0878 8077 4762 [email protected]
Massa Aksi Gelar Shalat Dzuhur Berjamaah di Depan Kedubes Myanmar

Massa Aksi Gelar Shalat Dzuhur Berjamaah di Depan Kedubes Myanmar

Jakarta – Massa aksi solidaritas muslim Rohingya menggelar salat zuhur berjemaah di depan kantor Kedubes Myanmar. Mereka menunaikan salat di Jalan Agus Salim.
Sebelum salat, seorang perwakilan massa aksi mengumandangkan adzan di mobil komando. Setelah adzan selesai, massa berwudhu menggunakan air mineral botol.
Massa shalat beralas sajadah dan beberapa spanduk. Massa tampak khusyuk melaksanakan shalat.
Doa Bersama untuk Rohingya
d404af65-50e8-4565-b345-566c00db1db6
Seusai shalat, imam membacakan doa yang langsung diamini oleh jemaah.
“Ya Allah, selamatkan kaum muslim Rohingya, ini adalah sebuah penindasan hak hak manusia ya Allah, hentikanlah penindasan kaum Rohingya, ya Allah,” kata imam saat membacakan doa di Jalan Agus Salim, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (6/9/2017).
Massa dari Front Pembela Islam dan sejumlah ormas lain terus melakukan aksi di depan Kedubes Myanmar. Mereka meminta agar pemerintah Indonesia mengusir Duta Besar Myanmar yang ada di Indonesia.
Aksi ini merupakan buntut dari pembantaian muslim Rohingya yang dilakukan oleh Myanmar.
Terkait hal itu, Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi telah melakukan pertemuan dengan pimpinan Myanmar Aung San Suu Kyi membahas krisis kemanusiaan di Rakhine, Senin (4/9).
 
Sumber : Detik

Massa Aksi Gelar Shalat Dzuhur Berjamaah di Depan Kedubes Myanmar

Fakta Sebenarnya Indonesia yang Sudah Bangun 6 Sekolah di Myanmar

Pemerintah Indonesia bersama Lembaga NGO Kemanusiaan asal Indonesia sampai saat ini sudah membangun 6 sekolah. Terdiri ada 4 Sekolah dibangun di era Presiden SBY dan ada 2 sekolah dibangun di era Presiden Jokowi.
1. Pembangunan 4 Sekolah di era SBY
Wakil Menteri Luar Negeri Abdurrahman Mohammad Fachir meresmikan empat sekolah bantuan pemerintah Republik Indonesia di Rakhine, Myanmar, Senin, 8 Desember 2014.
Sekolah yang dibangun dengan dana US$ 1 juta tersebut terletak di tiga desa di Rakhine, negara bagian yang dilanda konflik komunal mulai 2012 hingga Juni 2014.
“Saya sangat bahagia sekaligus terharu melihat senyuman polos dan wajah-wajah cerita serta semangat yang tinggi. Mereka begitu antusias menampilkan pengetahuan yang mereka pelajari dalam waktu kurang dari tiga bulan,” ujar Fachir kepada Tempo, Rabu, 10 Desember 2014.
350775_620
Menurut siaran pers Kementerian Luar Negeri, keempat sekolah yang dibangun masing-masing terletak di :

  1. Desa Thaykan, Kecamatan Minbya Township;
  2. Desa Sanbalay, Kecamatan Minbya;
  3. Desa Mawrawaddy, Kecamatan Maungdaw;
  4. dan Desa Buthidaung, Kecamatan Thapyaygone.

Peresmian yang dipusatkan di Desa Thaykan, Kecamatan Minbya, tersebut terletak sekitar tiga jam perjalanan menggunakan speedboat dari Sittwe, ibu kota Rakhine.
Acara ditandai dengan pemotongan pita, pembukaan selubung nama sekolah, dan pelepasan puluhan balon ke udara dengan diiringi tarian anak-anak sekolah setempat.
Menurut Fachir, anak-anak sekolah itu juga penuh perhatian ketika dia menjelaskan serta menunjukkan peta Indonesia dan Myanmar.
“Semua mengacungkan tangan saat saya tanya siapa yang mau ke Indonesia,” ujar mantan Duta Besar RI untuk Arab Saudi dan Mesir tersebut. Ada sekitar 400 anak yang belajar di sekolah tersebut.
Dalam peresmian itu, Fachir didampingi :

  • Duta Besar RI untuk Myanmar, Ito Sumardi,
  • dan disaksikan ratusan masyarakat setempat.

Turut hadir :

  • Menteri Perbatasan Myanmar, Thet Naing Win
  • Chief Minister Rakhine, U Maung Maung Ohn
  • Dan perwakilan badan-badan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang bertempat di Myanmar.

Fachir menuturkan bantuan pembangunan empat sekolah tersebut untuk menunjukkan Indonesia secara aktif mendorong rekonsiliasi konflik di wilayah Rakhine melalui pendekatan kemanusiaan.
Pemberian bantuan dana kemanusiaan untuk pembangunan sekolah merupakan tindak lanjut dari kunjungan Menlu Marty Natalegawa ke Rakhine pada Januari 2013 dan kunjungan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada akhir April 2013.
Secara khusus, pemerintah Myanmar yang diwakili Chief Minister Rakhine menyampaikan terima kasih kepada rakyat dan pemerintah Indonesia yang telah terlibat dalam proses penyelesaian konflik komunal di Rakhine, melalui pendekatan kemanusiaan dan keterlibatan konstruktif.
2. Pembangunan 2 Sekolah di era Jokowi
Indonesia mendirikan dua sekolah di Negara Bagian Rhakine, Myanmar yang selesai dibangun bulan Januari tahun 2017.
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi diundang dalam peresmian mengatakan, pendirian dua sekolah dasar bantuan Indonesia.
Retno dalam peresmian mengatakan pembangunan ini merupakan bagian dari komitmen Indonesia dalam mendukung pembangunan inklusif di Myanmar.
“Pembangunan dua sekolah ini adalah bagian dari komitmen Indonesia untuk mendukung pembangunan yang inklusif di Myanmar, utamanya di sektor pendidikan,” kata Retno melalui keterangan tertulis Kemlu, Minggu (22/1/2017).
Dua sekolah yang mendapat bantuan dari Indonesia terletak di :

  • Desa La Ma Chae
  • dan Desa Thet Kay Pyia Ywar Ma.

Sekolah itu dibangun dari hasil sumbangan kemanusiaan masyarakat Indonesia yang dikoordinir oleh Pos Keadilan Peduli Ummah (PKPU), salah satu anggota Aliansi Lembaga Kemanusiaan Indonesia (ALKI) yang aktif memberikan bantuan kemanusiaan di Myanmar.
Retno berharap, kedua sekolah itu dapat memberikan manfaat bagi semua komunitas di Sittwe.
“Melalui sekolah ini, saya berharap bahwa anak-anak di Rakhine State tidak saja mendapat pendidikan formal, tetapi juga belajar mengenai keberagaman dan toleransi serta menumbuhkan budaya damai dan pluralisme,” ucap Retno.
Acara peresmian dihadiri oleh :

  • Menteri Sosial dan Kesejahteraan, Chief Minister Rakhine
  • Pejabat Kementerian Pendidikan Myanmar
  • Serta perwakilan beberapa organisasi kemanusiaan Indonesia.

Dalam sambutannya, Chief Minister Rakhine State, U Nyi Pu, menyampaikan terima kasih kepada rakyat dan Pemerintah Indonesia atas pembangunan sekolah tersebut serta berbagai bantuan kemanusiaan lainnya.
Manager Rehabilitasi pasca Bencana PKPU, Muhammad Kaimuddin yang berada di lokasi mengatakan
“Kondisi sekolah yang tidak layak bukan hanya terjadi di desa ini, hampir di semua sekolah pemerintah di seluruh Negara bagian ini, selain bangunan tidak layak, juga kelebihan murid dan masih kurangnya sarana ruang belajar, sehingga program pembangunan sekolah yang dilakukan PKPU sangat diperlukan.”
Selain pembangunan dan penyediaan fasilitas sekolah, Indonesia juga akan memberikan pelatihan untuk meningkatkan kapasitas guru-guru yang akan dilakukan di Sekolah Indonesia International School Yangon.
Dengan peresmian dua sekolah baru ini, maka sejak 2014 sudah enam sekolah yang dibangun oleh Indonesia di Rakhine State.
 
Sumber : Tempo/Kompas/Dakwatuna

Peduli Rohingya, Sejumlah Komunitas Gelar Teatrikal di Bundaran HI

Jakarta – Sejumlah komunitas yang tergabung dalam aksi Save Rohingya menggelar aksi damai yang mengecam kekerasan yang terjadi pada pada warga Rohingya di Rakhine, Myanmar. Turut hadir dalam aksi tersebut Wakil Ketua Komite III DPD RI Fahira Idris.
Fahira Idris tampak berorasi di kawasan Car Free Day (CFD), Bundaran HI, Jakarta Pusat (Minggu/9/2017). Dia mengecam aksi kekerasan yang dialami warga Rohingya.
“Kita sangat mengecam pihak pemerintah dan militer Myanmar atas genosida terhadap Muslim Rohingya. Ini sudah melanggar hak asasi manusia,” ucap Bernard Ali Jabbar, Sekjen Komite Advokasi untuk Muslim Rohingya Arakan (Kamra).
Aksi ini terdiri dari komunitas Peduli Jilbab, Aku Cinta Islam, Bidik Production, Jakarta Sinergi, dan One Day Juz. Selain orasi mereka juga melakukan penggalangan dana untuk warga Rohingya.
“Intinya mau penggalangan, kita mau nyampaikan ke pengunjung CFD kalau saudara kita di Rohingya lagi dalam keadaan entah lah kita nggak bisa ngomong, mereka Muslim dibantai, ketika kita melihat itu apakah kita diam saja, makanya kita bikin aksi ini,” ujar Humas aksi Save Rohingya, Tuti Alawiyah di lokasi acara.
Selain itu, peserta aksi juga menggelar aksi teatrikal. Aksi ini banyak menarik perhatian pengunjung CFD di Bundaran HI. Mereka juga ada yang memberikan bantuan melalui penggalangan dana.
 
Sumber : Detik/Hidayatullah

Meski Bahaya, Dompet Dhuafa Potong 20 Sapi di Kamp Rohingya

SITTWE — Dompet Dhuafa membawa amanah dari para pekurban di Indonesia ke kamp pengungsi Rohingya di Sittwe, Myanmar. Meski berbahaya dan akses cukup sulit, 20 ekor sapi dari para pekurban di Indonesia yang diamanahkan melalui Tebar Hewan Kurban (THK) Dompet Dhuafa harus sampai ke tangan yang berhak di Myanmar.
“Misi kemanusiaan kali ini lebih berisiko dan mendebarkan,” kata Tim Kemanusiaan Dompet Dhuafa, Shofa melalui keterangan tertulisnya, kepada Republika.co.id, Ahad (3/9)
Shofa mengatakan, sebelumnya Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) memberikan informasi mengenai situasi di Myanmar dalam dua pekan terakhir yang cukup berbahaya. Tim Kemanusiaan Dompet Dhuafa diminta mempertimbangkan misi menyampaikan amanah dari para pekurban di Indonesia ke Muslim Rohingya. Akan tetapi mengingat amanah para pekurban sudah diterima Dompet Dhuafa, maka mereka merasa harus menyalurkannya ke Muslim Rohingya.
Dompet Dhuafa melalui proses panjang dan berliku dalam mencari mitra lapangan untuk mengakses lokasi yang dijaga militer. Akhirnya Tim Kemanusiaan Dompet Dhuafa tiba di lokasi kamp pengungsian Muslim Rohingya.
Dia menyebut, perjuangan Dompet Dhuafa tidak berhenti sampai di sini. Pihaknya harus meneliti kondisi hewan kurban yang sesuai untuk dikurbankan. Kemudian harus memikirkan bagaimana caranya memasukkan hewan kurban tersebut ke wilayah kamp pengungsian Muslim Rohingya di Sittwe. “Alhamdulillah, Allah memudahkan. Ringkasnya, akhirnya hewan berhasil kami masukkan ke kamp pengungsian dan disembelih untuk para pengungsi pada Sabtu,” ujarnya.
Shofa menceritakan, masyarakat di kamp pengungsian menyambut baik hewan kurban dari pekurban di Indonesia. Sebab, sebelumnya pemerintah setempat melarang umat Muslim Rohingya melaksanakan kurban. Bahkan di kota besar seperti Yangon, tidak ada pemotongan hewan kurban saat Idul Adha.
Dia menyebut, adanya kurban di kamp pengungsian kali ini diharapkan bisa menjadi pelipur lara dan sumber bahagia bagi etnis Rohingya di Sittwe dan sekitarnya. Dompet Dhuafa sangat berterimakasih kepada para donatur atau pekurban yang mengamanahkan hewan kurban untuk disalurkan ke camp pengungsian Rohingya melalui Dompet Dhuafa.
Sekretaris II Sosbud KBRI di Yangon, Yasfitha Febriany Murthias mengatakan, pihaknya sangat berterimakasih kepada Dompet Dhuafa dan pera pekurban di Indonesia. “Kami sebagai perwakilan pemerintah Indonesia di sini, selalu membuka tangan untuk bersinergi dalam mengatasi krisis kemanusiaan ini,” ujarnya.
Yasfitha mewakili pemerintah Indonesia untuk menjembatani penyaluran hewan kurban di Myanmar. Dia berharap, hadirnya kurban kali ini di kamp pengungsian akan terus membawa berkah untuk Muslim Rohingya sehingga proses perdamaian cepat selesai.
 
Sumber : Republika

Diundang Raja Salman, Anies Baswedan Tunaikan Ibadah Haji 

 
Jakarta – Gubernur DKI Jakarta terpilih, Anies Baswedan menunaikan ibadah haji bersama istrinya, Fery Farhati, dan ibunya, Aliyah Rasyid. Anies mengatakan ini merupakan ibadah hajinya yang pertama.
“Alhamdulilah ini perjalanan pertama saya, bersyukur bisa bersama-sama dengan ibu. Kesempatan ini saya mengajak ibu dan istri,” katanya, Jumat, 25 Agustus 2017
Menurut Anies, dirinya mendapat undangan menunaikan ibadah haji dari Raja Salman. Kanomas Travel ditunjuk Raja Salman mengatur perjalanan Anies selama di Tanah Suci. “Iya, memang mendapat undangan dari sana. Nanti di sana mereka yang mengatur,” ucapnya.
Anies bersama istri dan ibunya berangkat ke Mekkah menggunakan maskapai Saudi Arabia Airlines. Rencananya Anies akan berada di Mekkah hingga 5 atau 6 September 2017.
Selanjutnya Anies melanjutkan perjalanan ke Madinah. “Di sana sampai tanggal 11 (September 2017),” ujarnya.
Selama dua pekan meninggalkan Tanah Air, Anies menitipkan anak-anaknya ke para tetangga. “Saya titip ke tetangga juga. Kan mereka sudah seperti saudara saya sendiri. Nanti orang tua Ferry juga akan menginap di sini (rumah Anies),” tuturnya.
Anies mengaku tak khawatir meninggalkan anak-anaknya di rumah selama 15 hari. “Mereka biasa main sama tetangga. Insya Allah mereka relatif sudah biasa (ditinggal),” katanya.
Rumah Anies di Jalan Lebak Bulus Dalam II, Jakarta Selatan, Jumat pagi, 25 Agustus 2017 didatangi keluarga, teman-teman, serta tetangganya. Salah satu tamu yang datang adalah artis Neno Warisman.
Mereka berkumpul dan berdoa bersama melepas Anies dan keluarga untuk menunaikan rukun Islam kelima. Dalam pesan singkat yang dikirimkan kepada media, Anies memohon doa atas rencana keberangkatan ini.
“Sebuah perjalanan menuju Baitullah, menuju tanah di mana Ibrahim bersama Ismail membangun Kakbah. Pada semua, kami memohon maaf dan mohon diikhlaskan atas semua kesalahan dan kekhilafan kami sekeluarga dalam berinteraksi selama ini,” ujarnya.
Anies juga memohonkan doa, semoga diberikan kesehatan, kemudahan, kelancaran, dan keselamatan selama menjalankan ibadah hingga kembali ke Tanah Air, serta bisa menjadi haji mabrur.
Anies Baswedan bersama Sandiaga Uno akan dilantik sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta pada Oktober 2017.
 
Sumber : Antara
 

Pembangunan RS Indonesia di Rakhine tidak Terganggu Konflik

Medical Rescue Commite (MER-C) yang sedang membangun Rumah Sakit Indonesia (RSI) di Myanmar berharap pihak-pihak yang sedang bentrok segera mengambil jalan diskusi agar tidak banyak jatuh korban.
Presidium MER-C, Dr Sarbini Abdul Murad mengatakan, proses pembangunan RSI tidak terganggu dengan bentrokan yang terjadi pada Jumat (25/8).
Pembangunan RSI didukung semua pihak, termasuk Pemerintah Myanmar, umat Islam, Buddha dan masyarakat umum lainnya.
Rumah Sakit Indonesia akan dibangun di Desa Muaung Bwe, Negara Bagian Rakhine Myanmar dengan luas lahan mencapai lebih dari 7.000 meter persegi. RSI dibuat oleh MER-C, Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi) dan TNI.
“Sebelumnya kami telah membeli tanah seluas 4.000 meter persegi, kemudian ditambah 3.000 meter persegi oleh pemerintah setempat. Lokasi tersebut berada di perbatasan permukiman warga Buddha dan Muslim, sehingga mudah dijangkau oleh mereka,” tuturnya.
Pembangunan rumah sakit tersebut direncanakan menggunakan biaya sebesar Rp25 miliar. Saat ini, dana yang terkumpul baru sekitar Rp12 miliar.
“Kami mengundang rakyat Indonesia untuk ikut berpartisipasi. September 2017 direncanakan akan mulai pengerjaan konstruksi dan diharapkan rumah sakit selesai pada awal 2018,” jelasnya.
Ia mengungkapkan, setelah berdirinya RSI diharapkan dapat menjadi peredam konflik di Myanmar. “Diharapkan dengan cepatnya berdirinya Rumah Sakit, mudah-mudah bisa menjadi simbol perdamaian dengan adanya Rumah Sakit Indonesia itu,” kata Sarbini kepada Republika, Ahad (27/8).
MER-C meyakini kekuatan dialog dapat menyelesaikan konflik, seperti di Aceh, bisa damai karena dialog. Terutama antara warga Rohingya, gerilyawan dan pemerintah Myanmar.
“Kalau dialog tidak dibangun, akan sulit saling pengertian, dialog inilah yang akan membuat saling pengertian antara semua elemen di Myanmar,” ujarnya.
Sarbini menerangkan, RSI yang sedang dibangun MER-C diperuntukkan untuk umum, artinya untuk semua komunitas agama. RSI ini akan menjadi simbol netralitas. Masyarakat Muslim dan non-Muslim akan berobat bersama-sama di RSI.
Masyarakat yang sedang berobat akan bertemu, saling sapa dan berbicara. Secara perlahan akan membuka pintu saling percaya antara semua komunitas di Myanmar.
“Jadi dengan ada Rumah Sakit ini maka masyarakat dan Pemerintah Myanmar bisa melihat di Indonesia harmonis antar umat beragama, buktinya RSI ini didirikan oleh komunitas Muslim dan Buddha,” jelasnya.
MER-C menginformasikan, pada Oktober mendatang akan dibuat rumah untuk dokter dan paramedis. Setelah itu baru akan dibangun bangunan Rumah Sakit. Ditargetkan pertengahan 2018 RSI bisa dioperasikan.
MER-C juga akan membangun sarana air bersih di sekitar RSI. Sebab, masyarakat di sana kesulitan mendapatkan air bersih. Dokter dan paramedis dari Myanmar akan dilatih di Indonesia.
 
Sumber : Republika/Antara