Pada hakikatnya hati manusia berada di antara jari-jari Allah swt. Dialah yang berkuasa mengubah keadaan sesuai dengan kehendak-Nya. Kali ini tamu wanita yang akan kita telusuri perjalanan hidupnya, pernah melewati sebagian masa kehidupannya dengan memendam permusuhan yang sangat hebat kepada Islam dan kaum muslimin, bahkan kepada Rasullullah saw selama lebih dari 20 tahun. Lebih dari itu, dia rela mengorbankan harta dan segala yang dimilikinya untuk menghalangi perjalanan dakwah agama Allah. Namun, pada tahun pembebasan kota Makkah (Fathu Makkah) Allah swt memberinya anugerah yang sangat agung, yaitu membuka mata hatinya untuk menerima Islam, sejak saat itu ia berubah total menjadi sahabat wanita yang agung. Sejak memeluk Islam, ia rela mempersembahkan pengorbanan yang berlipat ganda dari yang pernah ia korbankan untuk memusuhi Nabi saw. Kali ini ia mengorbankan segalanya untuk agama Allah ‘Azza wa Jalla.
Dia adalah Hindun Binti ‘Utbah ra. Dia juga adalah ibunda Khalifah Bani Umayyah, Mu’awiyah bin Abu Sufyan ra. Hindun binti ‘Utbah adalah seorang wanita yang memiliki sekian banyak sifat yang kebanyakan wanita lainnya tidak memilikinya. Ia adalah wanita penyair yang cerdas, memiliki kepribadian yang kuat serta memiliki rupa yang cantik. Hindun pernah membina mahligai rumah tangga sebanyak dua kali, yang pertama ia menikah dengan Al-Fakih bin Al Mughirah Al-Makhzumi, seorang pemuda Quraisy yang tersohor. Namun rumah tangga itu harus terhenti karena ada perangai yang tidak baik dari suami pertamanya itu.
Setelah itu Hindun menikah dengan Abu Sufyan bin Harb dan dikaruniai dua putera, Muawiyah dan Utbah. Pada saat itu Islam sedang berkembang pesat, kedua pasangan ini tetap pada sifat buruknya yakni, tetap bahkan semakin memusuhi Islam dan sampai pada puncaknya yaitu, Perang Badar. Dimana pada saat Perang Badar terjadi, pasukan kaum muslimin hanya sedikit jumlahnya, sedangkan jumlah pasukan kaum kafir Quraisy adalah sangat banyak dan dilengkapi dengan peralatan perang yang sangat kuat. Namun, inilah kuasa Allah, barangsiapa yang menolong agama Allah maka Allah akan menolongnya. Allah berfirman:
Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu“. (QS. Muhammad : 7)
Begitupun yang terjadi dengan kaum muslimin pada saat itu, Allah menolong mereka dengan menurunkan pasukan malaikat yang membantu kaum muslimin, sehingga kaum Quraisy dapat dipukul mundur. SubhanAllah.
Dari Perang Badar ini ada hal yang membuat Hindun memendam dendam yang sangat dalam yaitu, ayah, pamannya serta saudara kandungnya tewas dibunuh Hamzah, paman Nabi saw. Hindun sangat marah dan benci terhadap Hamzah terutama karena telah membunuh keluarganya di saat yang bersamaan. Semakin bertambahlah kebenciannya terhadap Islam.
Tepat satu tahun setelah Perang Badar, kaum musyrikin telah mempersiapkan secara matang untuk membalas dendam kepada kaum muslimin yaitu, pada Perang Uhud. Hindun mengutus khusus seorang budak yang bernama Wahsyi, ia ditugaskan untuk membunuh Hamzah. Dengan keahliannya dalam menombak, Wahsyi sangat menginginkan membunuh Hamzah karena Hindun memberikan sebuah imbalan yang sangat diinginkan oleh Wahsyi yakni, merdeka dari statusnya sebagai seorang budak dan tidak itu saja, Hindun juga akan memberikan perhiasan-perhiasan mahalnya untuk Wahsyi jika ia benar-benar mampu membunuh Hamzah di Perang Uhud nanti.
Ketika Perang Uhud berkecamuk, para wanita Quraisy mulai menunjukkan perannya, yang memimpin adalah Hindun binti ‘Utbah. Ia menyelinap diantara barisan para tentara dan menabuhkan gendang sambil mengobarkan api perang. Mereka membakar emosi agar semakin membenci tentara kaum muslimin. Terkadang mereka mengutarakan puisi dan syair- syair yang menggugah emosi para tentara kafir Quraisy. Sementara di pihak tentara muslimin mereka berdzikir dan berdoa kepada Allah agar dimudahkan dalam perang. Mereka seperti air bah yang tumpah, para tentara muslim selalu menyerukan, matilah kalian! matilah kalian! itu terus diserukan kepada tentara kafir Quraisy.
Sesaat sebelum Perang Uhud dimulai Rasulullah saw mengutus Abu Juhanah sebagai pembawa pedang perang. Saat perang sudah dimulai, Abu Dujanah terus merasuk kedalam pasukan kaum Quraisy. Dia melihat ada seseorang yang mengobarkan semangat, hingga ia terheran-heran sampai tentara Quraisy sangat bersemangat. Sampai ia segera mendekati orang tersebut dan ingin segera menebas dengan orang itu, saat Abu Dujanah sudah meletakkan pedang itu di ubun-ubun orang itu, dengan perlahan ia mulai mengalihkan pedangnya karena ia baru menyadari bahwa orang yang ingin ia bunuh adalah seorang wanita, ia adalah Hindun binti ‘Utbah. Abu Dujanah hanya berkata “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui.” Sementara perang sedang berlangsung terus, Singa Allah (julukan Hamzah ra.) mengamuk di arena pertempuran. Ia terus menerobos barisan pasukan musyrik dan melumat mereka dengan pedangnya. Ia benar-benar seperti singa yang mengamuk dan membabat habis Bani Abdul Dar yang memegang bendera pasukan musyrik, hingga tewas satu persatu.
Sa’ad bin Abu Waqqash menuturkan, “Dalam Perang Uhud, Hamzah bertempur di depan Rasulullah saw dengan menggunakan dua pedang sekaligus, seraya berteriak, Akulah singa Allah.” (diriwayatkan oleh Ibnu Sa’ad). Seandainya para pemanah tidak meninggalkan posisi mereka di atas bukit dan tidak turun ke arena pertempuran untuk mengumpulkan harta rampasan yang ditinggalkan oleh pasukan musuh maka Perang Uhud akan benar-benar menjadi kuburan massal bagi orang Quraisy. Dan tanpa disadari ketika kericuhan akan harta rampasan perang itu sedang berlangsung, nyawa Hamzah ra. sedang terancam oleh budak khusus untuk membunuh Hamzah ra. suruhan Hindun binti ‘Utbah, yaitu Wahsyi.
Wahsyi pun membidik Hamzah yang terus saja menebas kepala tentara musuh. Ketika ia melihat sasarannya sudah tepat, ia langsung melemparkan tombaknya tepat mengenai tubuh dari Hamzah. Ia pun hanya sempat melangkah beberapa langkah saja, setelah itu ia terjatuh dan ia pun meninggal. Melihat Hamzah sudah meninggal, orang-orang kafir Quraisy sangat bergembira dan merayakannya dengan cara para wanita Quraisy yang dipimpin Hindun binti ‘Utbah bersama-sama merusak tubuh para tentara muslim yang wafat, termasuk Hamzah, yang tubuhnya dirusak dan hatinya diambil oleh Hindun binti ‘Utbah.
Setelah peristiwa itu, Hindun tetap mempertahankan keyakinan syiriknya sampai Allah swt membuka pintu hatinya untuk menerima Islam yakni, pada saat peristiwa penaklukan kota Makkah, pada saat Nabi Muhammad saw dan para tentara muslim datang ke kota Makkah, Abu Sufyan mengira tentara muslim akan menyerang habis-habisan orang-orang Quraisy sampai-sampai ia berujar “Wahai segenap orang Quraisy, sesungguhnya Muhammad telah tiba disini. Ia membawa pasukan yang tidak mungkin kalian lawan, maka menyerahlah. Dan, siapa yang masuk kerumah Abu Sufyan, berarti dia selamat.” Pernyataan ini sontak membuat Hindun istrinya terkejut,dan orang-orang Quraisy pun ragu bagaimana mungkin rumahnya bisa menampung semua orang Quraisy yang takut akan kedatangan Rasullullah saw. Namun, Abu sufyan kembali mengatakan sesuatu kepada orang-orang Quraisy yaitu “Siapa yang masuk ke dalam rumahnya maka ia akan selamat. Dan siapa yang masuk kedalam masjid, maka dia akan selamat.” Tanpa lama-lama orang-orang Quraisy langsung kembali ke rumah masing-masing dan ke dalam masjid. Di saat-saat seperti itulah, Islam masuk kedalam hati Abu Sufyan dan Hindun binti ‘Utbah.
Aisyah ra. menuturkan, “Hindun datang kepada Nabi saw. Seraya berkata, “Wahai Rasulullah, demi Allah, selama ini tidak ada golongan di dunia ini yang paling aku harapkan agar Allah membinasakannya, daripada golonganmu. Tetapi, hari ini, tidak ada golongan di dunia ini yang paling aku harapkan agar Allah memuliakannya, daripada golonganmu.” Rasullullah saw. membalas, “Begitu juga aku. Demi Allah yang jiwaku ada di tangan-Nya.” (HR.Muslim).
Setelah ia menjadi wanita yang masuk Islam dan berbaiat kepada Rasullullah saw serta meyakini bahwasanya Allah adalah Tuhan yang satu, ia menjadi wanita yang ahli ibadah, ia juga yang berperan penting memberikan semangat kepada para tentara muslim pada perang Yarmuk. Luar biasa kata-kata seorang Hindun pada saat pasukan muslim ingin berbelok kebelakang dalam perang Yarmuk, yaitu “Kalian mau lari kemana? Kalian melarikan diri dari apa? Apakah dari Allah dan SurgaNya? Sungguh, Allah melihat yang kalian lakukan!”. SubhanAllah, Ucapan yang sangat membuat para tentara muslim malu akan diri mereka yang ragu untuk berjuang di jalanNya.
Akhirnya, kita sampai pada detik-detik perpisahan. Pada masa pemerintahan Umar bin Khathab ra. setelah Hindun ra. memberikan segala kemampuannya untuk membela agama yang agung ini, tibalah saatnya bagi wanita agung ini untuk beristirahat.
Hindun ra. terbaring di atas tempat tidur kematian dan melepaskan ruhnya untuk menghadap Allah swt. Selama-lamanya. Semoga Allah meridhainya dan membuatnya ridha, serta menjadikan surga firdaus sebagai tempat persinggahan terakhirnya.
Islam merupakan agama yang cinta damai. Syariahnya, baik yang pokok maupun yang cabang dibangun di atas nilai kasih sayang. Ia mengajak umatnya untuk mewujudkan kehidupan yang harmonis yang penuh dengan kasih sayang dan saling menghormati. Bahkan risalah yang dibawa oleh Muhammad saw. adalah risalah kasih sayang. Allah menegaskan misi kerasulan Muhammad saw. dengan firman-Nya.
Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS. Al-Anbiya’: 107)
Hati yang luas, seluas samudera. Yang memaafkan seberapa besar pun kesalahan dan permusuhan seseorang kepadanya karena Allah. Dan dengan tangannya yang lembut penuh cinta beliau bimbing bekas musuh bebuyutan ini meniti jalan menuju Rabbnya. Dengan nasihat yang tulus beliau arahkan dia untuk mengeksplorasi seluruh potensinya demi berkontribusi kepada Islam, seperti dahulu, dengan kekafirannya, ia kerahkan semua upaya untuk membenci dan melampiaskan dendam kepada Islam.
Saudariku,
Demikianlah akhlak Rasulullah. Dengan hatinya ia sampaikan seruan dan ajakannya. Maka seruan itu sampai pula ke hati, kepada Hindun binti ‘Utbah salah satunya. Tidak ada sekat dan hijab yang dapat menghalangi kuatnya kata-kata yang disampaikan dari hati. Meski seluruh kekuatan dunia, jin dan manusia bersatu untuk menghentikannya.
Karena dia dihubungkan oleh kekuatan yang melebihi hebatnya kekuatan jin dan manusia. Dialah Dzat yang di jari jemarinya terdapat hati para hamba. Yang menautkan jiwa tanpa ada yang bisa merenggangkannya. Jiwa-jiwa yang terbimbing fitrah dan ter-sibghah oleh kesuciannya. Yang tidak pernah berganti atau berubah.
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (Ar-Rum: 30)
Semoga Allah selalu memberikan dan menitipkan hidayah dan karuniaNya kepada kita semua. Aamiin.
Referensi: 35 Shirah Shahabiyah jilid 2 (Mahmud Al- Mishri)
ed : danw

X