by Danu Wijaya danuw | Jul 8, 2017 | Artikel, Dakwah
SUJUD sahwi adalah ibadah tambahan dalam rangkaian ibadah shalat yang bentuknya berupa dua kali sujud, yang dilakukan bisa sebelum atau bisa sesudah salam.
Untuk membedakan antara sujud pertama dan sujud kedua, maka harus dilakukan duduk di antara dua sujud, namun tidak sebagaimana duduk antara dua sujud dalam shalat umumnya.
Adapun mengenai apa yang dibaca pada saat seseorang melakukan sujud sahwi merupakan masalah khilafiyah (perbedaan pendapat) di kalangan para ulama.
Sebagian ulama memandang tidak ada lafadz khusus untuk dibaca, karena memang kita tidak menemukan dalil yang tegas dan valid dari Nabi saw tentang hal itu.
Pendapat pertama : Bacaan seperti sujud biasa
Sehingga dalam pandangan mereka, lafadz bacaan sujud sahwi itu sama saja dengan lafadz sujud-sujud yang lainnya,
seperti bacaan sujud biasa ketika shalat. Bacaannya yang bisa dipraktekkan seperti,
سُبْحَانَ رَبِّىَ الأَعْلَى
“Subhaana robbiyal a’laa” [Maha Suci Allah Yang Maha Tinggi]
Pendapat kedua : Ada bacaan tertentu
Sedangkan sebagian ulama lainnya menganjurkan untuk membaca lafadz khusus, walau pun tidak ditemukan dalilnya.
Sebagian ulama menganjurkan do’a ini ketika sujud sahwi,
سُبْحَانَ مَنْ لَا يَنَامُ وَلَا يَسْهُو
“Subhana man laa yanaamu wa laa yas-huw” (Maha Suci Dzat yang tidak mungkin tidur dan lupa)
Bacaan sujud sahwi tersebut dikemukakan oleh Imam Nawawi rahimahullah dalam Roudhotuth Tholibiin, 1/116, Mawqi’ Al Waroq.
Para ulama yang duduk di Al Lajnah Ad Daimah (komisi fatwa di Arab Saudi) menjawab, “Sujud sahwi dilakukan dengan dua kali sujud.”
Sumber: rumahfiqih.com
by Danu Wijaya danuw | Jul 6, 2017 | Artikel, Dakwah
Di akhirat nanti, ada orang-orang yang ingin dikembalikan lagi hidup di alam dunia dengan tujuan agar mereka dapat melaksanakan ketaatan kepada Allah dan mengerjakan amal sholeh yang sebanyak banyaknya.
“Wahai Rabbi kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku berbuat amal yang sholih terhadap yang telah aku tinggalkan.” (QS al-Mukminun : 99-100).
Mereka adalah orang orang yang menyesali diri, karena telah menyia-nyiakan waktu, tidak menggunakan kesempatan yang telah Allah berikan kepadanya. Selama hidup di dunia mereka tidak mau taat kepada Allah, tidak mau mengerjakan amal sholih.
Telah datang kepadanya orang-orang yang membawa peringatan, namun dengan sombong mereka menolak peringatan itu. Serta mencela dan merendahkan orang orang yang membawa peringatan.
Setelah memasuki alam akhirat dan menyaksikan azab yang begitu mengerikan, mereka menyesali diri dan ingin dikembalikan lagi tinggal di dunia agar bisa melaksanakan ketaatan dan beramal sholih.
Dan juga, sekiranya mereka memiliki apa apa yang ada dibumi, mereka akan menebus dirinya dengan semua itu asalkan mereka bisa bebas dan terhindar dari pedihnya azab Allah.
“Dan jikalau setiap diri yang zalim itu mempunyai segala apa yang ada di bumi ini, tentu dia menebus dirinya dengan itu, dan mereka menyembunyikan penyesalanya ketika mereka telah menyaksikan azab itu.” (QS Yunus:54).
Namun, sungguh penyesalan mereka itu hanya sia sia belaka. Penyesalan mereka telah terlambat. Mereka tidak mungkin dikembalikan lagi tinggal di dunia. Dan pada hari itu juga tidak berlaku lagi tebusan.
Di ceritakan, suatu hari Riyah al-Qaisy mendatangi Abu Ishaq dan berkata, “Wahai Abu ishaq, mari ikut aku menemui penghuni akhirat. Dan mari kita membuat komitmen bersama di sisi mereka.”
Lalu keduanya pergi ke tempat pemakaman untuk dzikrul maut atau mengingat kematian. Keduanya duduk disisi sebuah kuburan, Riyah al -Qaisy lalu bertanya,
“Wahai Abu Ishaq, kira kira apakah yang di angankan oleh si mayit ini sekiranya ia diminta untuk berangan angan?”
Abu Ishaq menjawab, “Demi Allah, pastilah ia ingin dikembalikan lagi tinggal ke alam dunia, agar dapat mentaati Allah dan memperbaiki amalnya.”
Riyah al-Qaisy lalu berkata, “Nah Abu Ishaq, mumpung sekarang ini kita masih diberi kesempatan Allah tinggal di dunia, mari kita mentaati Allah dan memperbaiki amal kita.” Wallahu a’lam.
Oleh : NS Rino
Magetan, Syawal 1438 H.
by Danu Wijaya danuw | Jul 3, 2017 | Artikel, Dakwah
Ayat atau tanda kekuasaan Allah bukan hanya dari tulisan saja, alam semesta pun adalah ayat-Nya yang perlu diambil ibrah. Penahkah anda perhatikan burung yang sedang terbang dan melayang-layang bebas di udara?
Dalam surat an-Nahl ayat 79 menerangkan tentang burung, yang di dalamnya memberikan pertanyaan tantangan kepada orang-orang yang menyekutukan Allah dengan memperlihatkan salah satu kekuasaan-Nya.
أَلَمْ يَرَوْا إِلَى الطَّيْرِ مُسَخَّرَاتٍ فِي جَوِّ السَّمَاءِ مَا يُمْسِكُهُنَّ إِلا اللَّهُ إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
“Tidakkah mereka memperhatikan burung-burung yang dapat terbang di angkasa dengan mudah? Tidak ada yang menahannya (di udara) selain Allah. Sesungguhnya Dia Maha Melihat segala sesuatu.”
Dan pada al-Mulk ayat 19,
أَوَلَمْ يَرَوْا إِلَى الطَّيْرِ فَوْقَهُمْ صَافَّاتٍ وَيَقْبِضْنَ ۚ مَا يُمْسِكُهُنَّ إِلَّا الرَّحْمَٰنُ ۚإِنَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ بَصِيرٌ
“Tidakkah mereka memperhatikan burung-burung yang dimudahkan terbang diangkasa bebas. Tidak ada yang menahannya selain daripada Allah.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang beriman.
Siapakah yang menciptakan organ-organ tubuh burung2 tesebut dan menjadikan warnanya yang bermacam-macam, warna bulu-bulunya amat indah, makanannya juga berbeda-beda, suaranyapun juga berbeda-beda.”
Ya, dalam ilmu fisika ada istilah Aerodinamika atau aerofoil, sayap burung diciptakan Allah secara ringan, kuat, dan fleksibel, memberikan gaya angkat ke atas dan ke bawah, bisa menukik secara mendadak dan cepat.
Tubuh burung diberi fasilitas oleh Allah untuk terbang dengan sedikit sekali mendapat hambatan udara, dapat melesat jauh dan cepat.
Bahkan ada burung Albatros yang bisa terbang jarak jauh dan sangat lama di udara.
Dengan seiring berjalannya waktu, manusia mengembangkan teknologi yang dapat menyebrangi pulau dan samudra. Ya, itulah pesawat

Dengan mengadopsi struktur burung, kapal mempunyai kemampuan yang luar biasa, membawa ratusan orang terbang melintasi laut dan pulau-pulau.
Maha Besar Allah, burung yang dapat terbang di angkasa dengan bebas tanpa hambatan. Hanya Allah-lah yang bisa menahannya di angkasa sana.
Oleh karena itu sebagai manusia salah satunya diperintahkan untuk memerhatikan burung, dan burung yang terbang dijadikan tantangan kepada orang yang Musyrik.
Disadur : Inspiradata
by Danu Wijaya danuw | Jul 2, 2017 | Artikel, Dakwah
Ketika setelah ataupun sebelum shalat. Pernahkah anda sempat berfikir, mengenai gerakan shalat bangun dari ruku’ ?
Ya, i’tidal namanya, salah satu gerakan shalat bangun dari ruku, dan kemudian berdiri beberapa saat dengan bacaannya. Tapi, dari i’tidal ini, ada sesuatu yang khas daripada gerakan shalat yang lain.
Ketika gerakan shalat lain menggunakan bacaan takbir ‘Allaahu akbar’, saat hendak mengerjakannya. Namun dalam i’tidal, bacaannya tasmi’ atau ‘Sami’allaahu liman hamidah’, tahukah kenapa?
Ada banyak riwayat yang menjelaskan mengenai hal ini, berikut salah satu sumber menjelaskan:
Sebab pada bacaan ‘Sami’allaahu liman hamidah’ adalah sesungguhnya Abubakar As-Siddiq RA, tidak pernah ketinggalan shalat di belakang Rasulullah SAW. Pada suatu hari ketika hendak shalat ‘Ashar beliau terlambat dan menyangka tidak sempat shalat di belakang Rasulullah,
Beliau sangat menginginkan agar bisa shalat bersama Rasulullah, beliau berlari dan memasuki masjid rupanya beliau mendapatkan Rasulullah sedang membaca takbir dalam ruku’ maka beliau memuji Allah dengan mengucapkan Alhamdulillah dan kemudian bertakbir shalat mengikuti Rasulullah,
Datanglah malaikat Jibril kepada Rasulullah saw yang sedang ruku’ dan mengatakan: “wahai Muhammad, Allah telah mendengar orang yang memujinya, maka bacalah ‘Sami’a Allahu Liman Hamidah’.
Dalam riwayat lain disebutkan “Jadikanlah kalimat itu sebagai bacaan shalat kalian” maka Rasulullah membacanya ketika bangkit dari ruku’ padahal sebelum itu beliau bangkit dari ruku’ dengan mengucapkan “Allahu Akbar”
Arti ‘Sami’allaahu liman hamidah’ sendiri adalah “Allah sungguh mendengar para pemuji-Nya”
Sumber riwayat dapat dilihat dalam :
- Hasyiyah Jamal ala fath al-Wahab juz.1. Hal. 366.
- Hasyiyah I’anah at-Thalibin, juz, 1. Hal. 180.
- Hasyiyah al-Bajury ala Fath al-Qarib, juz. 1. Hal. 220.
Disadur : InspiraData
by Danu Wijaya danuw | Jul 2, 2017 | Artikel, Dakwah
JAKARTA–Pada Jumat (30/6/2017) kemarin, terjadi penusukan dua anggota Brimob seusai shalat Isya berjamaah di Masjid Falatehan, Jakarta Selatan dekat Mabes Polri. Setelah melancarkan aksi biadab ini, pelaku mengacungkan sangkurnya sembari terus berteriak ‘thaghut’ ke para jemaah yang sebagian besar anggota polisi itu.
Apa arti thaghut yang diteriakkan teroris ini? Berikut penjelasan thaghut menurut Guru Besar Sosiologi Agama yang juga Ketua Komisi Hukum MUI Pusat, Prof. Dr. HM Baharun.
“Arti kata atau makna thaghut adalah setan yang disembah manusia. Penyembah thaghut ini telah tersesat jauh dari agama yang benar, dan masuk neraka bersama setan,” kata Prof Baharun, Sabtu (1/7/2017).
Secara etimologi, Prof Baharun memaparkan, thaghut berasal dari kata ‘thaga’, yang memiliki arti : melampaui batas dan berlebih-lebihan dalam hal kekafiran’.
Makna lainnya, menurut Ibnu Manzur, adalah berlebihan dalam hal kemaksiatan.
“Kata thaghut setidaknya disebut 8 kali dalam Al-Quran, di luar perubahan bentuk dan sebagainya. Setiap ayat memiliki konteks, yang bisa sedikit berbeda satu sama lain,” papar Prof Baharun.
Dalam surah Al-Baqarah ayat 257 disebut makna thagut, “Allah Pelindung orang-orang beriman. Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman).
Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah thagut, yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.”
Prof Baharun menggunakan Tafsir Al Misbah kemudian menjelaskan, “bahwa thaghut berarti membawa manusia keluar dari cahaya iman lalu menuju ke kegelapan. Karena pada dasarnya setiap manusia lahir suci, thaghut yang membuat manusia berada dalam kesesatan.”
Kemudian, dalam surah An-Nisa ayat 51, thaghut merujuk pada “setiap sesuatu yang disembah selain Allah, baik berupa batu, manusia, pohon, ataupun setan”.
Pendapat lain menyebutkan bahwa thaghut adalah setan, yang disembah manusia.
Secara keseluruhan, thaghut kemudian diartikan sebagai segala macam kebatilan, baik dalam bentuk berhala, ide-ide yang sesat, manusia durhaka, tirani, atau siapapun yang mengajak pada kesesatan.
Termasuk didalamnya tindakan sewenang-wenang, misal dalam menyusun undang-undang semata-mata untuk mempertahankan kekuasaan.
“Istilah thaghut itu digunakan kelompok garis keras demi memberi stigma buruk musuh-musuhnya. Seperti biasa orang sedang marah begitu gampang menuduh lawannya ‘setan’,” katanya.
Menurut Prof Baharun, kemarahan menjadi salah satu penyebab seseorang bisa dengan sembarang menuduh orang lain sebagai thaghut atau setan.
Emosi yang seharusnya bisa diredam ini, kemudian mewujud tindakan brutal dan biadab: penyerangan dan penikaman.
“Saya tidak percaya yang menikam Brimob di masjid itu seorang beragama yang beriman,” ucap Baharun.
Tindakan tersebut hanyalah tindakan orang gila atau setan berwujud manusia. Boleh jadi ia (pelaku) yang teriak thaghutlah, thaghut sebenarnya,” pungkasnya.
Disadur : Kumparan
by Danu Wijaya danuw | Jun 29, 2017 | Artikel, Dakwah
JAKARTA – Gubernur DKI terpilih Anies Baswedan menghadiri acara perayaan Idul Fitri 1438 H yang digelar oleh ormas Rabithah Alawiyah. Dalam acara yang dihadiri oleh ribuan massa itu, Anies memberi beberapa kata sambutannya.
Anies mengajak seluruh masyarakat agar meneladani semangat yang sudah dirintis oleh para pendahulu. Menurut Anies generasi pendahulu, utamanya di awal perjuangan menuju kemerdekaan, mampu membaca keadaan zaman yang cepat berubah.
Anies merujuk salah satu organisasi Jamiat Khair yang merupakan salah satu pilar pendukung Rabithah Alawiyah di sektor pendidikan. Organisasi Jamiat Khair yang lahir pada 1901 membuktikan betapa generasi para pejuang itu mampu membaca semangat zaman.
Generasi para pendahulu di Indonesia menyadari arti pentingnya organisasi pendidikan yang punya semangat nasionalisme. Dan Jamiat Khair selaku organisasi pendidikan Islam mampu menghadirkan hal itu.
Karenanya, Anies meminta segenap umat dan anak bangsa untuk mencontoh semangat generasi pendahulu itu. “Orang tua-orang tua itu membaca perubahan zaman dengan membentuk organisasi,” ujar Anies salam sambutannya di Jakarta, Senin (26/6).
Dan di era saat ini, semangat untuk membaca perubahan zaman sangat penting untuk dilakukan. Sebab zaman berubah begitu cepat. “Kalau kita telat menyadari perubahan kita akan tertinggal,” ujar Anies.
Karena itu, pada momen Idul Fitri ini, Anies meminta kepada seluruh hadirin agar memelihara semangat untuk terus meningkatkan diri menjadi lebih baik.
Anies pun memuji organisasi Rabithah Alawiyah yang mulai merintis sistem digitalisasi organisasi. Digitalisasi organisasi yang dilakukan Rabithah Alawiyah adalah dengan membuat aplikasi mobile yang mendukung setiap agenda dan program organisasi yang telah dicanangkan.
Hal itu, kata dia, menjadi contoh bagaimana ormas Rabithah Alawiyah membaca perubahan zaman. “Pengembangan aplikasi menjadi contoh Rabithah Alawiyah tak hanya merawat kemarin tapi juga masa depan,” ujar Anies.
Anies yang segera menjabat sebagai gubernur DKI pada Oktober 2017 mendatang juga berpesan agar semangat mengedepankan pengetahuan terus disebarkan oleh Rabithah Alawiyah pada seluruh masyarakat di Indonesia.
Sebab, bagi dia, era memajukan bangsa bukan lagi dengan cara membentuk organisasi. Sebab cara berjuang dengan cara organisasi telah dirintis generasi pendahulu lewat pendirian organisasi seperti Jamiat Khair, Rabithah Alawiyah, Sarekat Islam, atau Budi Utomo.
Sedangkan era memajukan bangsa dengan donasi modal juga bukan lagi jalan utama. “Fase sekarang donasi sekarang bukan lagi modal tapi lebih dalam bentuk knowledge (ilmu pengetahuan). Sebab sering bangsa ini kalah karena faktor knowledge (pengetahuan),” ujar Anies.
Karena ini, dia mengajak para hadirin agar memperdalam pengetahuan dan keterampilan guna memanfaatkan peluang untuk terus bersaing dengan bangsa-bangsa lain.
“Peluang terbuka tapi jika kita tidak siap akan terbuang percuma. Karena itu yang perlu ditambah adalah pengetahuan dan keterampilan,” ujar Anies.