KETIKA Raja Faisal memutus pasokan minyak hingga negara-negara Barat mengalami krisis minyak pada Oktober 1973, ia melontarkan kalimat yang terkenal dan mengguncang dunia: “Kami dan leluhur kami telah mampu bertahan hidup hanya mengandalkan kurma dan susu, dan kami akan kembali dengan cara itu lagi untuk bertahan hidup (tanpa bantuan barang-barang dari Barat).”
Henry Kissinger, Menteri Luar Negeri AS, langsung mengunjungi Raja Faisal dan mencoba membujuknya untuk menarik keputusannya itu.
Akan tetapi Raja Faisal hanya berkata dengan wajah penuh yang dingin, “Hancurlah Israel!”
Henry Kissinger mencoba melontarkan sebuah lelucon untuk menghibur sang Raja:
“Pesawat saya kehabisan minyak, berkenankah yang mulia memerintahkan orang agar mengisinya dengan minyak kembali? Dan kami siap membayarnya dengan kurs internasional.”
Namun Sang Raja tak tertawa sedikitpun. Ia memandang Kissinger sambil berkata:
“Dan aku hanyalah seorang lelaki tua yang menginginkan untuk dapat shalat dua rakaat di Masjid Al Aqsa sebelum aku mati; maka maukah engkau (Amerika) mengabulkan permintaanku ini?”
Raja Faishal, Raja Arab yang Shalih dan Teguh
Beliau dikenal sebagai pemimpin yang shalih dan sangat memperhatikan kesejahteraan dan kepentingan rakyatnya, banyak sekali program-program baru yang dicanangkannya selepas penobatannya sebagai kepala negara.
Beberapa diantaranya adalah, pada tahun 1967 Raja Faisal menggalakkan program penghapusan perbudakan. Langkah ini ia lakukan dengan membeli seluruh budak di Arab Saudi dengan kas pribadinya hingga tak tersisa satupun budak.
Raja Faisal juga melakukan penyederhanaan gaya hidup keluarga kerajaan serta melakukan penghematan kas kerajaan dengan menarik 500 mobil mewah Cadillac milik istana.
Dana dari hasil program diatas salah satunya terealisasi pada pembangunan sumur raksasa hingga sedalam 1.200 meter sebagai tambahan sumber air rakyat untuk dialirkan pada lahan-lahan tandus disemenanjung Arab.
Di awal kepemimpinannya, Raja membuat berbagai keputusan yang mengagumkan, mulai dari mengizinkan anak-anak wanita Arab untuk bersekolah.
Beliau membangun rumah untuk penduduk, menstabilkan perekonomian Arab, dan menemukan ladang minyak baru di perairan Saudi dengan jumlah cadangan minyak lebih dari 240 milyar barrel dan menjadikan Arab Saudi sebagai negara penghasil minyak terbesar di dunia.
Ladang minyak yang luas itu sesuai dengan janji Allah dalam Al Qur’an, “Jika penduduk suatu negeri beriman dan bertakwa, Allah akan menurunkan berkah dari langit dan bumi.”
Di era perang 6 hari Arab-Israel pada Juni 1967, Raja Faisal menjadi penyokong dana untuk membiayai segala perlengkapan perang bangsa Arab sehingga memudahkan bangsa Arab untuk memukul mundur Israel dari Palestina.
Namun Israel tidak menyerah, di tahun 1973 mereka memulai kembali perang Arab-Israel dengan sokongan dari militer Amerika. Disinilah kekalahan Arab, akibat keterlibatan bantuan Amerika melalui lobi-lobi yahudi diparlemen Amerika.
Hal ini membuat Raja marah dan serta merta melakukan embargo minyak terhadap negara-negara barat. Embargo ini membuat bangsa barat kewalahan karena mereka adalah konsumen minyak bumi terbesar dalam kapasitas mereka sebagai negara industri.
Hal tersebut berkembang menjadi krisis yang besar di Amerika dan negara barat lainnya. Negara-negara Pakta Pertahanan Atlantik Utara (N.A.T.O) yang tadinya mendukung Amerika pun berbalik diam dan meninggalkan dukungannya atas Amerika, dikarenakan takut terkena embargo besar Raja Faisal tersebut.
Selamat jalan Raja yang bijaksana, semoga engkau ditempatkan ditempat yang baik bersama dengan para Syuhada. Semoga segala kesalahanmu di ampuni oleh Allah Subhanahu wata’ala. Mungkin saat ini, kami umat muslim di zaman ini, sangat kekurangan sosok pemimipin yang seperti anda..
Ket : Foto cover utama di atas tampak menggambarkan sikap Raja Faisal yang tak menyukai Kissinger, dan Kissinger yang berusaha menarik hati Sang Raja.
Sumber : Ekazzahra.wordpress/Islampos