Awal mula penyebab retaknya persaudaraan (ukhuwah) ialah adanya prasangka buruk terhadap saudaranya.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِّنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَب بَّعْضُكُم بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَّحِيمٌ

Artinya : “Hai orang-orang beriman jauhilah kebanyakan prasangka, karena sebagian dari prasangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seseorang diantara kamu suka memakan daging saudaranya sendiri yang telah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (Q.S. Al Hujurat : 12)
Dari situlah cikal bakal munculnya permusuhan dan perselisihan.
Tatkala prasangka buruk itu dibiarkan, akan muncul perilaku buruk yang lainnya. Ia akan memiliki kecenderungan untuk mencari-cari kesalahan saudaranya yang didasarkan pada prasangkanya.
Dan ketika ia melihat kejelekan yang ada padanya, nafsunya akan menjadi terpuaskan dengan cara membicarakannya dengan orang lain.
Hanya orang-orang yang benar-benar memiliki keimanan sajalah yang terketuk hatinya untuk menjaga dirinya agar tak terjatuh dalam tiga larangan diatas.
Dan sebaik-baik perisai bagi seorang mukmin ialah takwa kepada Allah