0878 8077 4762 [email protected]

Keutamaan Berbuat Kebajikan di Bulan Ramadhan

1. Abu Hurairah meriwayatkan bahwa ketika telah datang bulan Ramadhan, Nabi bersabda, “Sesungguhnya, bulan yang penuh berkah telah datang kepada kalian. Allah mewajibkan kalian berpuasa. Di bulan ini, pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan setan-setan dibelenggu. Di bulan ini terdapat satu malam yang nilainya lebih utama dari seribu bulan. Barangsiapa dihalangi dari kebaikannya, maka ia benar-benar telah dihalangi.” (HR. Ahmad, Nasa’i, dan Baihaqi).
2. Arfajah meriwayatkan, “Suatu ketika, aku berada di tempat Utbah bin Farqad. Saat itu, ia sedang membicarakan puasa Ramadhan, lalu seorang laki-laki dari kalangan sahabat Nabi masuk. Melihat kedatangannya, Utbah merasa segan dan memilih diam. Orang itu lalu menyampaikan hadits tentang Ramadhan, ‘Aku mendengan Rasulullah saw. bersabda mengenai Ramadhan, ‘Pada bulan itu, pintu-pintu neraka ditutup, pintu-pintu surga dibuka, dan setan-setan dibelenggu.’ Rasulullah juga bersabda, ‘Di bulan itu, seorang malaikat berseru, “Wahai pecinta kebaikan, bergembiralah. Wahai pecinta kejahatan, hentikanlah hingga Ramadhan berakhir.'” (HR. Ahmad dan Nasa’i. Sanad hadits ini hasan).
(Baca juga: Menjadikan Ramadhan sebagai Bulan untuk Bertaubat)
3. Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Nabi saw bersabda, “Shalat yang lima waktu, Jum’at ke Jum’at, dan Ramadhan ke Ramadhan berikutnya adalah penghapus kesalahan-kesalahan yang terdapat di antara masing-masing, selama dosa-dosa besar dijauhi.” (HR. Muslim).
4. Abu Sa’id Al-Khudri ra. meriwayatkan bahwa Nabi saw bersabda, “Barangsiapa berpuasa di bulan Ramadhan dan mengetahui batas-batasnya, dan ia menjaga diri dari segala sesuatu yang harus dihindari, maka dosa-dosanya yang telah lalu pasti dihapuskan.” (HR. Ahmad dan Baihaqi dengan sanad yang baik)
5. Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan karena keimanan dan mengharapkan keridhaan Allah, dosa-dosanya yang terdahulu pasti diampuni.” (HR. Ahmad dan As-Habus Sunan).
Sumber :
Fiqih Sunnah Jilid 1, Sayyid Sabiq, Penerbit Al I’tishom Cahaya Umat

Hukum Puasa Ramadhan

Oleh : Sayyid Sabiq
 
Puasa Ramadhan hukumnya wajib, berdasarkan Al-Qur’an, Sunnah, dan Ijma’. Dalil dari Al-Qur’an adalah firman Allah Ta’ala, “Wahai orang-orang yang beriman. Kalian diwajibkan berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa.” (QS. Al-Baqarah : 183).
Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda (antara yang benar dan yang batil). Karena itu, barangsiapa di antara kalian ada di bulan itu, maka berpuasalah.” (QS. Al-Baqarah: 185)
Dalil dari Sunnah adalah sabda Nabi saw,
Islam dibangun di atas lima perkara: bersaksi bahwa tiada tuhan melainkan Allah dan Muhammad adalah utusan Allah; mendirikan shalat; membayar zakat; berpuasa di bulan Ramadhan; dan haji ke Baitullah.”
Thalhah bin Ubaidillah ra. meriwayatkan bahwa seorang laki-laki bertanya kepada Nabi saw.,
Ya Rasulullah, beritahukan kepadaku tentang puasa yang diwajibkan Allah kepadaku.” Nabi saw. bersabda, “Puasa Ramadhan.” laki-laki itu bertanya, “Apakah ada lagi yang diwajibkan kepadaku?” Rasulullah bersabda, “Tidak ada, kecuali jika kamu berpuasa sunah.”
Sedangkan Ijma’ ulama (kesepakatan semua ulama) memutuskan bahwa puasa Ramadhan adalah wajib dan merupakan salah satu rukun Islam. Siapapun yang mengingkarinya berarti kafir dan murtad dari Islam.
Puasa Ramadhan mulai diwajibkan pada hari Senin, 2 Sya’ban tahun ke-2 H.
 
Sumber :
Fiqih Sunnah Jilid 1, Sayyid Sabiq, Penerbit Al I’tishom Cahaya Umat

Fiqih Sunnah : Definisi dan Keutamaan Puasa

Oleh : Sayyid Sabiq
 
Definisi Puasa
Secara bahasa, puasa berarti “menahan”. Allah SWT berfirman, “Aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan yang Maha Pengasih.” (QS. Maryam: 26). Berpuasa disini, bermakna “menahan diri dari berbicara”.
Secara istilah, berpuasa berarti “menahan diri dari segala yang membatalkan puasa, sejak terbit fajar hingga matahari terbenam, dengan disertai niat.”
Keutamaan Puasa

  1. Abu Hurairah ra. meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Allah SWT berfirman, ‘Semua amalan manusia adalah untuk dirinya, kecuali puasa. Sesungguhnya, puasa itu untuk-Ku, dan Aku yang akan memberinya ganjaran.’ Puasa itu adalah perisai, maka ketika datang saat berpuasa, janganlah berkata keji, berteriak-teriak, atau mencaci-maki. Jika dicaci-maki atau diajak berkelahi, hendaklah ia menjawab, ‘Aku sedang puasa. Aku sedang puasa.’ Demi Tuhan yang nyawa Muhammad berada di tangan-Nya, bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah pada hari kiamat daripada bau kesturi. Orang yang berpuasa memperoleh dua kegembiraan: saat berbuka, ia bergembira dengan berbukanya, dan saat bertemu Tuhannya, ia bergembira dengan puasanya.” (HR. Ahmad, Muslim, dan Nasa’i).
  2. Riwayat Bukhari dan Abu Dawud berbunyi, “Puasa itu merupakan perisai. Jika seseorang di antara kalian berpuasa, janganlah berkata keji dan mencaci-maki. Jika ada orang yang mengajaknya berkelahi atau mencaci-makinya, hendaklah ia berkata, ‘Aku ini sedang puasa. Aku ini sedang puasa.’ Demi Tuhan yang nyawa Muhammad berada di tangan-Nya, bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau kesturi. Allah berfirman, ‘Ia tinggalkan makan, minum, dan nafsu syahwatnya untuk mencari ridha-Ku. Puasa itu adalah untuk-Ku. Akulah yang akan memberinya ganjaran dan setiap kebaikan akan mendapat ganjaran sepuluh kali lipat.
  3. Abdullah bin Amr ra. meriwayatkan bahwa Nabi SAW bersabda, “Puasa dan Al-Qur’an akan memberi syafaat kepada seseorang pada hari Kiamat. Puasa berkata, ‘Ya Tuhan, aku telah menghalanginya makan dan melampiaskan syahwatnya di siang hari. Karena itu, berilah dia syafaat.’ Al-Qur’an juga berkata, ‘Aku menghalanginya tidur di malam hari, maka berilah dia syafaat.’ Lalu syafaat keduanya di terima oleh Allah.” (HR. Ahmad dengan sanad yang shahih).
  4. Abu Umamah berkata, “Aku datang kepada Rasulullah SAW dan berkata, ‘Perintahkanlah aku melakukan suatu amal yang dapat memasukkanku ke surga.’ Maka Nabi SAW bersabda, “Hendaklah kamu berpuasa, karena puasa itu tiada bandingannya.’ Kemudian aku mendatangi Nabi kedua kalinya, dan beliau tetap bersabda, ‘Hendaknya kamu berpuasa.” (HR. Ahmad, Nasa’i, dan Hakim). Hadits ini dishahihkan oleh Hakim.
  5. Abu Sa’id al-Khudri meriwayatkan bahwa Nabi SAW bersabda, “Tidaklah seorang hamba berpuasa satu hari di medan perang, kecuali Allah akan menghindarkan dirinya dari neraka sejauh (perjalanan) tujuh puluh tahun.” (HR. Jama’ah kecuali Abu Dawud).
  6. Sahl bin Sa’d meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya, surga itu memiliki sebuah pintu yang dinamai Ar-Rayyan (pemuas dahaga). Pada hari kiamat kelak, dipanggillah, ‘Di manakah orang-orang yang berpuasa?’ Masuklah melalui pintu Ar-Rayyan.’ Jika orang terakhir dari mereka telah masuk, maka pintu itu pun ditutup.” (HR. Bukhari dan Muslim).

[Baca juga: Fiqih Wanita Berkaitan dengan Ramadhan (bagian 1)]
Sumber:
Fiqih Sunnah Jilid 1, Sayid Sabiq, Penerbit Al I’tishom Cahaya Umat