Doa Berlindung Dari Rihul Ahmar, Bukan Hadist Nabi

Pertanyaan
بِسْـمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ
Ustadz, saya ingin bertanya tentang keshahihan artikel ini dan apakah boleh diamalkan doanya?
Obat Stroke
Pada satu ketika dimana Nabi Allah Sulaiman ‘Alaihi Salaam duduk di singgahsananya. Maka datang satu Angin yang cukup besar, maka bertanya Nabi Allah, Sulaiman, “siapakah engkau..?”
Maka dijawab oleh angin tersebut bahwa akulah Angin Rihul Ahmar….dan aku bila memasuki rongga anak adam, maka lumpuh, keluar darah dari rongga, dan apabila aku memasuki otak anak adam, maka menjadi gilalah anak adam..
Maka diperintahkan oleh Nabi Sulaiman ‘Alaihi Salaam supaya membakar angin tersebut, maka berkatalah Rihul Ahmar kepada Nabi Sulaiman a.s bahwa “Aku kekal sampai hari kiamat tiba, tiada sesiapa yang dapat membinasakan Aku melainkan Allah.
Lalu Rihul Ahmar pun menghilang.
Diriwayatkan cucu Nabi Muhammad Shallallahu `alaihi Wa Sallam terkena Rihul Ahmar sehingga keluar darah dari rongga hidungnya. Maka datang malaikat jibril kepada Nabi Shallallahu `alaihi Wa Salla dan bertanya Nabi kepada jibril. Maka menghilang sebentar, lalu malaikat jibril kembali mengajari akan doa Rihul Ahmar kepada Nabi Shallallahu `alaihi Wa Sallam kemudian dibaca doa tersebut kepada cucu nya dan dengan sekejap cucu Rasulullah sembuh serta merta.
Lalu bersabda Nabi Shallallahu `alaihi Wa Sallam. bahwa barang siapa membaca doa stroke/Doa Rihul Ahmar walau sekali dalam seumur hidupnya, maka akan dijauhkan dari penyakit ANGIN AHMAR atau
STROKE.
Doa menjauhkan terhindar dari angin ahmar dan penyakit kronik
اللهم إني أعوذبك من الريح الأحمر والدم الأسود والداء الأكبر
Allahumma inni a’uzubika minarrihil ahmar, waddamil aswad, waddail akbar.
Artinya;
Ya Allah tuhanku lindungi aku dari angin merah & lindungi aku dari darah hitam (strok) & dan dari penyakit berat
Syukron atas jawabannya ustadz, Jazakallahu khairan katsiran
(Fulanah, Sahabat Bias T06)
 
Jawaban
وَعَلَيْكُمُ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ
بِسْـمِ اللّهِ
Beberapa catatan untuk postingan yang viral tentang hadits yang menyebutkan doa anti stroke:
Pertama, tidak ada haditsnya, sumbernya juga tidak jelas.
Kedua, dalam hadits tersebut disebutkan, “Diriwayatkan cucu Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yang terkena Angin Rihul Ahmar.”
Ini jelas ngawur. Ketika Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam wafat, cucu beliau, Hasan dan Husain masih berumur sktr 8 dan 7 tahunan. Mungkinkah anak kecil kena stroke? Lagi pula, riwayatnya memang tidak ada.
Ketiga, “maka akan dijauhkan dari penyakit ANGIN AHMAR atau Stroke.”
dan “Ya Allah ya Tuhanku lindungi aku dari angin merah dan lindungi aku dari darah hitam (stroke) dan dari penyakit berat”
Dari sini tampak kelemahan pengarangnya, yang seolah bingung soal terjemahannya, “stroke” itu yang mana? angin merah (rihul ahmar) apa darah hitam?
Stroke, dalam bahasa arabnya = السكتة الدماغية
bukan ar-rihul ahmar (angin merah) atau ad-damul aswad (darah hitam).
Keempat, Tidak perlu/jangan disebarkan, karena ini adalah dosa besar, sebab termasuk bentuk dusta terhadap Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Keberadaan fenomena tersebut di atas adalah merupakan pembicaraan terhadap hal ghaib. Dan kita tidak boleh mempercayai keghaiban melainkan harus berdasarkan wahyu, berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Dan tidak ada di dalam keduanya keterangan tentang keberadaan fenomena Rihul Ahmar ini. Disebutkan dalam salah satu fatwa para ulama besar yang tergabung dalam Lajnah Daimah :

بعد النظر في الأوراق المذكورة تبين أن فيها مخالفات شرعية كثيرة، لا يجوز إقرارها ولا توزيعها بين الناس؛ لأنها تشتمل على بدع وشركيات وألفاظ غريبة، فمن ذلك:

قوله: (ثم تقول بصوت دون صوتك بتلاوة القرآن، ثم تقول بصوت خفيض) وتحديد الصوت بهذه الكيفية لا دليل عليه.
yفي قوله في الاستعاذة من شر المخلوقات ومن الريح الأحمر، وتحديد هذا النوع من الريح لا دليل عليه؛ لأن النبي صلى الله عليه وسلم استعاذ من شر الريح مطلقًا.

“Setelah diadakan penelitian terhadap selebaran ini  maka menjadi jelas adanya penyimpangan yang sangat banyak, maka tidak boleh disetujui dan tidak boleh dishare di kalangan khalayak ramai, karena selebaran ini mengandung banyak kesyirikan, kebid’ahan dan lafadz-lafadz yang aneh. Diantaranya disebutkan di sana :
“Kemudian Engkau berkata dengan suara yang bukan suaraMu dengan membaca Al-Qur’an. Kemudian engkau bersuara dengan suara rendah.”
Membatasi suara dengan pembatasan seperti ini tidak ada dalilnya sama sekali.
Di dalamnya juga ada permintaan perlindungan dari keburukan makhluk dan dari keburukan Rihul Ahmar (Angin merah). Penyebutan angin dengan kriteria seperti ini tidak ada dalilnya sama sekali, karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berlindung dari keburukan angin secara mutlak.”
(Fatawa Lajnah Daimah : 24/280).
 
Wallohu A’lam
Dijawab dengan ringkas oleh:

  • Ustadz Abul Aswad Al Bayaty حفظه الله
  • Ust. Abduh Zulfidar Akaha

 
Sumber :
Grup WA Bimbingan Islam
Ummatpos

Meluruskan Kisah Abdah bin Abdurrahim

Benarkah Abdah bin Abdurrahim yang seorang tabi’in, mujahid, dan hafidz Qur’an murtad karena wanita romawi?

>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>
Pertanyaan :
Assalamu’alaikum ustadz. Ana mau bertanya tentang mujahid ‘Abdah bin Abdurrahim yang hidup pada masa tabi’in, apa benar beliau pada akhir hayatnya murtad masuk agama nasrani? Apa penyebab beliau murtad?
@Ummu Dzakira

Jawaban :
Wa’alaikumus Salam Warohmatullahi wabarokatuh
`
1. Kisah tersebut dinukil oleh Al-Hâfizh Ibnu Katsir dalam “al-Bidayah wan Nihayah” (juz 11 hal. 64) dari Ibnul Jauzî, yg menceritakan bahwa ‘Abdah bin Abdurrahim murtad gara-gara terfitnah wanita Romawi yang cantik.
2. Pentahqiq kitab al-Bidayah wan Nihayah, yaitu Syaikh Abdullâh at-Turki (sekjen Rabithah Alam Islami) mengomentari kisah tersebut:

المصدر السابق أي المنتظم الجزء12 الصفحة 302: فيه أن هذه القصة إنما وقعت لشاب كان في صحبة عبدة, فالذي تنصر إنما هو ذلك الشاب وليس ((عبدة بن عبد الرحيم)) ((وعبدة)) هو راوي القصة وليس هو صاحبها.

Sumber referensi sebelumnya, yaitu al-Muntazham juz 12 hal. 302, menjelaskan bahwa kisah ini sebenarnya terjadi pada seorang pemuda yang menemani Abdah.

Jadi yang murtad menjadi nasrani itu adalah pemuda ini, bukanlah ‘Abdah bin Abdurrahim, sedangkan Abdah sendiri adalah periwayat Kisah tersebut, bukanlah pelakunya.”

3. Pernyataan Syaikh Abdullâh at-Turki di atas, didukung oleh riwayat kisah yang valid, yaitu yang murtad adalah pemuda yang menemani Abdah, sedangkan Abdah adalah yang menceritakan. Hal ini bisa dicek di kitab:

  • Al-Muntazham fi Tarikh al-Umam wal Muluk, karya Abul Farj al-Jauzi, Darul Kutub Ilmiah, Beirut, 1412, cet 1, juz 12 hal 301.
  • Tarikhul Islam wa Wafiyatul Masyahir wal A’lam karya Adz-Dzahabî, Darul Gharb al-Islâmi, 2003, cet 1, juz 5 hal 1176.
  • Mukhtashar Tarikh Dimasyqi karya Ibnu Syaikh, yang ditulis oleh Ibnu Manzhur, Darun Nasyr, 1402, cet 1, juz 15 hal 296.

Dan kitab Tarikh (sejarah) lainnya
4. Penilaian para ulama terhadap Abdah bin Abdurrahim:

  • Abu Hâtim pernah ditanya tentang Abdah bin Abdurrahim, maka beliau menjawab : Abdah seorang yang jujur (shidiq).
  • An-Nasa’i menilainya sebagai orang yang jujur dan tidak ada sesuatu padanya.
  • Dan lain-lain

KESIMPULAN:
Abdah bin Abdurrahim adalah mujahid yang tidak murtad, yang murtad adalah seorang pemuda yang menyertai Abdah, dan dikisahkan sendiri oleh Abdah kemurtadannya gara-gara terfitnah oleh wanita cantik.
Seorang tabi’in adalah generasi setelah sahabat yang diakui keshalehannya dan keilmuannya. Sehingga riwayat mengenai tabi’in perlu lebih jeli lagi.
Wallâhu a’lam
@abinyasalma
✒Repost: ganpage Facebook

Kepalsuan Hadist Kelebihan Tarawih Setiap Malam

Sebenarnya bagi mereka yang suka menghidupkan malam Ramadhan tidak perlu dengan adanya hadis palsu seperti ini, barulah mereka akan bersungguh-sungguh menghidupkan amalan Tarawih.
Oleh karena itu jangan dibaca dan disebarkan hadis palsu fadhilat solat tarawih setiap malam, nanti kita termasuk dalam golongan yang berdusta ke atas Nabi SAW, sehingga dilarang keras oleh Baginda Rasul.
Begini bunyi hadistnya; Dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya tentang keutamaan Shalat Tarawih pada Bulan Ramadhan. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

  1. Di malam pertama, Orang mukmin keluar dari dosanya , seperti saat dia dilahirkan oleh ibunya.
  2. Di malam kedua, ia diampuni, dan juga kedua orang tuanya, jika keduanya mukmin.
  3. Di malam ketiga, seorang malaikat berseru di bawah Arsy: ‘Mulailah beramal, semoga Allah mengampuni dosamu yang telah lewat.’
  4. Di malam keempat, dia memperoleh pahala seperti pahala membaca Taurat, Injil, Zabur, dan Al-Furqan.
  5. Di malam kelima, Allah Ta’ala memberikan pahala seperti pahala orang yang shalat di Masjid al-Haram, masjid Madinah, dan Masjid al-Aqsha.
  6. Di malam keenam, Allah Ta’ala memberikan pahala orang yang ber-thawaf di Baitul Makmur dan dimohonkan ampun oleh setiap batu dan cadas.
  7. Di malam ketujuh, seolah-olah ia mencapai derajat Nabi Musa ‘alaihissalam dan kemenangannya atas Firaun dan Haman.
  8. Di malam kedelapan, Allah Ta’ala memberinya apa yang pernah Dia berikan kepada Nabi Ibrahim ‘alaihissalam.
  9. Di malam kesembilan, seolah-olah ia beribadat kepada Allah Ta’ala sebagaimana ibadah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
  10. Di malam kesepuluh, Allah Ta’ala mengaruniai dia kebaikan dunia dan akhirat.
  11. Di malam kesebelas, ia keluar dari dunia seperti saat ia dilahirkan dari perut ibunya.
  12. Di malam kedua belas, ia datang pada hari kiamat dengan wajah bagaikan bulan di malam purnama.
  13. Di malam ketigabelas, ia datang di hari kiamat dalam keadaan aman dari segala keburukan.
  14. Di malam keempat belas, para malaikat datang seraya memberi kesaksian untuknya, bahwa ia telah melakukan shalat tarawih, maka Allah tidak menghisabnya pada hari kiamat.
  15. Di malam kelima belas, ia didoakan oleh para malaikat dan para pemikul Arsy dan Kursi.
  16. Di malam keenam belas, Allah menerapkan baginya kebebasan untuk selamat dari neraka dan kebebasan masuk ke dalam surga.
  17. Di malam ketujuh belas, ia diberi pahala seperti pahala para nabi.
  18. Di malam kedelapan belas, seorang malaikat berseru, ‘Hai hamba Allah, sesungguhnya Allah ridha kepadamu dan kepada ibu bapakmu.’
  19. Di malam kesembilan belas, Allah mengangkat derajatnya dalam surga Firdaus.
  20. Di malam kedua puluh, Allah memberi pahala para Syuhada (orang-orang yang mati syahid) dan shalihin (orang-orang yang saleh).
  21. Di malam kedua puluh satu, Allah membangun untuknya gedung dari cahaya.
  22. Di malam kedua puluh dua, ia datang pada hari kiamat dalam keadaan aman dari setiap kesedihan dan kesusahan.
  23. Di malam kedua puluh tiga, Allah membangun untuknya sebuah kota di dalam surga.
  24. Di malam kedua puluh empat, ia memperoleh duapuluh empat doa yang dikabulkan.
  25. Di malam kedua puluh lima, Allah Ta’ala menghapuskan darinya azab kubur.
  26. Di malam keduapuluh enam, Allah mengangkat pahalanya selama empat puluh tahun.
  27. Di malam keduapuluh tujuh, ia dapat melewati shirath pada hari kiamat, bagaikan kilat yang menyambar.
  28. Di malam keduapuluh delapan, Allah mengangkat baginya seribu derajat dalam surga.
  29. Di malam kedua puluh sembilan, Allah memberinya pahala seribu haji yang diterima.
  30. Di malam ketiga puluh, Allah ber firman : ‘Hai hamba-Ku, makanlah buah-buahan surga, mandilah dari air Salsabil dan minumlah dari telaga Kautsar. Akulah Tuhanmu, dan engkau hamba-Ku.’

Sumber hadits ini disebutkan oleh Syaikh al-Khubawi dalam kitab Durrotun Nashihiin, hal. 16 – 17 (terbitan Mesir tahun 1949). Tetapi setelah dikaji ulama berbagai negara menunjukkan kepalsuan hadist atau dikenal hadist maudhu (palsu).
Berikut ini beberapa indikasi atas palsunya hadits tersebut :
1. Pahala yang terlalu besar untuk amalan yang sederhana.
Banyak keutamaan-keutamaan yang terdapat dalam hadits di atas termasuk dalam kejanggalan jenis ini, misalkan pada lafadz “Allah memberinya pahala seribu haji yang diterima.”
2. Yang lebih parah adalah seseorang bisa mendapatkan pahala sebanding dengan pahala para Nabi, disebutkan dalam keutamaan shalat tarawih pada malam ke-17.
Hal tersebut mustahil terjadi, karena sebanyak apapun amalan ibadah manusia biasa, tentu dia tidak akan mampu menyamai pahala Nabi.
Nubuwah (Kenabian) merupakan pilihan dari Allah semata. Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Allah memilih utusan-utusan-(Nya) dari malaikat dan dari manusia. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. Al Hajj : 75.
3. Tidak terdapat dalam kitab-kitab hadits yang mu’tamad (sandaran hadistnya).
Hadits tentang 30 keutamaan shalat tarawih di atas, tidak terdapat dalam kitab-kitab hadits yang mu’tamad.
Syaikh DR. Lutfi Fathullah mengatakan, “Jika seseorang mencari hadits tersebut di kitab-kitab referensi hadits, niscaya tidak akan menemukannya.” Hal tersebut mengindikasikan bahwa hadits tersebut adalah hadits palsu.
Pendapat para Ulama
Lebih jauh lagi, apabila kita memperhatikan perkataan para ulama tentang hadits itu, tentu akan kita dapati mereka menganggapnya hadits palsu.
1. Al-Lajnah ad-Da’imah (Lembaga Fatwa Arab Saudi)
Al Lajnah ad Da’imah pernah ditanya tentang hadits tersebut, kemudian mereka menjawab,

كلا الحديثين لا أصل له، بل هما من الأحاديث المكذوبة على رسول الله صلى الله عليه وسلم

“Hadits tersebut tidak memiliki landasan dan termasuk dalam hadits-hadits dusta terhadap Rasulullah saw. (al Lajnah ad Daimah Li al Buhuts al Ilmiyah wa al Ifta’ No. 8050)
2. Disertasi Syaikh DR. Lutfi Fathullah
Hal tersebut diperkuat oleh pernyataan beliau dimana disertasi beliau meneliti kitab Durratun Nashihin. Beliau mengatakan:
“Ada sekitar 30 persen hadits palsu dalam kitab Durratun Nashihin. Diantaranya adalah hadits tentang fadhilah atau keutaman shalat tarawih, (yaitu) dari Ali radhiallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassallaam ditanya tentang keutamaan shalat tarawih, (lalu beliau bersabda) malam pertama pahalanya sekian, malam kedua sekian, dan sampai malam ketiga puluh.”
Hadits tersebut tidak masuk akal. Selain itu, jika seseorang mencari hadits tersebut di kitab-kitab referensi hadits, niscaya tidak akan menemukannya.
4. Lembaga Fatwa Kesultanan Brunei Darussalam
Lembaga Fatwa Kesultanan Brunei juga menyatakan kepalsuan hadist tersebut,
“Setelah merujuk kepada kitab-kitab hadis yang muktabar di kalangan ahli Sunnah Wal Jama’ah, termasuk kitab-kitab yang menjadi sandaran dalam pencarian hadis-hadis. Sehingga setakat ini tidak dijumpai hadis-hadis yang khusus menyebutkan tentang kelebihan sembahyang Tarawih dengan menyatakan ganjaran yang diperolehi pada setiap malam Ramadhan sepertimana yang dinyatakan.
Apa yang telah ditemui setakat ini, hanyalah riwayat-riwayat yang hampir sama dengannya dan dihubungkan sanadnya kepada sayyidina Ali Bin Abu Talib iaitu tersebut dalam kitab Bihar Al-Majlisi, salah Ramadhan.
Dan kirab Was’a’il Al- Syi’ah karangan Al-Shiekh Muhammad bin Al-Hasan Al-Har Al-‘Amili dalam bab Istihab Al-Shalah Al-Mukhshushah Kulla Lailah min Syahr Ramadhan wa Awwal Yaum Minh.
Maka sehubungan itu, oleh karena hadis yang ditanyakan itu tidak diketahui sumbernya, yang boleh ditanyakan itu tidak diketahui sumbernya yang boleh dii’timad, maka ia mestilah dihentikan daripada dipromokan melalui radio ataupun televisyen.
Sekiranya Pusat Da’wah Islamiah ingin menggalakkan orang ramai supaya rajin dan bersungguh-sungguh mengerjakan sembahyang Tarawih, adalah lebih baik hadis-hadis yang dipromokan itu diambil daripada kitab-kitab yang muktabar.
Fadhilat sembahyang Tarawih yang ada disebut dalam hadis-hadis yang terkandung dalam kitab-kitab sunan yang muktabar hanyalah secara umum sahaja, tanpa menyebut fadhilat 30 malam Ramadhan itu.”
Badan yang mengisu fatwa : Jabatan Mufti Kerajaan, Jabatan Perdana Menteri, Negara Brunei Darussalam
Penulis/Ulama : Pehin Datu Seri Maharaja Dato Paduka Seri Setia
Tarikh Diisu : 1999
Nota: Fatwa Mufti Kerajaan 1999
Sumber: infad.usim – Fatwa Brunei – Hadis Palsu
Lihat Juga: http://www.al-ahkam.net/home/hadis-fadhilat-tarawih-tiada-dalam-kitab-muktabar-ahlus-sunnah
3. Mufti Terengganu, Negara Malaysia
Dikeluarkan oleh: Jabatan Mufti Terengganu, Malaysia
Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Penyayang. Puji-pujian bagi Allah Subhanahu wata’ala, Selawat dan salam ke atas junjungan kita Nabi Muhammad Sallaahu ‘alaihi wasallam serta para sahabatnya.
Sejak beberapa tahun kebelakangan ini satu hadis tentang kelebihan tarawikh pada malam-malam ramadhan telah tersebar dengan meluas sekali.
Namun begitu setelah diajukan pertanyaan kepada beberapa tokoh agama tanah air tentang kedudukan hadis ini, dari manakah ianya diambil, semuanya tidak dapat memberikan penjelasan.
Dan setelah diteliti dalam kitab induk hadis seperti Sunan Sittah dan lain-lain kitab hadis lagi, ianya tidak ditemui. Begitu juga dalam kitab-kitab hadis palsu (maudhu`aat) sendiri pun tidak didapati hadis ini.
Ini menunjukkan bahawa hadis ini merupakan satu hadis yang baru diada-adakan sehingga ulama-ulama hadis dahulu yang menulis tentang hadis maudhu` pun tidak mengetahui akan wujudnya hadis ini.
Kita tidak menafikan kelebihan sembahyang tarawih dan kedudukannya didalam sunnah. Namun begitu kita tidak mahu umat Islam tertipu dengan berbagai-bagai janji palsu yang menyebabkan umat Islam mengerjakan amalan-amalan kebaikan dengan mengharapkan sesuatu yang sebenarnya tidak akan diperolehinya.
Dengan tersebarnya hadis-hadis palsu seumpama ini juga akan mencemarkan kesucian hadis Rasulullah s.a.w. yang dipelihara dengan dengan begitu baik oleh ulama-ulama kita dahulu.
Sumber fatwa malaysia : http://mufti.islam.gov.my/terengganu/?subid=10&parent=06
Selamat menjalankan ibadah puasa dan mendirikan qiyam Ramadhan. Semoga diberi ilmu agar dapat menjauhi dusta atas nama Nabi SAW.
 
Sumber : Abu Anas Madani.com & Muslim.or.id