Jakarta – Sukmawati Soekarnoputri jadi sorotan usai membacakan puisi dalam sebuah acara peragaan busana baru-baru ini. Puisi berjudul Ibu Indonesia yang dibacanya menyinggung syariat Islam, adzan dan cadar.
Sukmawati membacakan puisi berjudul Ibu Indonesia, yang disebutnya sebagai karangannya sendiri, dalam acara peragaan busana di Indonesia Fashion Week (IFW) 2018, JCC, Kamis (29/3/2018).
Di awal puisinya Sukmawati mengatakan, adalah aku tak tahu syariat Islam. Di antara penggalan puisi itu berbunyi, kutahu suara kidung Ibu Indonesia, sangatlah elok. Lebih merdu dari alunan adzan mu.
Wakil Sekjen Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH. Tengku Zulkarnain memberikan komentar terkait puisi yang dibacakan Sukmawati.
Dia mengingatkan bahwa menutup aurat merupakan syariat Islam. Ditegaskannya, yang tidak menutup aurat dihukumi sebagai wanita fasiq.
“Wanita yang mengaku Islam tapi buka aurat, tidak menutupnya sesuai Al-Quran surat An-Nur ayat 31 atau Al-Ahzab ayat 59 dihukumkan sebagai wanita fasiq atau durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya,” katanya pada Senin (02/04/2018).
Begitu juga, kata dia, yang mengaku beragama Islam tapi menolak seruan azan dan menolak melaksanakan sholat dihukum sebagai manusia fasiq atau durhaka.
“Tapi jika orang itu sengaja menolak ajaran Islam seperti adzan dan menutup aurat sesuai ajaran Islam yang dianutnya, maka orang itu menjadi murtad secara otomatis. Imannya batal,” tuturnya.
KH Tengku Zulkarnain mengingatkan orang yang tidak mengerti syariat Islam tapi mengaku beragama Islam, wajib belajar syariat Islam. Agar bisa menjalankan ajaran Islam dengan baik pada dirinya dan keluarganya.
MUI Papua Kutuk Puisi Sukmawati
Ketum Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Saiful Islam Payage mengutuk puisi ‘Ibu Indonesia’ yang dibaca Sukmawati. Pasalnya, dalam puisi tersebut dianggap berbau Suku, Agama, Ras, dan Antar Golongan (SARA).
“Agama dan negara itu sudah clear, sudah selesai, bahwa kita bangsa Indonesia mempunyai dasar Pancasila. Sila yang pertama itu ketuhanan yang maha esa,” kata kiyai Saiful.
“Sekarang itu bagaimana kita kita berpikir bagaimana mamajukan bangsa Indonesia ini dhahir dan batin,” jelasnya.
Sumber : Kiblat.net/Republika