Mengutip dan menyimpulkan kisah dari buku Sirah Nabawiyah karangan Syaikh Shafiyyur Rahman Al-Mubarakfury yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Kathur Suhardi. Percakapan antara Heraklius, kaisar Romawi dengan Abu Sofyan, paman Rasul sendiri yang pada saat itu belum masuk Islam dan sedang berdagang di Syam. Disaat yang sama korespondensi oleh Rasul melalui utusan beliau Dihyah bin Khalifah Al Kalby kepada Kaisar Roma yang sedang berkuasa, Heraklius, pada akhir tahun 6 H.
Heraklius yang saat itu berada di Baitul Maqdis mengundang Abu Sufyan untuk ikut pertemuan dimana dihadiri para pembesar Roma. Heraklius mengajukan beberapa pertanyaan ‘spekulatif’   kepada Abu Sufyan tentang Rasul dan ajaran (Islam) yang dibawa Muhammad. Berikut pertanyaan sekaligus jawaban dari Heraklius.
Pada pertemuan itu, Raja Heraklius hadir dengan pembesar kerajaannya. Heraklius memanggil seorang penerjemah untuk menerjemahlan dialognya dengan rombongan Abu sufyan.
Raja Heraklius kemudian berkata kepada penerjemahnya, “Tanyakan kepada mereka, siapa yang paling dekat dengan nasab (karis keturunan)nya dengan Muhammad yang mengklaim dirinya seagai seorang Nabi dari negeri Arab!”
Mendengar pertanyaan tersebut, Abu Sufyan menjawab, “Akulah yang paling dekat nasabnya dengan Muhammad.”
Heraklius kemudian berkata kepada penerjemaahnya“Beritahukan kepada Abu Sufyan bahwa aku akan mengajukan kepadanya beberapa pertanyaan. Katakan kepada kawan-kawannya jika Abu Sufyan telah menjawab pertanyaanku, hendaknya mereka memberitahuku diriku kenyataan yang sesungguhnya. Jika benar katakan benar. Jika salah katakan salah”
Pertanyaan pertama yang dilontarkan Heraklius kepada Abu Sufyan ialah, “Bagaimanakah nasab orang ini (Muhammad) di antara kalian?”
Abu Sufyan menjawab, “Dia adalah orang yang memiliki nasab yang mulia dalam kabilah bangsa Arab”
Heraklius bertanya, “Apakah ada orang sebelumnya yang telah menyatakan apa yang telah dia ucapkan itu?”
Abu Sufyan menjawab, “Tidak”
Heraklius bertanya, “Apakah dia berasal dari keturunan raja?”
Abu Sufyan menjawab, “Tidak”
Raja romawi itu bertanya lagi, “Apakah pengikutnya adalah orang-orang mulia dan para pembesar?”
Abu Sufyan menjawab, “Tidak, para pengikutnya adalah orang-orang miskin dan orang-orang yang lemah”
Heraklius bertanya lagi, “Apakah pengikutnya itu bertambah terus atau semakin berkurang?”
Abu Sufyan menjawab, “Pengikutnya semakin hari semakin bertambah dan tidak pernah berkurang”
Heraklius bertanya lagi, “Apakah di antara mereka ada yang meninggalkan agama mereka karena membenci agama itu?”
Abu Sufyan menjawab, “Tidak ada”
Raja romawi ini bertanya lagi, “Apakah kalian menuduh dia berdusta atas apa yang diucapkannya bahwa dia mengklaim dirinya sebagai Nabi? Sebelum dia menyatakan bahwa dia adalah seorang nabi, apakah dahulunya dia adalah seorang pendusta?”
Abu Sufyan menjawab, “Tidak”
Kemudian, Abu Sufyan ditanya lagi, “Apakah dia suka menghianati perjanjian?”
Abu Sufyan menjawab, “Tidak. Sepanjang kami hidup bersama dalam satu kabilah dengannya, kami tidak pernah melihat dia berdusta dalam bicara dan tidak pernah berkhianat dalam melakukan perjanjian. Pada saat ini, kami juga sedang melakukan perjanjian dengannya, tetapi kami tidak tahu apa yang akan dia lakukan.”
Raja Romawi itu melanjutkan pertanyaannya, “Apakah kalian memerangi mereka?”
Abu Sufyan menjawab, “Sejujurnya kami memang sedang memerangi mereka”
Heraklius bertanya lagi. “Lantas bagaimana hasil dari pertempuran kalian dengan mereka?”
Abu Sufyan menjawab, “Manakala kami berperang, kadang kami yang menang dan kadang mereka yang menang”
Heraklius berujar, “Dia telah mengaku sebagai seorang Nabi kepada kalian. Lalu apa yang diperintahkan Muhammad kepada kalian?”
Abu Sufyan menjawab, “Muhammad mengajak kami dan menyuru kami bersaksi, ‘Sembahlah Allah semata dan janganlah kalian menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun.’ Muhammad juga Menyeruh kami untuk meninggalkan apa yang diucapkan oleh nenek moyang kami (menyembah berhala). Dia juga menyeruh kami untuk menegakkan shalat, membayar zakat, berlaku jujur, bersikap sederhana dan hidup bersahaja, serta senantiasa menyambung silaturahim”
Maksud dan Tujuan Pertanyaan Raja Heraklius
Setelah semua pertanyaan diajukan dan dijawab Abu sufyan, Heraklius menjelaskan maksud dan tujuannya dari pertanyaan-pertanyaannya.
Heraklius menjelaskan, “Aku bertanya kepadamu tentang nasabnya (Muhammad) di antara kalian, seperti apa sejatinya nasabnya? Engkau menjawab bahwa dia memiliki nasab yang mulia, orang terpandang. Memang seperti itulah adanya para Nabi yang diutus di tengah-tengah kaumnya. Mereka berasal dari nasab-nasab yang luhur
Kemudian, aku menanyakan kepadamu apakah ada orang-orang sebelumnya yang telah mengklaim bahwa dirinya adalah seorang Nabi. Engkau menjawab, Tidak. Itulah realitas yang benar, sebab jika sebelumnya ada di antara keluarganya yang menyatakan perkataan tersebut, bisa saja dia hanya ikut-ikutan mengklaim dirinya sebagai seorang Nabi. Namun, faktanya tidak ada.
Aku tanyakan kepadamu tentang apakah ada bapak ataupun kakek (leluhurnya) yang menjadi raja. Engkau menjawab tidak ada. Itula realitas yang patut dipercaya, sebab jika sekiranya ada bapak atau kakeknya yang menjadi sorang Raja, mungkin saja dia mengucapkan perkataan tersebut hanya karena ingin mencari kekuasaan atau merebut kekuasaan yang pernah diraih leluhurnya
Heraklius, Raja Romawi Mengakui Muhammad saw sebagai Seorang Rasul
Aku telah menanyakan kepadamu tentang sikap dan respon kalian sebelum dia mengaku sebagai seorang nabi, adakah kalian menuduhnya pembohong dan manusia penuh dusta. Engkau menjawab tidak. Itulah realitas yang benar, sebab aku tahu persis bahwa seorang nabi tidak akan pernah berdusta kepada manusia, apalagi berdusta atas nama Tuhan
Aku juga bertanya kepadamu tentang para pengikutnya, apakah para pengikutnya itu pembesar dan dan pejabat. Engkau menjawab kalau para pengikutnya adalah orang-orang lemah dan orang-orang miskin. Itulah realitas yang benar, sebab memang demikianlah adanya. Pengikut para nabi pada masa lalu adalah dari kalangan orang-orang lemah dan miskin
Kemudian, Aku tanyakan kepadamu adakah para pengikutnya semakin bertambah atau berkurang. Engkau menjawab kalau para pengikutnya semakin bertambah dan tidak pernah berkurang. Itulah realitas yang benar, sebab pengikut nabi akan semakin bertambah dan bertambah terus sampai menjadi sempurna.
Aku telah bertanya kepadamu, apakah ada di antara mereka yang keluar dari agamanya kerena membenci agama itu. Engkau menjawab tidak ada satu pun. Itulah realita yang benar, sebab jikalau keimanan telah bersatu dengan hati, dia tidak akan bisa keluar lagi.
Aku juga menanyakanmu tentang keadaannya, apakah dia pernah berkhianat. Engkau menjawab tidak. Itulah realitas yang benar, sebab memang seperti itulah karakteristik dasar para Rasul Allah. Mereka tidak ada yang pernah berkhianat.
Kemudian, Aku menanyakan kepadamu tentang apa yang diperitahkan Muhammad kepada kalian. Engkau menjawab bahwa ia memerintahkan untuk beribadah kepada Allah semata dan melarang kalian untuk melakukan perbuatan syirik. Dia juga mengajak untuk melaksanakan ibadah shalat, zakat, puasa, bersikap jujur, sederhana, tidak gila dunia, serta menyambung silaturahim.”
Heraklius lalu berkata kepada Abu Sufyan dan kawan-kawannya yang disaksikan seluruh petinggi kerajaan, Wahai Abu Sufyan, jika semua yang telah kau terangkan itu betul semuanya, dia akan memerintah sampai ke tempatku berpijak di kedua telapak kakiku ini.
Sesungguhnya, aku telah tahu (ramalan) bahwa dia akan lahir. Namun, aku tidak mengira bahwa dia akan lahir dari klan anak bangsa di antara kalian.
Kemudian Heraklius Kaisar Romawi itu berkata, “Sekiranya aku dapat bertemu dengannya (nabi Muhammad saw). Walaupun dengan susah payah, aku akan berusaha untuk menemuinya. Jika aku berhasil berada di dekatnya, aku akan mencuci kedua telapak kakinya. Seandainya aku tahu jalan menuju ke tempatnya, aku akan berusaha untuk bisa menuju ke tempatnya dan jika aku menemuinya, aku akan membasuh kedua kakinya.” (HR Bukhari)

X