JAKARTA–Pernyataan Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin agar Rohis (Pembina Rohani Islam) di sekolah-sekolah diawasi, terus menuai kritik termasuk dari mantan ketua umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin.
Din Syamsuddin menilai pernyataan Menag soal Rohis itu kurang mendidik.
“Seharusnya Menag berterima kasih kapada para Rohis di sekolah-sekolah, yang selama ini berjasa dalam ikut membina kerohanian siswa.
Justru dalam keadaan kekurangan guru agama seperti yang dilansir selama ini, para rohis telah berperan mengisi kekosongan itu,” tegas Din seperti dikutip dari Republika, Sabtu (8/7/2017).
Din bahkan mengetahui bahwa rohis di sekolah-sekolah tingkat menengah itu, berjasa dalam membina pemahaman keagamaan siswa, sekaligus membentuk akhlak generasi muda.
“Bahwa mungkin ada rohis yang tidak atau belum benar, justru itu tugas Kemenag untuk membinanya,” lanjut Din.
Menurut Din, mengeneralisasi sesuatu itu berbahaya. Kemenag harus berbuat sesuatu untuk membantu pembinaan kerohanian di sekolah-sekolah umum, maupun sekolah-sekolah agama swasta.
“Jadi, jangan bertindak represif terhadap hal yang seharusnya edukatif. Sudah tidak zamannya lagi pemerintah itu bersikap represif. Jangan karena tidak berbuat apa-apa justru mau mengawasi,” tandasnya.
Viral Foto Media Sosial Terkait Rohis
Selain itu ada juga yang memposting foto dengan kenangan mereka sebagai anak rohis saat mereka sekolah. Disertai kalimat-kalimat positif bersama Rohis di sekolah. Foto-foto tersebut bisa dilihat berikut ini.
19756324_10211206039044933_8785625588753655752_n

IMG-20170711-WA0009

Viral di Instagram&fb dengan hashtag #rohisbukanteroris


Klarifikasi Kemenag Terkait Pernyataan Ambigu, tetap Dukung Rohis
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengklarifikasi pernyataan sebelumnya yang mengindikasikan bahwa kegiatan organisasi Rohani Islam (Rohis) diminta untuk diawasi.
Menurut Lukman, dirinya tidak meminta diawasi dengan pengertian mencurigai. Dia hanya menyampaikan bahwa kepala sekolah harus bisa memberikan perhatian lebih kepada rohis.
“Yang saya sampaikan adalah bagaimana kepala sekolah bisa memberi perhatian lebih kepada rohis. Hal ini dilakukan agar rohis bisa dilindungi dari pengaruh pengaruh negatif. Saya tidak meminta diawasi yang di dalamnya ada pengertian mencurigai,” kata Lukman, Sabtu (9/7/2017) kemarin.
Menurut Menag, kepala madrasah atau sekolah harus memberikan perhatian besar terhadap kegiatan kegamaan di madrasah atau sekolah mereka.
“Jadi setiap madrasah, sekolah apapun jenjangnya apakah dasar menengah atau atas, khususnya para kepala sekolahnya harus lebih memberikan perhatian yang besar khususnya terkait dengan kegiatan keagamaan yang dilakukan oleh para siswa-siswinya,” ujar Lukman usai Halalbihalal di Kantor Kemenag, Jalan Thamrin, Jakarta Pusat, Jumat (7/7/2017) kemarin.
Menurut Lukman, para kepala sekolah dan guru harus mengetahui siapapun yang menyampaikan ceramah keagamaan kepada siswa, baik dari segi latar belakangnya, maupun wawasan pencermah tersebut dalam menyampaikan dakwah-dakwah keagamaannya.
Lukman berharap, imbauan tersebut sudah menjadi kesepakatan bersama, sehingga para siswa bisa tehindar dari ajaran menyimpang.
Anggota DPR RI yang ikut Mendukung Rohis
Lalu, terkait adanya pemberitaan yang beredar di media tentang pernyataan Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin yang meminta agar ekstra kulikuler Rohis (Rohani Islam) di sekolah-sekolah diawasi, cukup membuat kaget Wakil ketua Komisi VIII DPR RI, Iskan Qolba Lubis.
Menurut Iskan, jika isu yang beredar itu benar, maka amat disayangkan dan membuat kaget. Mengingat selama ini keberadaan Rohis di sekolah-sekolah memberikan dampak positif bagi para siswa yang mengikuti kegiatan rohis.
“Saya kaget, jika benar pemerintah mau mencurigai Rohis, mengingat selama ini citra anak-anak Rohis dikenal  menjunjung kesalihan dan akhlak yang baik di sekolah,” kata Iskan, Ahad (9/7).
Anggota legislatif itu menambahkan, alangkah baiknya keberadaan Rohis di sekolah-sekolah mendapatkan dukungan optimal dari pemerintah dalam hal ini kementerian agama.
“Keberadaan Rohis telah banyak membentengi para siswa-siswi di sekolah-sekolah dari berbagai pengaruh negatif pergaulan, seperti narkoba, seks bebas, LGBT, dan sebagainya,” katanya lagi.
 
Sumber : Republika