by Danu Wijaya danuw | Aug 21, 2018 | Artikel, Dakwah
Puasa Arafah adalah puasa yang jatuh pada tanggal 9 Dzulhijjah. Puasa Arafah dinamakan demikian, karena biasanya saat itu jamaah haji sedang wukuf di bawah terik matahari di padang Arafah.
Puasa Arafah ini hukumnya sunnah muakkadah, dianjurkan bagi mereka yang tidak berhaji. Sedangkan bagi orang yang sedang berhaji, tidak disyariatkan puasa ini.
Mengenai keutamaan puasa Arafah disebutkan dalam hadits Abu Qotadah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِى بَعْدَهُ وَصِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ
“Puasa Arafah dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun akan datang. Puasa Asyuro (10 Muharram) akan menghapuskan dosa setahun yang lalu.” (HR. Muslim).
Ini menunjukkan bahwa puasa Arafah adalah di antara jalan untuk mendapatkan pengampunan di hari Arafah. Hanya sehari puasa, bisa mendapatkan pengampunan dosa untuk dua tahun. Luar biasa fadhilahnya …
Hari Arafah pun merupakan waktu mustajabnya do’a sebagaimana disebutkan dalam hadits,
خَيْرُ الدُّعَاءِ دُعَاءُ يَوْمِ عَرَفَةَ وَخَيْرُ مَا قُلْتُ أَنَا وَالنَّبِيُّونَ مِنْ قَبْلِى لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ
“Sebaik-baik do’a adalah do’a pada hari Arofah. Dan sebaik-baik yang kuucapkan, begitu pula diucapkan oleh para Nabi sebelumku adalah ucapan “Laa ilaha illallah wahdahu laa syarika lah, lahul mulku walahul hamdu wa huwa ‘ala kulli sya-in qodiir
(Tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. Miliki-Nya segala kerajaan, segala pujian dan Allah yang menguasai segala sesuatu)” (HR. Tirmidzi, hasan).
Mengenai hari Arafah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا مِنْ يَوْمٍ أَكْثَرَ مِنْ أَنْ يُعْتِقَ اللَّهُ فِيهِ عَبْدًا مِنَ النَّارِ مِنْ يَوْمِ عَرَفَةَ وَإِنَّهُ لَيَدْنُو ثُمَّ يُبَاهِى بِهِمُ الْمَلاَئِكَةَ فَيَقُولُ مَا أَرَادَ هَؤُلاَءِ
“Di antara hari yang Allah banyak membebaskan seseorang dari neraka adalah hari Arafah. Dia akan mendekati mereka lalu akan menampakkan keutamaan mereka pada para malaikat. Kemudian Allah berfirman: Apa yang diinginkan oleh mereka?” (HR. Muslim)
Ibnu Rajab Al Hambali mengatakan, “Hari Arafah adalah hari pembebasan dari api neraka. Pada hari itu, Allah akan membebaskan siapa saja yang sedang wukuf di Arafah dan penduduk negeri kaum muslimin yang tidak melaksanakan wukuf.”
“Oleh karena itu, sehari setelah hari Arafah –yaitu hari Idul Adha- adalah hari ‘ied bagi kaum muslimin di seluruh dunia. Baik yang melaksanakan haji dan yang tidak melaksanakannya sama-sama akan mendapatkan pembebasan dari api neraka dan ampunan pada hari Arofah.” (Lathoif Al Ma’arif, 482)
Semoga kita termasuk orang yang dimudahkan oleh Allah untuk melakukan puasa tersebut dan meraih keutamaan di dalamnya.
Oleh : Ustad M Abduh Tuasikal/RemajaIslam
by Danu Wijaya danuw | Aug 19, 2018 | Artikel, Dakwah
JAKARTA — Puasa Arafah merupakan puasa sunah yang dilaksanakan pada hari Arafah. Puasa Arafah dilakukan pada 9 Dzulhijah dan biasanya bertepatan dengan berlangsungnya wukuf di Arafah oleh jamaah haji.
Manfaat puasa Arafah menghapus dosa setahun
Dalam hadist riwayat Muslim no 1.162 disebutkan Rasulullah SAW bersabda:
“Bahwa puasa Arafah (9 Dzulhijjah) dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun akan datang.”
Puasa Arafah hanya disunahkan bagi umat Rasulullah yang tidak berwukuf saat haji. Sedangkan orang yang sedang berwukuf tidak dianjurkan untuk melakukan puasa Arafah.
Pertanyaan Perbedaan Waktu Puasa Arafah
Namun bagaimana jika ada perbedaan waktu antara 9 Dzulhijjah di Indonesia dengan waktu Arab Saudi wukuf di Arafah?
Mengenai argumentasi mengapa kita berbeda dengan Arab Saudi, secara ringkas dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Dalam ilmu falak, penanggalan Hijriyah (berbasis perputaran rembulan), memang negeri-negeri yang berada di sebelah barat berpotensi “lebih dulu” melihat hilal.
2. Sejak semula, istilah hari ‘Arafah itu adalah tanggal 9 Dzulhijjah, baik ada yang wukuf ataupun tidak.
3. Perintah puasa ‘Arafah adalah terkait dengan hari ‘Arafah (9 Dzulhijjah) bukan puasa karena adanya wuquf di ‘Arafah.
4. Puasa ‘Arafah sudah disyariatkan sejak tahun ke 2 Hijriyah, sedang ibadah haji (wuquf di ‘Arafah) baru disyariatkan pada tahun ke 9 Hijriyah.
Jadi selama 7 tahun, kaum muslimin puasa ‘Arafah tanpa memperhatikan adanya wuquf di ‘Arafah.
5. Fakta ilmiah falakiyyah menunjukkan, bahwa negeri-negeri muslim terbagi dalam 2 wilayah mathla’ (tempat munculnya hilal) yang terkadang berbarengan terkadang berbeda.
Demikian juga perbedaan waktu antara satu negeri muslim di wilayah barat dengan negeri muslim di wilayah timur ada yang terpaut sampai 12 jam.
Karena itu, kalau shalat dan buka puasanya berdasar waktu di negeri masing-masing, lalu kenapa kalau berhari raya harus ikut Arab Saudi?
6. Fakta historis, bahwa selama berabad-abad, kaum muslimin di dunia melaksanakan puasa ‘Arafah (bahkan Ramadan) berpatokan pada penanggalan negara masing-masing.
7. Tidak ada dalil yang membedakan antara ketentuan ru’yat Idul Fitri dengan Idul Adha, misalnya kalau Idul Fitri boleh berdasar ru’yat negeri masing2, sedang kalau Idul Adha harus berdasar ru’yat Arab Saudi sebagai tuan rumah ibadah haji.
Menurut Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah Kementerian Agama sekaligus Ketua Tim Falakiyah, Juraidi, puasa sunah Arafah bukan puasa wukuf.
Umat Islam sebaiknya fokus saja pada waktu 9 Dzulhijjah seperti yang dituliskan dalam hadist.
“Sebelum ada wukuf, sudah ada puasa sunah Arafah. Andai wukuf tidak bisa dilaksanakan oleh jamaah haji karena keadaan tertentu, maka puasa sunah Arafah tetap berlaku,” kata dia dalam siaran pers yang diterima Republika.co.id, Selasa (14/8).
Juraidi mengatakan betapa hebat dan universalnya hadits Rasul yang menyebutkan shaum yaum ‘arafah bukan yaumu wukuf.
Karena puasa hari wukuf hanya bagi mereka yang satu waktu mathla'(tempat terbit) dengan Makkah, Arab Saudi saja yang bisa melaksanakannya.
Tapi karena haditsnya Yaumu Arafah, yaitu 9 Dzulhijjah, maka di belahan dunia mana pun umat Islam berada bisa melakukannya sesuai yang ditetapkan oleh pemerintah negaranya (wilayatul-hukmi) sesuai mathla’-nya,” katanya.
Selamat berpuasa Arafah.
Sumber : Republika/ Kemenag/ PersatuanMasjidIndonesia