Itikaf adalah puncak ibadah di bulan Ramadhan. Karena pada hakekatnya inti ibadah Ramadhan adalah upaya menahan diri (imsak) dari makan dan minum dan segala sesuatu yang membatalkannya di siang hari, dengan harapan dapat menahan diri dari segala yang diharamkan Allah.
I’tikaf bukan hanya menahan diri dari makan dan minuman, tetapi menahan diri untuk tetap tinggal di masjid taqqarrub kepada Allah dan menjauhkan diri dari segala aktivitas keduniaan.
Itulah sunnah yang selalu dilakukan Rasulullah pada bulan Ramadhan, disebutkan dalam hadits :
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ شَدَّ مِئْزَرَهُ وَأَحْيَا لَيْلَهُ وَأَيْقَظَ أَهْلَه
Rasulullah Saw ketika memasuki sepuluh hari terakhir (Ramadhan) menghidupkan malam harinya, membangunkan keluarganya dan mengencangkan ikat pinggangnya.” (HR Bukhari dan Muslim).
Ibadah yang penting ini sering dianggap berat oleh kaum muslimin, sehingga banyak yang tidak melakukannya.
Tidak aneh kalau Imam az Zuhri berkomentar:
Aneh benar keadaan orang Islam, mereka meninggalkan itikaf, padahal Rasulullah tidak pernah meninggalkannya sejak beliau datang ke Madinah sampai beliau wafat.
 
Sumber :
Buku Panduan Ibadah Lengkap Ramadhan, penerbit Sharia Consulting Center