by Danu Wijaya danuw | Apr 25, 2017 | Adab dan Akhlak, Artikel
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah seorang suami yang sangat meninggikan kedudukan para istrinya dan amat menghormati mereka.
Namun, ketika berselisih, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah melibatkan emosi. Ketika sedang marah kepada Aisyah, Beliau berkata, “Tutuplah matamu!”
Kemudian Aisyah menutup matanya dengan perasaan cemas, khawatir dimarahi Rasulullah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Mendekatlah!”
Tatkala Aisyah mendekat, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian memeluk Aisyah sambil berkata, “Humairahku, telah pergi marahku setelah memelukmu.”
Tidak pernah ada kalimat kasar dan menyakitkan dalam rumah tangga Rasulullah. Bahkan, beliau biasa memijit hidung Aisyah jika dia marah, sambil berkata,
“Wahai Aisyah, bacalah do’a, ‘Wahai Tuhanku, Tuhan Muhammad, ampunilah dosa-dosaku, hilangkanlah kekerasan hatiku, dan lindungilah diriku dari fitnah yang menyesatkan’,” (HR Ibnu Sunni).
Suatu hari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pulang dari perjalanan jihad fisabilillah diiringi para sahabat. Sementara itu di pintu gerbang kota Madinah, Aisyah r.a menunggu dengan rasa rindu.
Akhirnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tiba di tengah kota Madinah. Aisyah r.a bahagia menyambut suami tercinta. Tiba di rumah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam beristirahat melepas lelah.
Air antara gula dan garam
Aisyah di belakang rumah sibuk membuat minuman untuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu minuman itupun disuguhkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Beliau meminumnya perlahan hingga hampir menghabiskan minuman tersebut tiba-tiba Aisyah berkata: “Yaa Rasulullah biasanya engkau memberikan sebagian minuman kepadaku tapi kenapa pada hari ini tidak kau berikan gelas itu?”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam diam dan hendak melanjutkan meminum habis air digelas itu. Dan Aisyah bertanya lagi, “Yaa Rasulullah biasanya engkau memberikan sebagian minuman kepadaku tapi kenapa pada hari ini tidak kau berikan gelas itu?”
Akhirnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan sebagian air yang tersisa di gelas itu, Aisyah r.a meminum air itu dan ia langsung kaget terus memuntahkan air itu.
Ternyata air itu terasa asin bukan manis. Aisyah baru tersadar bahwa minuman yang ia buat dicampur dengan garam bukan gula. Kemudian Aisyah r.a langsung meminta maaf kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
“Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya. Lelaki yang paling baik di antara kalian adalah yang paling baik terhadap istrinya,” (HR Tirmidzi dan Ibnu Hibban).
Memperlakukan wanita dengan baik
Dari Abu Hurairah Ra bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam Bersabda: “Saling berpesanlah kalian untuk memperlakukan Wanita dengan Baik,
Karena sesungguhnya Wanita itu Diciptakan dari Tulang Rusuk, Dan Sesungguhnya yang paling bengkok dari tulang rusuk itu adalah bagian Atasnya,
Jika engkau bersikeras untuk meluruskannya, Niscaya engkau akan mematahkannya. Dan jika engkau biarkan, ia akan tetap bengkok, Karenanya saling Berpesanlah (saling menasihati) Berkenan dengan Wanita,” (HR. Bukhari dan Muslim).
Sumber: bacaanmadani.com
by Danu Wijaya danuw | Apr 24, 2017 | Adab dan Akhlak, Artikel
Siapa yang tak kenal dengan Kharizmi? Ilmuan Penemu angka nol ini sangat terkenal di kalangan masyarakat. Ia bernama lengkap Muhammad bin Musa Al Khawarizmi. Ia lahir di Khawārizm (Khiva, Uzbekistan) sekitar tahun 780. Karenanya ia dikenal sebagai Al Khawarizmi.
Al Khawarizmi juga disebut sebagai Bapak Matematika atau Bapak Aljabar. Sebab, aljabar yang hingga kini digunakan berasal dari bukunya, Al-Jabar. Buku karyanya itu membahas solusi sistematik dari linear dan notasi kuadrat. Selain ahli matematika, Al Khawarizmi juga ahli astronomi dan astrologi.
Suatu hari, Al Khawarizmi ditanya tentang calon istri terbaik. Penemu bilangan nol ini kemudian menjawab dengan menggunakan rumusnya.
“Agama itu nilainya 1, sedangkan hal lain nilainya 0.
Jika wanita itu shalihah dan baik agamanya, maka nilainya 1
Jika dia cantik, tambahkan 0 di belakangnya. Jadi nilainya 10
Jika dia kaya, tambahkan 0 lagi dibelakangnya. Jadi nilainya 100
Jika dia keturunan orang baik-baik dan terhormat, tambahkan 0 lagi. Jadi nilainya 1000
Sebaliknya jika dia cantik, kaya dan nasabnya baik tetapi tidak punya agama, nilainya hanya 0.
Berarapun 0 dihimpun, ia tetap 0.”
Demikianlah jawaban hebat dengan matematika. Al Khawarizmi mengajarkan kepada kita, mencari istri hendaklah menjadikan agama sebagai pertimbangan utama.
Jika agamanya baik, maka kelebihan-kelebihan yang lain akan menjadi kebaikan yang berlipat ganda. Namun jika agamanya tidak ada, tidak berguna segala kelebihan wanita.
Hikmah Agama Didahulukan
Yang dimaksud dengan agama bukanlah sekadar pengetahuan. Bukan pula latar belakang pendidikan jurusan agama. Tetapi pemahaman dan pengamalannya. Agamanya baik, artinya ia memahami agama dan mengamalkannya. Agamanya baik, artinya akhlaknya baik. Agamanya baik, artinya karakternya baik.
1. Cantik dan Agama juga Baik
Wanita cantik dan agamanya baik, ia akan menggunakan kecantikannya untuk melayani suami. Persis seperti gambaran istri membahagiakan dalam hadits Nabi; jika dipandang ia menyenangkan. Maka ketenangan dan kebahagiaan pun memenuhi kehidupan pernikahan.
2. Kaya dan Agama juga Baik
Wanita kaya dan agamanya baik, ia akan menggunakan kekayaannya di jalan kebaikan. Seperti bunda Khadijah, ia membantu suami berdakwah, ia menggunakan hartanya untuk perjuangan Rasulullah.
3. Nasab (keturunan) terhormat dan Agama juga Baik
Wanita dari nasab terhormat dan agamanya baik, ia menjadi kehormatan tersendiri bagi suami. Dan juga menjadi saham yang baik bagi anak-anaknya nanti.
Maka jika engkau bertanya wanita manakah yang terbaik untuk menjadi istri, sesuai rumus Al Khawarizmi, jawabannya adalah pertama-tama carilah wanita shalihah barulah engkau perhitungkan kelebihan-kelebihan lainnya.
by Danu Wijaya danuw | Apr 23, 2017 | Adab dan Akhlak, Artikel
Perempuan dan lelaki memiliki cara berpikir yang berbeda. Dimana perempuan lebih terbiasa menggunakan perasaannya daripada pikirannya. Sebab, kepekaan perempuan itu lebih tajam. Hatinya begitu lembut bagaikan sutra. Jadi, ketika ada hal-hal yang mengganggu ketenangan hatinya, ia akan langsung bereaksi. Dan banyak perempuan yang mengekspresikannya dengan marah-marah.
Hal inilah yang biasanya terjadi dalam rumah tangga. Dimana seorang istri, terkadang selalu mengekspresikan gangguan dalam hatinya dengan marah. Dan hal ini, hampir terjadi pada setiap orang. Termasuk amirul mukminin, sahabat Rasulullah saw Umar bin Khaththab. Tapi, tentunya, ia memiliki cara tersendiri dalam menyikapi istrinya yang marah. Lantas, seperti apa cara dia bersikap terhadap istrinya yang marah?
Imam As Samarqandi meriwayatkan sebuah kisah bahwa seorang laki-laki datang kepada Umar bin Khaththab. Laki-laki tersebut ingin menceritakan kepada Amirul Mukminin tentang istrinya yang selalu cemberut dan bermuka masam. Ketika sampai di depan pintu rumah Umar, lelaki tersebut mendengar istri Umar, Ummu Kultsum sedang mengomel.
Seketika itu pula lelaki tersebut berbalik dan membatalkan niatnya. Namun, Umar mengetahui dan memanggil lelaki itu dari balik jendela. Lelaki itu kemudian menceritakan niatnya.
Mendengar cerita lelaki itu Umar berkata, “Aku dengarkan baik-baik omelan istriku, dan tidak sedikit pun aku menentangnya karena aku memiliki alasan khusus yaitu; pertama, istriku adalah penghalang antara aku dan neraka. Hatiku selalu berteduh kepadanya sehingga aku terhindar dari perbuatan haram. Kedua, ia menjaga hartaku ketika aku pergi. Ketiga, ia selalu mencuci pakaianku. Keempat, ia membesarkan dan mendidik anak-anakku. Kelima, ia selalu membuatkan masakan untukku.”
Mungkin, kebanyakan di antara kita, ketika istri sedang marah, maka suami pun ikut marah. Sehingga, menimbulkan konflik yang semakin parah. Tapi, hal ini tidak dilakukan oleh Umar. Ia bersikap tenang menghadapi istrinya yang marah. Meski begitu, perbuatan ini bukanlah menunjukkan bahwa Umar adalah suami yang takut istri. Melainkan, ia menghormati seorang istri yang memiliki peran penting dalam hidupnya.
Nah, apa yang dilakukan Umar ini, bisa ditiru oleh Anda, suami-suami yang mengaku cinta pada istrinya. Jangan sampai istri mengatakan bahwa rasa cinta Anda itu palsu padanya, dengan tidak mengerti keadaan dirinya.
Tapi, buktikanlah bahwa Anda sangat menyayangi istri Anda, dengan tidak emosi ketika istri mengeluarkan keluh kesahnya. Melainkan, jadilah partner hidupnya, yang mampu menjadi peredam amarah dan penyejuk keluh kesahnya
by Danu Wijaya danuw | Apr 22, 2017 | Adab dan Akhlak, Artikel
Kisah nyata & langka!
Cum laude dari Amerika, itulah prestasi akademisnya. Distinguished Research Professor di bidang entrepreneurship dari George Washington University, itulah gelar akademisnya. Boleh dibilang, dia seorang entrepreneur yang sangat cerdas.
Tahun 2011, saya tanya langsung ke orangnya. Apa amalannya sejak dulu. Dia mengelak. Merasa nggak enak kalau mengumbar-ngumbar amal.
Setelah saya desak-desak, akhirnya dia jawab juga, “Saya rutin ber-dhuha sejak SMA.” Masya Allah!
Yang menakjubkan, di usia 40-an, ia berhasil masuk dalam 100 orang terkaya di Indonesia dengan lebih 50.000 karyawan!
Bukan sekadar wacana tapi ia juga membuktikan kata-katanya. Beneran. Sejak dulu sampai sekarang, ia rutin keliling Indonesia menjadi narasumber seminar wirausaha. Tanpa bayaran. Tanpa motif politik.
Belakangan ini, berbagai fitnah dialamatkan kepada dirinya. Tapi kalau Anda bertemu dia satu menit saja, Anda akan tahu bahwa fitnah itu beneran fitnah. Nggak lebih dari itu. Saya lihat sendiri bagaimana ia memperlakukan keluarganya. Santun dan penuh kasih-sayang.
Demikian pula perlakuannya terhadap orang-orang yang belajar dan ngefans sama dia. Sangat sabar dan bisa mengingat orang satu per satu.
Jujur saja, saya saja sering lupa kalau ketemu banyak orang. Tapi, dia beda. Dia bisa mengingat orang satu per satu.
Beberapa kali saya bertemu dia di airport atau di pesawat terbang. Ternyata pernah juga dia duduk di kelas ekonomi. Bayangkan, maskapai saja sanggup dia beli, tapi ia kadang duduk di kelas ekonomi. Bukan kelas bisnis!
Saya juga melihat ponsel dan arlojinya biasa-biasa saja. Bahkan gores-gores dan sompel-sompel. Saya melihat itu selama sekian tahun. Bukan sebulan dua bulan. Dan ketika saya lunch semeja bareng dia, nggak disangka-sangka dia mengambilkan lauk untuk saya. Masya Allah!
Terlepas dari itu, fisiknya kuat. Berenang antar pulau, ia sanggup. Kalau berlari, jangan ditanya.
Sangat cerdas, sangat kaya, sangat kuat, sangat santun, dan sangat sederhana.
Hampir 40 tahun umur saya dan menurut pengalaman saya, amat langka ada orang seperti itu.
Saat lunch dan ngobrol-ngobrol bareng Ust Yusuf Mansur, sang ustadz juga sempat geleng-geleng kepala, “Kok ada ya orang seperti itu.”
Kemudian, saya sempat menyesalkan manakala mendengar dia nyemplung ke dunia politik. Sayang, menurut saya. Tapi, yah sudahlah. Alasannya, dia ingin membenahi negeri ini ‘dari dalam’. Mungkin Anda sudah bisa menebak siapa orang yang saya maksud. Dialah Sandiaga Uno.
Dia pun bertekad, kalau terpilih jadi wakil gubernur DKI, tidak akan mengambil gajinya.
Yah, kita sama-sama tahu, buat apa pembangunan fisik, kalau warganya berantem tiap sebentar, karena si pemimpin tidak bisa mengontrol ucapannya.
Di sini saya hanya ingin berbagi pengalaman dan menyampaikan kebenaran. Setidaknya, kisah ini menjadi inspirasi keteladanan bagi Anda dan orang-orang di sekitar Anda. Yah sudah saatnya kita memiliki pemimpin yang layak dicontoh ucapannya dan tindakannya.
Ippo santoso
by Danu Wijaya danuw | Apr 19, 2017 | Adab dan Akhlak, Artikel
Kalau Anda tidak mampu meninggalkan kedua Keburukan itu, yaitu menerima suap dan memilih pemimpin kafir; jangan sampai melakukan keduanya.
1. Saudaraku kaum muslimin, Suaramu adalah amanah yang akan kalian pertanggung-jawabkan di hadapan Allah.
Sehingga berikanlah suara itu kepada paslon yg dihalalkan oleh Allah. Jangan sampai memberikannya kepada paslon yang diharamkan oleh Allah dan diselisihi ulama
“Wahai orang-orang yg beriman, janganlah kalian menjadikan kaum Yahudi dan Nasrani sebagai Aulia”. [Almaidah:51].
Kata “aulia” bisa bermakna PEMIMPIN, teman setia, pelindung, penolong, pembela, dan lain-lain. Itu semua tercakup dalam kata “aulia”.
Sungguh inilah kehebatan Alquran Kalamullah, dengan redaksi yang singkat, bisa mencakup makna yang sangat luas.
2. Menjual suara adalah tindakan mengkhianati amanah yang ada di pundak kita.
Seharusnya ini tidak dilakukan seorang yang mengaku muslim. Pilihlah paslon berdasarkan dalil dan bukti yang kuat akan mensejahterakan kita semua selama masa kepemimpinannya. Terutama kesejahteraan dari sisi Agama.
Jangan sampai memilih paslon karena uang yang diberikan saat akan pencalonan. Karena itu bukan uang halal, itu juga hanya sesaat dirasakan, setelah itu kita akan ‘diperas’ selama masa kepemimpinannya.
3. Bagaimana dengan pembagian uang atau sembako dari para paslon, bolehkah kita mengambilnya?
Itu adalah bentuk lain dari suap menyuap, dan ini merupakan dosa besar, sebagaimana sabda Nabi shalallahu alaihi wasallam:
“Allah MELAKNAT orang yg menyuap, dan orang yg menerima suap!“. [HR. Abu Dawud: 3580, shahih].
Pantaskah kita memilih calon yg jelas-jelas melakukan dosa besar di hadapan kita?
Bagaimana jika dua-duanya melakukan dosa besar itu?
Kita pilih yg PALING SEDIKIT dalam menyuapnya. Mana yang lebih ringan keburukannya, itu yang kita pilih.
4. Bagaimana kalau kita sudah mengambil uang suap.
Pertama: Kita harus bertaubat kepada Allah dari dosa besar tersebut.
Kedua: Kita harus mengembalikan uang itu bila dimungkinkan.
Bila tidak mungkin mengembalikan kepada penyuap, maka kita bisa memberikan kepada fakir miskin, atau lembaga yang menyalurkan harta haram tersebut untuk fasilitas umum -misalnya- dengan niat membebaskan diri dari harta haram.
5. Bagaimana jika sudah BERJANJI, bahkan sudah BERSUMPAH untuk memilih paslon tertentu, padahal Allah melarang kita memilihnya.
Jika hanya berjanji saja tanpa sumpah dengan nama Allah, maka tidak menjadi masalah untuk mengingkari janji tersebut, karena itu adalah janji bermaksiat. Bahkan “janji bermaksiat” SEHARUSNYA tidak kita tepati.
Jika pun kita sampai bersumpah dengan nama Allah, bahwa kita akan memilih calon yang diharamkan Allah, maka ini masuk dalam bab sumpah “ghomus”, yakni sumpah yg bisa menjerumuskan seseorang ke dalam neraka.
Sumpah seperti ini harus TIDAK ditepati. Dan tidak ada tebusan untuk sumpah jenis ini. Kecuali bertaubat dan meminta ampun kepada Allah, karena bersumpah untuk melakukan kemaksiatan adalah perbuatan dosa.
6. Jika kita tidak kuat menolak “godaan suap”. Baik berupa uang atau sembako atau yang lainnya, karena berbagai alasan. Maka jangan sampai kita mengumpulkan dua keburukan sekaligus.
Jangan sampai kita “mengambil suap” dan memilih paslon yg diharamkan oleh Allah. Sungguh keduanya merupakan keburukan yg sangat nyata. Kalau kita tidak mampu meninggalkan dua-duanya, maka paling tidak jangan melakukan dua-duanya.
7. Kaum Muslimin -semoga Allah memuliakan kalian-. Penulis yakin masih ada kebaikan dan semangat iman di dada-dada kalian. Di sisi lain, penulis juga yakin, bahwa kalian sadar betul, bahwa sangat jarang dari kaum nasrani dan etnis ‘tionghoa’ yang akan memilih paslon kaum muslimin.
Oleh karena itu, janganlah ragu untuk menguatkan barisan kaum muslimin dengan memilih pemimpin dari kaum muslimin.
Ingatlah, karena tugas dan kewajiban memilih pemimpin sudah ditaruh di pundak kita, maka wajib bagi kita menunaikan tugas kewajiban tersebut sebaik-baiknya.
Jangan sampai kita menyia-nyiakannya, atau bahkan mengkhianatinya, karena itu semua akan kita pertanggung-jawabkan di hadapan-Nya.
Silahkan dishare. Semoga bermanfaat.
Ust. Musyaffa Ad Darini
by Danu Wijaya danuw | Apr 19, 2017 | Adab dan Akhlak, Artikel
Sejarah peperangan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam membuktikan pentingnya doa dalam amaliyah jihad.
Yakni saat perang Badar, tepatnya pada malam peperangan, di mana para sahabat tertidur kecuali Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Beliau tidak tidur di malam itu. Beliau shalat di bawah batang pohon dan banyak berdoa di sujudnya…
“Ya Hayyu Ya Qayyum,” beliau mengulang-ulangnya dengan meminta pertolongan kepada Allah. (Al-Bidayah wa al-Nihayah: 5/82)
Doa Nabi Muhammad saw Saat Perang Badar
Kemudian saat pagi tiba dan terlihatlah pasukan Quraisy, beliau Shallallahu ‘Alaihi Wasallam berdoa,
اللّهُمّ هَذِهِ قُرَيْشٌ قَدْ أَقْبَلَتْ بِخُيَلَائِهَا وَفَخْرِهَا ، تُحَادّك وَتُكَذّبُ رَسُولَك ، اللّهُمّ فَنَصْرَك الّذِي وَعَدْتنِي ، اللّهُمّ أَحِنْهُمْ الْغَدَاةَ
“Ya Allah, Inilah Quraisy, mereka datang dengan segala kesombongan dan kebanggan mereka. Mereka menantang-Mu dan mendustakan Rasul-Mu. Ya Allah, kurniakan kemenangan yang telah Engkau janjikan kepadaku. Ya Allah, binasakanlah mereka pada pagi ini.” (Sirah Ibnu Hisyam: 3/164)
Diriwayatkan dari Umar bin Khathab Radhiyallahu ‘Anhu, ia berkata: Pada perang Badar, Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam melihat para sahabatnya berjumlah 300 lebih sedikit, dan melihat kepada kaum musyrikin berjumlah seribu lebih. Kemudian beliau menghadap kiblat sambil mengangkat tangan dengan selendang dan surban di pundaknya, beliau berdoa,
اللَّهُمَّ أَنْجِزْ لِى مَا وَعَدْتَنِى اللَّهُمَّ آتِ مَا وَعَدْتَنِى اللَّهُمَّ إِنْ تَهْلِكْ هَذِهِ الْعِصَابَةُ مِنْ أَهْلِ الإِسْلاَمِ لاَ تُعْبَدْ فِى الأَرْضِ
“Ya Allah, penuhilah untukku apa yang Kau janjikan kepadaku. Ya Allah, berikan apa yang telah Kau janjikan kepadaku. Ya Allah, jika Engkau biarkan pasukan Islam ini binasa, tidak ada lagi yang menyembah-Mu di muka bumi ini.” (HR. Muslim dan Ahmad)
Beliau terus menerus meminta pertolongan dan berdoa kepada Allah sehingga jatuhlah kain surban dari kedua pundaknya. Abu Bakar menghampiri dan meletakkan kembali kain surban itu di pundaknya. Abu Bakar terus berada di belakang Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, lalu berkata:
يَا نَبِىَّ اللَّهِ كَذَاكَ مُنَاشَدَتُكَ رَبَّكَ فَإِنَّهُ سَيُنْجِزُ لَكَ مَا وَعَدَكَ
“Wahai Nabi Allah! Inilah sumpahmu kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia akan memenuhi apa yang dijanjikan-Nya kepadamu.”
Inilah keadaan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan para sahabatnya dalam perang Badar, mereka banyak berdoa kepada Allah. karenanya, Allah mensifati mereka sebagai orang-orang yang banyak beristighatsah (memohon pertolongan) kepada-Nya, banyak berharap dan berdoa kepada-Nya,
إِذْ تَسْتَغِيثُونَ رَبَّكُمْ فَاسْتَجَابَ لَكُمْ أَنِّى مُمِدُّكُمْ بِأَلْفٍ مِنَ الْمَلاَئِكَةِ مُرْدِفِينَ
“(Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu: ‘Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepadamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut”.” (QS. Al-Anfal: 9)
Marilah kita banyak berdoa utk kemenangan ummat Islam. Aamiin.