VIVA – Ribuan umat Islam di Lombok Nusa Tenggara Barat (NTB) merayakan hari raya Idul Fitri di lapangan-lapangan dan lokasi pengungsian. Dengan segala keterbatasan di tengah musibah gempa yang terus terjadi, mereka tetap khusyuk beribadah dan berkurban.
Ketua MUI Mataram Tuan Guru Haji Abdul Manan, yang bertindak sebagai penceramah dan imam shalat Idul Adha di lapangan Kota Mataram, merasakan suasana yang berbeda pada Idul Adha tahun ini. Warga Lombok dan Mataram dilanda ketakutan dan kepanikan pasca gempa yang mengguncang wilayah NTB.
 
“Biasanya salat Idul Adha dilaksanakan di masjid, namun tahun ini Idul Adha berada di lapangan tempat pengungsian. Ini menyisakan satu kesedihan tersendiri,” kata Tuan Guru Haji Abdul Manan saat berbincang dengan tvOne.

Sejumlah anggota Basarnas  berusaha mengevakuasi jenazah korban yang meninggal akibat tertimbun reruntuhan Masjid Jabal Nur yang rusak akibat gempa bumi di Tanjung, Lombok Utara, NTB, Selasa (7/8). Berdasarkan data BNPB mencatat sedikitnya 98 korban meninggal dunia akibat bencana gempa bumi yang terjadi Minggu (5/8) dan kemungkinan masih akan bertambah. ANTARA FOTO/Zabur Karuru/pd/18

Masjid yang hancur karena gempa Lombok


“Jadi kita seluruhnya dalam pandangan iman, semua yang terjadi adalah kehendak Allah. Segalanya adalah suatu kebaikan, ketika ditimpa kebaikan kita bersyukur, ketika ditimpa tidak mengenakan seperti kondisi ini kita juga bersyukur,” ujarnya.
Tak lupa, Ia mendoakan kepada seluruh korban maupun pengungsi korban agar selalu sabar dalam menghadapi musibah, dan semoga Lombok dan NTB dijauhkan dari segala musibah baik secara fisik maupun non fisik.
“Ya Allah jadikan ujian yang Engkau berikan ini dapat menaikkan derajat kami di mata-Mu,” pintanya.
Ribuan warga di kawasan Lombok, NTB, mengungsi setelah rumah mereka hancur diguncang gempa sejak Minggu (5/8) lalu. Meski begitu, pengungsi yang beragama Islam tetap melaksanakan salat Idul Adha di lapangan dekat tenda pengungsian dengan menggunakan terpal sebagai sajadah.
 
Sumber : Viva