Dipimpinnya Jakarta oleh non-muslim, bukan hanya disesalkan kaum muslimin negeri ini, tetapi juga umat muslim dunia. Diantaranya, Syeikh Sulaiman Biirah, Guru Besar Ilmu Tafsir al-Quran Universitas Ummul Qura, Makkah, Arab Saudi.
“Bagaimana bisa non-muslim menjadi pemimpin Jakarta. Apakah kalian terpecah belah? Salafi, ikhwani, tabligi, sururi ?” kata Syaikh Sulaiman seraya menyindir para peserta Multaqa Ulama dan Dai Asia Tenggara Kedua, di Sentul, Bogor.
Sebab itu, Syeikh Sulaiman menyerukan umat Islam Indonesia, khususnya Jakarta untuk memilih pemimpin muslim yang baik. Jangan biarkan non-muslim menguasai kaum Muslimin.
Sensus Badan Pusat Statistik menyebutkan 85,36% atau sebanyak 8.200.796 jiwa penduduk Jakarta menganut agama Islam. Betawi juga termasuk penduduk asli jakarta yang kebanyakan muslim.
Ketua Ikatan Ulama ASEAN Ustadz Muhammad Zaitun Rasmin menimpali, non-muslim menjadi pemimpin Jakarta adalah musibah.
“Kita ucapkan, qaddarallah wamaa sya’a fa’la (Allah telah menetapkan, apa yang Dia kehendaki pasti terjadi, red). Semoga ada hikmah-hikmah dari hal ini,” kata Ustadz Zaitun.
Multaqa Ulama dan Dai Asia Tenggara Kedua diselenggarakan oleh Yayasan Al Manarah Jakarta bersama Ikatan Ulama Asia Tenggara, di Sentul, Bogor, Jawa Barat. Acara tersebut diikuti para ulama dan dai dari negara-negara ASEAN.