Oleh : Ustad Fahmi Bahreisy, Lc (Ketua PP Al Irsyad)
 
Firman Allah ta’ala dalam Q.S. Al Isra’ ayat 1

سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا ۚ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
Tafsir 1 
Surat Al Isra’ dimulai dengan ‘Subhan’
Setelah kata Subhan, mengandung sebuah makna diluar batas manusia atau diluar nalar.
Maka orang yang bertasbih “Subhanallah”, maka dia memiliki hal luar biasa.
Dalam hadist, Rasulullah Saw bersabda:
Dua kalimat yang ringan diucapkan lidah, berat dalam timbangan, dan disukai Allah Yang Maha Pengasih, yaitu kalimat “Subhanallah Wa Bihamdihi Subhanallahil’Adzim”. (HR Bukhari dan Muslim).
Seringkali kita lalai mengucapkan kalimat istimewa tersebut setiap hari. Padahal memiliki fadhilah yang besar.
Tafsir 2
Kata Asraa (أَسْرَىٰ) dalam bahasa arab memiliki arti memperjalankan dimalam hari, bukan siang hari atau pagi hari.
Bukan Rasul yang berjalan, tetapi Allah yang memperjalankan Rasul. Dijelaskan arti lain yaitu memperjalankan sebagian malam, bukan semalaman.
Orang kafir quraisy kemudian melemahkan dakwah Rasul seraya berkata “Bagaimana mungkin Rasul berjalan sekejab saja. Sedangkan kita butuh berbulan-bulan ke Syam Palestina”.
Ditanya kepada Abu Bakar seputar Isra’ Mi’raj. Beliau bertanya, ” Apakah benar Rasulullah saw mengatakan demikian? Kalau benar demikian, saya percaya. Kalau saja 2ahyu turun lebih cepat, maka Isra’ yang agak lebih lama, maka saya lebih percaya.” Sejak saat itu, Abu Bakar digelari Ash Shidiq.
Tafsir 3
Kata Bi ab dihi ( بِعَبْدِهِ) : Memperjalankan hamba-Nya, bukan dikatakan memperjalankan Rasul-Nya/Nabi-Nya. Karena memang seseorang yang sudah diakui sebagai hamba, maka orang itu dihormati. Sebab banyak orang yang tidak diakui sebagai hamba Allah di akhir zaman.
Saat Rasulullah dilempari batu di Thaif. Beliau memanjatkan doa yang menampilkan seorang hamba:
“Wahai Allah Tuhanku, kepada-Mu aku mengadukan kelemahan diriku, kekurangan daya upayaku dan kehinaanku di hadapan sesama manusia. Wahai Allah Yang Maha Kasih dari segala kasih, Engkau adalah pelindung orang-orang yang lemah dan teraniaya. Engkau adalah pelindungku. ……. Tiada daya dan upaya kecuali dari-Mu” (Hayatu Muhammad, hlm 187).
Bahkan ketika mendapat kemenangan gemilang, tetap Rasulullah menunjukkan bahwa dia hamba Allah swt. Saat Rasul masuk kekota Mekkah. Rasul menundukkan pandangan, sampai selendangnya jatuh ke tanah. Maka selama kita menundukkan diri sebagai hamba Allah, tentu Allah akan memberikan kedudukan tinggi.
Tafsir 4
Kata (مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى) minal masjidil haram ilal masjidil aqsha.
Masjidil haram adalah tempat Haji, dimana Rasul lahir, dan peristiwa Fathul Mekkah. Dikatakan “masjid haram” karena ada hal-hal yang diharamkan dilakukan disitu, yang mana tidak berlaku ditempat lain (misal dilarang berburu, menangkap burung, memetik pohon, tidak adanya non muslim dan sebagainya)
Masjidil aqsha adalah Masjid Al Quds di Palestina. Disebut “Al Quds” yang berarti disucikan. Dalam riwayat, ada kata (الْمُقَدَّسَةَ)  yang artinya suci dalam Surat Al Maidah ayat 21

 يَا قَوْمِ ادْخُلُوا الأرْضَ الْمُقَدَّسَةَ الَّتِي كَتَبَ اللَّهُ لَكُمْ وَلا تَرْتَدُّوا عَلَى أَدْبَارِكُمْ فَتَنْقَلِبُوا خَاسِرِينَ

Hai kaumku, masuklah ke tanah suci (Palestina) yang telah ditentukan Allah bagimu, dan janganlah kamu lari ke belakang (karena takut kepada musuh), maka kamu menjadi orang-orang yang merugi.

Tafsir 5
Dikaitkan Masjidil Haram dan Masjid Aqsha memiliki arti bahwa orang yang memuliakan Masjidil Haram jangan sampai melupakan Masjid Aqsha di Palestina.
Ketika Al Aqsha dihinakan atau dirusak yahudi, maka umat Islam ikut berdosa jika mendiamkan. Dalam banyak hadist Masjid Al Aqsha memiliki keutamaan. Rasulullah saw bersabda :
“Tidak diupayakan melakukan suatu perjalanan kecuali menuju tiga Masjid, yaitu Masjid Haram, Masjid Nabawi, dan Masjid Al-Aqsha”. (H.R. Bukhari dan Muslim)
Maka penting masjid-masjid itu dijaga.
Apalagi informasi sekarang, orang-orang yahudi mau merusak dan mengganti Masjid Al Aqsha dengan kuil sinagog.
Maka jika kita ingin Masjid Aqsha kembali kepangkuan Islam, berusahalah. Sebab Allah tidak akan memberikan secara gratis.
Salahudin Al Ayyubi saat ingin merebut Baitul Maqdish, dia masuk ke suatu kemah. Dikemah satunya ada pemuda yang membaca Al Qur’an, ada yang shalat malam, berdzikir dan sebagainya. Kemudian saat masuk kemah selanjutnya, dia lihat para prajurit terlelap tidak ibadah. Maka Salahuddin khawatir akan kekalah umat Islam dari sini.
Maka mereka yang menjadi pembela Aqsha adalah hamba Allah seutuhnya. Perlu memperbanyak ibadah, memperbaiki ukhuwah, keimanan, dan lain-lain.
Bagaimana seandainya jika tidak memiliki kemampuan ke Baitul Maqdis? Rasulullah mengatakan, engkau berikan minyak untuk menerangi masjid Aqsha. Maka engkau seumpama shalat disana.
Jadi dengan membantu dan memberi sesuatu kepada masjid Aqsha baik sumbangan uang, makanan, obat-obatan, akan bermanfaat. Kekuatan iman kepada Allah tidak dibatasi geografis. Dan kita perlu juga memanjatkan doa untuk baitul maqdish, sebab doa adalah senjata kaum muslim.
 
Kajian Majelis Taklim Al Iman, Kebagusan, Jakarta Selatan. Ahad, ba’da maghrib di Yayasan Telaga Insan Beriman.

X