Umat Islam Indonesia peduli dengan para anak Palestina. Mereka bergotong royong membantu biaya pendidikan anak-anak Palestina khususnya yang berada di Gaza.
Seperti dilaporkan Nico Adam dari KBRI Amman, Jordania seperti dalam keterangan yang diterima kumparan (kumparan.com), Kamis (8/6), adalah Abdullah Onim yang akrab disapa dengan “Bang Onim,” seorang WNI yang sejak tahun 2008 bermukim di Gaza.
Onim mendapat amanah dari para dermawan umat muslim Indonesia untuk mencari anak yatim Palestina yang pantas dibantu untuk melanjutkan pendidikannya. Program santunan dari dermawan muslim Indonesia untuk anak yatim Palestina ini adalah yang pertama kalinya diselenggarakan di Gaza.
Menurut Nico, meskipun Palestina merupakan wilayah tugas KBRI Amman, namun mengingat keterbasan akses yang dimiliki untuk masuk ke wilayah Gaza, maka keberadaan Onim yang tinggal di Gaza dapat menjembatani niat dermawan Indonesia yang ingin beramal. Usaha yang dilakukan Onim tentu tidak mudah, namun pengaturan dan pengkoordinasian yang baik telah diupayakan semaksimal mungkin.
Tidak lebih sebulan dari peluncuran program ini, telah terdaftar ratusan warga Indonesia yang bersedia menjadi orang tua asuh. Bahkan, ada diantara mereka yang bersedia menyantuni empat hingga lima anak yatim.
Maka akhirnya tim yang dibentuk untuk melaksanakan program bertajuk SOSUYIT (Saya Orang Tua Asuh Yatim Palestina) berhasil merampungkan memilih sebanyak 320 anak yatim Palestina yang berhak mendapatkan Orang Tua Asuh dari Indonesia yang akan membantu pendidikannya.
Mayoritas dari mereka adalah anak-anak yang kehilangan ayah akibat agresi Israel. Anak yatim adalah komunitas yang memerlukan perhatian dalam masyarakat Palestina.
Perang dan blokade berkepanjangan di Jalur Gaza telah menyebabkan jumlah mereka terus meningkat. Berbagai dukungan dan perhatian tentu saja sangat berarti bagi yatim Palestina.
Perlu diketahui, Gaza adalah sebuah wilayah yang hanya memiliki luas 367 Km persegi, namun dihuni oleh 2 Juta jiwa. Tidak kurang dari 1,5 Juta diantaranya hidup dibawah garis kemiskinan. Banyak dari mereka tidak memiliki pekerjaan akibat blokade Israel yang telah berlangsung lebih dari satu dekade.
Selaku pencetus program SOSUYIT ini, Bang Onim juga memberikan penjelasan bahwa program ini sebagai upaya guna membantu dan mengayomi anak yatim yang kehilangan keluarga yang seharusnya menanggung hidup mereka.
Ia menegaskan, rakyat Indonesia akan terus berpartisipasi dalam program dan kegiatan kemanusiaan seperti ini dengan mengumpulkan anak asuh dari seluruh wilayah di Jalur Gaza.
Semua ini, imbuh Bang Onim, semata-mata untuk mengurangi penderitaan rakyat Palestina di tengah situasi ekonomi yang kian terpuruk akibat blokade Israel yang terus menyengsarakan rakyat Gaza.
“Merupakan suatu kepuasan dapat melihat keceriaan anak yatim Palestina mampu kembali ke sekolah. Menyantuni anak yatim merupakan amal penawar bagi penyakit hati dan jiwa, melunakkan hati yang keras, menyucikan harta seorang muslim, dan membuka pintu-pintu kebaikan bagi masyarakat.” jelasnya, sambil terharu melalui sambungan telepon ke Amman.
Sumber : kumparan