Oleh: Ahmad Sodikun, S.Pd.I., M.Pd.I
 
Gelap adalah kondisi dimana tidak ditemukannya cahaya, atau ketiadaan cahaya pada sesuatu. Kondisi gelap akan membuat sesuatu tidak terlihat. Begitu juga dengan hati manusia. Semakin kufur manusia berarti semakin sedikitnya keimanan dalam dirinya. Kekufuran ibarat kegelapan sedangkan iman adalah cahaya yang memancar.
Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah syaitan, yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.” (QS. Al-Baqarah : 257).
Ketika diselimuti kegelapan seseorang akan merasa kesulitan dalam bertindak, banyak kesalahan yang ia lakukan, tidak tampak olehnya jalan yang seharusnya ia lalui, mungkin dihadapannya banyak orang atau sesuatu karena tidak terlihat olehnya maka tak ayal ia pasti menabraknya. Hal ini akan mencelakai dirinya dan orang lain. Dan bisa jadi jalan yang ia lalui adalah jalan menuju jurang yang akan mencelakai dirinya.
Inilah kondisi orang-orang yang diselimuti kekufuran. Ia tidak bisa melihat dengan jelas ayat-ayat Allah SWT yang sangat banyak tak terhitung jumlahnya, jangankan yang bertebaran di alam ini, ayat-ayat Allah yang ada dalam dirinya ia tidak mampu untuk melihatnya, apalagi memikirkannya. Hal inilah yang menyebabkan semakin sesat dan jauh dari hidayah Allah SWT.
Adapun cahaya yang akan menerangi perjalanan hidup seorang hamba dan menuntunnya menuju keselamatan adalah cahaya Al Qur’an dan cahaya iman. Keduanya dipadukan oleh Allah ta’ala di dalam firman-Nya
وَكَذَلِكَ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ رُوحًا مِنْ أَمْرِنَا مَا كُنْتَ تَدْرِي مَا الْكِتَابُ وَلا الإيمَانُ وَلَكِنْ جَعَلْنَاهُ نُورًا نَهْدِي بِهِ مَنْ نَشَاءُ مِنْ عِبَادِنَا وَإِنَّكَ لَتَهْدِي إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
Dahulu kamu (Muhammad) tidak mengetahui apa itu al-Kitab dan apa pula iman, akan tetapi kemudian Kami jadikan hal itu sebagai cahaya yang dengannya Kami akan memberikan petunjuk siapa saja di antara hamba-hamba Kami yang Kami kehendaki.” (QS. Asy Syura: 52).
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “…Dan sesungguhnya kedua hal itu yaitu Al Qur’an dan iman, yang merupakan sumber segala kebaikan di dunia dan di akhirat. Ilmu tentang keduanya adalah ilmu yang paling agung dan paling utama. Bahkan pada hakikatnya tidak ada ilmu yang bermanfaat bagi pemiliknya selain ilmu tentang keduanya.” (lihat al-’Ilmu, Fadhluhu wa Syarafuhu, hal. 38).
Dan al-Qur’an merupakan bukti kasih sayang Allah SWT kepada hambanya yang beriman. Hal ini terlihat dalam firman-Nya
Dialah yang menurunkan kepada hamba-Nya ayat-ayat yang terang (Al Qur’an) supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya. Dan sesungguhnya Allah benar-benar Maha Penyantun lagi Maha Penyayang terhadapmu.” (QS. Al-Hadiid : 9).
Tentunya, untuk mendapatkan cahaya Al-Qur’an dimulai dengan membaca, mengkaji dan mentadaburi serta mengamalkannya. Inilah alasan pentingnya menjadi shahibul-Qur’an karena cahayanya hanya akan menyinari para sahabatnya.
Disisi yang lain kita diajarkan ketika selesai menghatamkan Al-Qur’an agar membaca doa :
Ya Allah karuniakanlah rahmat kepadaku dengan Al-Qur’an, dan jadikanlah Al-Qur’an sebagai pemimpin, cahaya dan petunjuk, dan rahmat bagi hamba.”