraidah r.a. bahwa Rasulullah Saw. bersabda,
“Dalam tubuh manusia terdapat 360 persendian, dan ia wajib bersedekah untuk tiap persendiannya.” Para sahabat bertanya, “Siapa yang sanggup, wahai Rasulullah?”
Beliau menjawab, “Ludah dalam masjid yang dipendamnya atau sesuatu yang disingkirkannya dari jalan. Jika ia tidak mampu, maka dua rakaat Dhuha sudah mencukupinya.” (HR Ahmad dan Abu Dawud).
Shalat Dhuha tidak hanya berguna untuk mempersiapkan diri menghadapi hari dengan rangkaian gerakan teraturnya, tapi juga menangkal stress yang mungkin timbul dalam kegiatan sehari-hari.
Hal ini sesuai dengan keterangan dr. Ebrahim Kazim tentang shalat, yaitu, “Simultaneously, tension is relieved in the mind due to the spiritual component, assisted by the secretion of enkephalins, endorphins, dynorphins, and others.
Ada ketegangan yang lenyap karena tubuh secara fisiologis mengeluarkan zat-zat seperti enkefalin dan endorphin. Zat ini sejenis morfin, termasuk opiate. Efek keduanya juga tidak berbeda dengan opiate lainnya. Bedanya, zat ini alami, diproduksi sendiri oleh tubuh, sehingga lebih bermanfaat dan terkontrol.
Jika barang-barang terlarang macam morfin bisa memberi rasa senang, yang kemudian mengakibatkan ketagihan disertai segala efek negatifnya. Namun, endorphin dan enkefalin ini tidak. Ia memberi rasa bahagia, lega, tenang, rileks, secara alami.
Menjadikan seseorang tampak ebih optimis, hangat, menyenangkan, serta seolah menebarkan aura ini kepada lingkungan di sekelilingnya.
 
Sumber : IslamMedical

Berdzikirlah Usai Shalat

“Jika engkau selesai shalat, berdzikirlah..” (Q.S. An Nisa : 103). Allah dalam firmanNya tersebut menyuruh segenap hambaNya untuk berdzikir (mengingat-Nya) atas segala limpahan rahmat dan karunia yang telah diberikan.
Banyak cara bagi umat Muslim untuk melakukan dzikirullah. Lewat setiap bacaan shalat, kita otomatis berdzikir
Dengan berdzikir kita berkomunikasi langsung kepada Allah. Selesai shalat pun kita tetap berdzikir dan berdoa dalam rangka menghamba kepada-Nya.
Kita diharapkan mampu meluangkan waktu untuk berdzikir dengan membaca tahmid, tahlil, takbir dan bacaan lainnya.
Dalam hadist, Rasulullah saw bersabda, “Dua kalimat dicintai Allah, ringan namun berat ketika ditimbang yaitu Subhanallahi wabihamdihi, subhanallahil’adzim.” (H.R. Bukhari)
Alangkah lebih bagus jika kita meluangkan waktu tersendiri untuk berdzikir misalnya tiap-tiap usai shalat fadhu. Beberapa menit diluangkan untuk berdzikir kepada-Nya tidaklah membuat kita kehilangan berjam-jam waktu yang dimiliki.
Dzikir itulah yang membuat manusia bisa tenang menjalani dan menghadapi berbagai macam problematika kehidupan sehari-hari.
Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa yang melazimkan istighfar, maka Allah akan memberikan padanya jalan keluar di setiap kesempitan, penyelesaian dari setiap kegundahan, dan diberikan rizki dari sesuatu yang tidak diduga-duga. (HR. Abu Daud, Ibnu Majah, dan Hakim)
Semoga dengan berdzikir setelah shalat yang merupakan waktu efektif unthk mengingat atas nikmat Allah dapat digunakan optimal oleh kita semua.
Mari luangkan waktu beberapa menit untuk menenangkan hati sekaligus beribadah kepada-Nya. “Ketahuilah hanya dengan mengingat Allah (dzikirullah), hati menjadi tenang”. (Ar Rad: 28)

Ini Tata Cara Shalat Istikharah yang Jarang Diketahui

DALAM satu waktu, terkadang kita mengalami beragam masalah yang memiliki tingkat kepentingan yang sama. Kita bingung untuk memilih dan memilah yang mana, sebab di antara pilihan tersebut dirasa sama urgensinya.
Lalu kita berupaya menemukan jalan keluar dengan bermunajat kepada Allah, hendak melakukan shalat istikharah. Namun bingung bagaimana cara menunaikannya. Berikut penjelasannya.
Pengertian
Shalat istikharah adalah shalat sunnah yang dikerjakan ketika seseorang hendak memohon petunjuk kepada Allah, untuk menentukan keputusan yang benar ketika dihadapkan kepada beberapa pilihan keputusan.
Sebelum datangnya Islam, masyarakat jahiliyah melakukan istikharah (menentukan pilihan) dengan azlam (undian). Setelah Islam datang, Allah melarang cara semacam ini dan diganti dengan shalat istikharah.
Dalil disyariatkannya shalat istikharah.
Dari Jabir bin Abdillah radhiallahu’anhu, beliau berkata,

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – يُعَلِّمُ أَصْحَابَهُ الاِسْتِخَارَةَ فِى الأُمُورِ كُلِّهَا ، كَمَا يُعَلِّمُ السُّورَةَ مِنَ الْقُرْآنِ يَقُولُ « إِذَا هَمَّ أَحَدُكُمْ بِالأَمْرِ فَلْيَرْكَعْ رَكْعَتَيْنِ مِنْ غَيْرِ الْفَرِيضَةِ ثُمَّ لِيَقُلِ

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajari para sahabatnya untuk shalat istikharah dalam setiap urusan, sebagaimana beliau mengajari surat dari Alquran. Beliau bersabda, “Jika kalian ingin melakukan suatu urusan, maka kerjakanlah shalat dua rakaat selain shalat fardhu, kemudian hendaklah ia berdoa (doa istikharah).

Doa Istikharah.
Teks doa istikharah dari hadist
“Allahumma inni astakhiruka bi ‘ilmika, wa astaqdiruka bi qudratika, wa as-aluka min fadhlika, fa innaka taqdiru wa laa aqdiru, wa ta’lamu wa laa a’lamu, wa anta ‘allaamul ghuyub.
Allahumma fa-in kunta ta’lamu hadzal amro (sebut nama urusan tersebut) khoiron lii fii ‘aajili amrii wa aajilih (aw fii diinii wa ma’aasyi wa ‘aqibati amrii) faqdur lii, wa yassirhu lii, tsumma baarik lii fiihi.
Allahumma in kunta ta’lamu annahu syarrun lii fii diini wa ma’aasyi wa ‘aqibati amrii (fii ‘aajili amri wa aajilih) fash-rifnii ‘anhu, waqdur liil khoiro haitsu kaana tsumma rodh-dhinii bih.”
Artinya : Ya Allah, sesungguhnya aku beristikharah pada-Mu dengan ilmu-Mu, aku memohon kepada-Mu kekuatan dengan kekuatan-Mu, aku meminta kepada-Mu dengan kemuliaan-Mu. Sesungguhnya Engkau yang menakdirkan dan aku tidaklah mampu melakukannya. Engkau yang Maha Tahu, sedangkan aku tidak tahu. Engkaulah yang mengetahui perkara yang gaib.
Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa perkara ini baik bagiku dalam urusanku di dunia dan di akhirat, (atau baik bagi agama, kehidupan, dan akhir urusanku), maka takdirkanlah hal tersebut untukku, mudahkanlah untukku dan berkahilah ia untukku.
Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa perkara tersebut jelek bagi agama, kehidupan, dan akhir urusanku (atau baik bagiku dalam urusanku di dunia dan akhirat), maka palingkanlah ia dariku, dan palingkanlah aku darinya, dan takdirkanlah yang terbaik untukku apapun keadaannya dan jadikanlah aku ridha dengannya. Kemudian dia menyebut keinginanya” (HR. Ahmad, Al-Bukhari, Ibn Hibban, Al-Baihaqi dan yang lainnya).
Ketika shalat istikharah baca apa?
Tidak terdapat dalil yang menunjukkan adanya bacaan surat atau ayat khusus ketika shalat istikharah.
Jadi, orang yang melakukan shalat istikharah bisa membaca surat atau ayat apapun, yang dia hafal.
Syaikh Al-Allamah Zainuddin Al-Iraqi mengatakan, “Aku tidak menemukan satu pun dalil dari berbagai hadis istikharah yang menganjurkan bacaan surat tertentu ketika istikharah.”
Sehingga tidak ada bacaan surat khusus ketika shalat. Artinya cukup membaca Al-Fatihah (ini wajib) dan surat atau ayat yang dihafal.
Yang harus dilakukan selepas shalat istikharah?
Para ulama menjelaskan bahwa setelah istikharah hendaknya seseorang melakukan apa yang sesuai keinginan hatinya. Imam An-Nawawi mengatakan,
إذا استخار مضى لما شرح له صدره
“Jika seseorang melakukan istikharah, maka lanjutkanlah apa yang menjadi keinginan hatinya.”
Apapun hasil akhir setelah istikharah, itulah yang terbaik bagi kita. Meskipun bisa jadi tidak sesuai dengan harapan sebelumnya.
Karena itu, kita harus berusaha ridha dan lapang dada dengan pilihan Allah untuk kita.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan dalam doa di atas, dengan menyatakan,  ثُمَّ أَرْضِنِى  (kemudian jadikanlah aku ridha dengannya), maksudnya adalah ridha dengan pilihan-Mu ya Allah, meskipun tidak sesuai keinginanku.
Wallahu a’lam.
 
Disadur : Konsultasi Syariah