0878 8077 4762 [email protected]
Tanpa Organisasi dan Persiapan Kordinasi, 200 Ribu Lebih Massa Aksi 313

Tanpa Organisasi dan Persiapan Kordinasi, 200 Ribu Lebih Massa Aksi 313

Walau pimpinan aksi yang juga Sekjen Forum Umat Islam (FUI), KH Muhammad Al-Khaththath ditangkap aparat dengan tuduhan makar, namun lautan massa Aksi 313 tak terbendung. Kebanyakan dari luar daerah, dan masyarakat muslim bersama keluarganya. Inilah kekuatan Iman Islam.
Masjid Istiqlal dengan daya tampung 200 ribu jamaah tak mampu menampung saat sholat Jum’at (31/3/2017) hingga meluber di jalan-jalan.

C8OvVl6VYAEgIes

Massa Aksi 313 Meluber hingga depan Istiqlal dan Katedral


Massa aksi 313 yang menuntut pemerintah memberhentikan Gubernur DKI Basuki Tjahja Purnama atau Ahok telah memenuhi Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta, Jumat (31/3) siang. Sebelumnya mereka berjalan dari Masjid Istiqlal menuju Bundaran Bank Indonesia.
Lautan massa Aksi 313 bergerak dari Masjid terbesar se Asia Tenggara ini menuju Istana Merdeka dengan melantunkan sholawat.
17626484_762781690538516_238897340293603566_n

Gemuruh Takbir, Dzikir, dan Shalawat bersahutan


Peserta aksi dari Forum Umat Islam (FUI) banyak menggunakan pakaian bewarna putih, terlihat mereka membawa bendera Indonesia, bendera organisasi dan ada juga yang membawa bendera Palestina.
Seperti diketahui usai melaksanakan Shalat Jumat, massa aksi 313 melakukan long march dan berorasi di depan Patung Kuda, Jakarta Pusat. Massa yang tadinya akan menyampaikan aspirasi di depan Istana Merdeka, tertahan di depan bundaran Bank Indonesia.
“Proses pelaksanaan unjuk rasa dari sebagian masyarakat kita yang kita ketahui juga menyampaikan aspirasi di patung kuda, Medan Merdeka Selatan dan Medan Merdeka Barat itu berjalan dengan lancar dan sudah selesai,” ujar Kadiv Humas Mabes Polri, Irjen Pol Boy Rafli Amar di Monas, Jumat (31/3).
massa-aksi-313-atau_20170331_152907

Masa aksi berjalan ke arah Patung Kuda


Sejumlah perwakilan telah diterima pemerintah melalui Menkopolhukam, Wiranto. Usai para perwakilan massa aksi menyampaikan aspirasi dan tuntutannya, Wiranto meminta massa aksi untuk membubarkan diri.
“Tadi ada 9 perwakilan yang diterima Menkopolhukam, jadi pada prinsipnya aspirasi itu sudah disampaikan dan diterima yang sebagian juga sudah dijelaskan dari pertemuan itu,” jelasnya.
Usai salat Ashar berjamaah di sekitar kawasan Patung Kuda, massa kemudian berangsur membubarkan diri. Pukul 17.00 WIB, massa bergerak dari kawasan Patung Kuda menuju Masjid Istiqlal, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jalan Budi Kemuliaan dan Bundaran HI.

Mewaspadai Hadist Palsu Seputar Bulan Rajab

Sekarang marak beredar broadcast tentang Hadits Palsu seputar bulan Rajab. Entah broadcast dari bbm, line, whatsapp, sms, ataupun media sosial yang lainnya. Isi dari broadcast tersebut misalnya seperti ini :
Hadist pertama :
Rasullullah bersabda “Barangsiapa yang memberitahukan berita 1 Rajab kepada yang lain, maka haram api neraka baginya”.
Hadits yang disebutkan di atas adalah hadits palsu, sebagaimana dijelaskan oleh Asy-Syaukani di Al-Fawaid Al-Majmu’ah, hlm. 215.
Hadist kedua :
“Sesungguhnya bulan Rajab adalah bulan yang agung, barangsiapa yang berpuasa sehari di bulan itu, maka Allah tuliskan untuknya (pahala) puasa seribu tahun.”
(Hadis palsu, sebagaimana keterangan Ibnul Jauzi dalam Al Maudhu’at, 2:206–207, Ibnu Hajar dalam Tabyinul ‘Ujbi, Hal. 26, As Syaukani dalam Al Fawaid Al Majmu’ah, Hal. 101, As Suyuthi dalam Al Lali’ Al Mashnu’ah, 2:115)
Hadist ketiga :
“Barangsiapa yang shalat pada malam pertengahan bulan Rajab, sebanyak 14 rakaat, setiap rakaat membaca Al Fatihah sekali dan surat Al Ikhlas 20 kali…”
Hadist diatas maudhu, sebagaimana keterangan Ibnul Jauzi dalam Al Maudhu’at, 2:126, Ibnu Hajar dalam Tabyinul ‘Ujbi, Hal. 25, As Syaukani dalam Al Fawaid Al Majmu’ah, Hal. 50
Hadist keempat :
“Barangsiapa yang shalat pada malam pertengahan bulan Rajab, sebanyak 14 rakaat, setiap rakaat membaca Al Fatihah sekali dan surat Al Ikhlas 20 kali…”
(Hadis maudhu, sebagaimana keterangan Ibnul Jauzi dalam Al Maudhu’at, 2:126, Ibnu Hajar dalam Tabyinul ‘Ujbi, Hal. 25, As Syaukani dalam Al Fawaid Al Majmu’ah, Hal. 50)
Hadist kelima :
“Keutamaan Rajab dibanding bulan yang lain, seperti keutamaan Alquran dibanding dzikir yang lain.”
Ibnu Hajar mengatakan, “Perawi hadis ini ada yang bernama As Saqats, dia dikenal sebagai pemalsu hadis”
Diharamkan Menyebarkan Hadist Palsu
Masih ada belasan hingga puluhan hadist palsu yang beredar dikalangan umat Islam. Semoga kita pandai memilah sebelum menyebarkannya kepada orang lain agar tidak berdosa. Dan mengkonfirmasi balik jika sudah terlanjur menyebarkan hadist palsu.
Maka Berhati-hatilah menyebarkan hadits palsu karena yang menyebarkannya akan mendapatkan dosa dusta dan menyebabkan masuk neraka sebagaimana dalam hadits yang shahih berikut ini :

عَنْ الْمُغِيْرَةِ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ كَذِباً عَلَيَّ لَيْسَ كَكَذِبٍ عَلَى أَحَدٍ فَمَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّداً فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ.

“Dari Mughirah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: “Telah bersabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam: Sesungguhnya berdusta atas (nama)ku tidaklah sama seperti berdusta atas nama orang lain. Barangsiapa berdusta atas (nama)ku dengan sengaja, maka hendak-lah ia mengambil tempat duduknya dari Neraka.” [HR. Al-Bukhari (no. 1291) dan Muslim (I/10)]
Marilah sama-sama kita memelihara kemuliaan bulan Rajab. Jangan sampai kemuliaan bulan Rajab sebagai salah satu bulan mulia telah dicemari dengan pengagungan yang bersumberkan kepada riwayat/hadits palsu.

Anjing pun Dimuliakan Lantaran Bergaul dengan Orang-Orang Shalih

Qithmir adalah satu-satunya anjing yang diceritakan dalam Al-Qur’an dan dipercaya sebagai satu-satunya anjing yang masuk Surga. Qithmir adalah anjing yang ikut beserta tujuh pemuda Ashabul Kahfi yang lari dari kejaran raja yang lalim.
“Dan anjing mereka membentangkan kedua lengannya di muka gua…” (QS. Al-Kahfi: 18)
“Nanti (ada orang yang akan) mengatakan (jumlah mereka) adalah tiga orang yang keempat adalah anjingnya, dan (yang lain) mengatakan: ‘(jumlah mereka) adalah lima orang yang keenam adalah anjing nya,’ sebagai terkaan terhadap barang yang gaib; dan (yang lain lagi) mengatakan: (jumlah mereka) tujuh orang, yang ke delapan adalah anjingnya…” (QS. Al-Kahfi: 22).
Ayat ini menjelaskan bahwa anjing saja bisa meraih derajat yang tinggi karena ia bersahabat dan bergaul dengan orang-orang shalih dan wali-wali Allah SWT. Sehingga Allah SWT mengabarkan hal itu dalam kitab-Nya. Lalu, bagaimana dengan kaum Mukminin yang bergaul serta mencintai wali-wali dan orang-orang shalih, tentulah mereka akan lebih tinggi lagi derajatnya.
Bahkan ayat ini mengabarkan tentang kegembiraan dan ketentraman bagi kaum Mukminin yang memiliki kekurangan yang jauh dari derajat kesempurnaan. Namun mereka mencintai Rasululllah SAW.
Dan demikian juga Imam Ibnu Katsir ra berkata dalam tafsir ayat ini:
“Maka anjing ini mendapatkan barakahnya para pemuda Ashabul Kahfi. Anjing pun bisa mengalami seperti yang para pemuda shalih alami, seperti tidur dalam waktu ratusan tahun. Ini adalah faidah bersahabat dengan orang-orang shalih. Hingga anjing ini disebut-sebut dan dikabarkan (dalam Al-Quran) dan memiliki kedudukan mulia.
Dikatakan, bahwa anjing ini adalah anjing pemburu milik salah seorang dari mereka. Ada yang mengatakan itu adalah anjing tukang masaknya raja, namun sang anjing menyukai para pemuda shalih, maka anjing inipun menemani mereka.”
Karena itu, sebagai seorang Muslim kita dilarang untuk berputus asa dari rahmat Allah SWT. Dan salah satu cara agar kita mencapai derajat mulia adalah bergaul dengan orang-orang shalih.
 
Sumber: Forumsalafy

Banyak Masalah? Shalatlah

Diantara amal yang membuat seseorang mendapatkan keberuntungan adalah shalat, baik fardu maupun sunah.
“Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka dan merekalah orang-orang yang beruntung,” (QS. Al-Baqarah: 5).
Mereka yang dimaksud ayat ini adalah orang yang beriman, mendirikan shalat, bersedekah dari sebagian hartanya, beriman kepada Al-Qur’an, serta meyakini hari akhirat.
Shalat secara bahasa artinya “doa”. Orang yang shalat berarti orang yang berdoa. Dalam hal ini, berdoa kepada Allah. Shalat ini ditujukan sebagai bentuk penghambaan dan pendekatan diri kepada Allah.
Seperti dikatakan dalam hadits, orang yang shalat sesungguhnya tengah bermunajat kepada Allah. Ia tengah berhadapan dengan Allah. Karena itu, seluruh bacaan shalat adalah doa, dzikir, dan bacaan Al-Qur’an.
Orang yang shalat, seperti disebutkan di dalam ayat Al-Qur’an di atas, termasuk orang yang beruntung, tidak hanya dalam kehidupan dunia, tetapi juga dalam kehidupan akhirat.
Ia beruntung karena dengan shalatnya, Allah menjadi dekat dengannya, dan dengan shalatnya pula ia tercegah dari perbuatan keji dan mungkar atau perbuatan buruk,
“Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar,” (QS. Al-Ankabut: 45).
Dan orang yang selalu dekat dengan Allah akan selalu dicintai oleh-Nya, jangan segan-segan jika hidup Anda dirundung masalah, maka segera ambil air wudhu, lalu shalat, dan adukanlah pada Allah yang menggenggam hidup dan mati kita.
 
Sumber: Khazanah Republika

Wahai Umar, Kenapa Engkau Diam Saja ketika Dicaci Pemabuk Itu?

Umar bin khaththab, manusia terbaik setelah Abu Bakar ash-Shiddiq, adalah sahabat Rasulullah yang berhak mewarisi surgaNya Allah.
Alkisah, dalam sebuah inspeksi Umar bin Khaththab bertemu dengan salah satu rakyatnya yang tengah mabuk. Umar pun menangkapnya dan akan memberinya hukuman
Namun, ketika pemabuk itu ditangkap dan akan dihukum, orang itu tidak menerima. Pemabuk itu marah-marah, hingga Umar dijadikannya sebagai sasaran kemarahan.
Lantaran tak sadarkan diri akibat mabuk, keluarlah kalimat sumpah serapah, hinaan, caci maki, umpatan dan kalimat sampah lainnya dari mulut si pemabuk itu kepada Khalifah.
Namun, Umar justru diam ketika dirinya dicaci dan dimaki-maki. Umar bermurah hati, tak menanggapi perkataan pemabuk itu. Tak lama kemudian, Umar segera membebaskannya.
Melihat kejadian yang tak llumrah itu, seorang rakyatnya bertanya kepada Sang Khalifah, “Ya Amirul Mukminin, mengapa setelah dicaci, engkau justru melepaskan orang itu?”
“Aku membiarkannya karena ia telah membuatku marah,” jawab Umar datar
“Andai aku tetap menghukumnya,” lanjutnya kemudian, “berarti amarahku telah mengalahkan jiwaku.”
Umar sengaja melepaskannya, karena ia tak mau mengotori dirinya dengan dendam dan kebencian. Ia telah keluar dari sifat kebinatangan menuju sifat mulia yang tak dimiliki oleh kebanyakan manusia lainnya.
“Aku tak ingin,” lanjut Umar agak berat, “jika aku memukul seorang muslim,” hentinya sejenak, “terdapat nafsuku di dalamnya.”
Sumber : Kisah Hikmah