Kita bisa memahami dengan baik bagaimana kita bisa hidup di bawah naungan firman Allah Jalla Jalaluhu,
Katakanlah: Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupki dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb semesta alam.” (QS. Al An’am: 162)
Tidak masuk akal jika manusia seluruh waktu umurnya hanya melakukan shalat, puasa dan membaca al Quran, tanpa terputus di malam atau siang hari, agar seluruh hidupnya untuk Allah.
Nabi Muhammad saw, dalam hidupnya berpuasa namun juga berbuka (makan), menunaikan shalat namun juga tidur dan menikahi perempuan.
Dengan demikian maka seorang mukmin harus menghimpun antara dunia dan akhirat, menjadikan keduanya satu jalan, agar bisa menjadikan seluruh hidupnya semuanya untuk Allah Ta’ala.
Bila Anda telah memahami definisi menyeluruh tentang arti ibadah ini; Anda tahu bagaimana umat kita ini kalah dan menjadi pengekor bagi bangsa-bangsa lain, karena ketika tercerai berai antara dua kelompok ini.
Antara kelompok yang mengabaikan dunia dengan dalih ingin konsentrasi dan totalitas untuk akhirat, dengan kelompok yang mengabaikan akhirat dan berusaha untuk menggenggam dunia, bukan untuk merealisasikan ridha Allah, namun untuk mendapatkan kenikmatan dan kelezatannya.
Selama anda bekerja atau belajar berarti anda ada dalam ibadah.
Anda dilarang melakukan hal-hal yang membatalkan ibadah Anda. Anda harus menjaga lisan Anda dari berbuat bohong, ghibah, mengumpat dan berkata sia-sia.
 
Sumber :
Ramadhan Sepenuh Hati, M. Lili Nur Aulia