by Danu Wijaya danuw | Mar 15, 2017 | Nasional
Hercules Rosario Marshal seorang “mantan preman” Tanah Abang yang mendapat hidayah memeluk Islam pada tahun 2013 silam mengaku siap membela agamanya (Islam).
“Saatnya saya membela agama yang saat anut, karena saya yakin ini adalah jalan Tuhan yang benar,” demikian kata Hercules ketika ditanya pendapatnya tentang Islam dan Jihad.
Terkait beredarnya kabar bahwa kubu Ahok akan mengerahkan 10.000 preman sekelas Iwan Bopeng untuk pengamanan Pilkada DKI, Hercules mengatakan bahwa jika benar Ahok dan timnya berani menurunkan preman sebanyak itu, maka diapun akan menurunkan cukup 5.000 orang anak buah pilihannya.
“Anak buah saya sudah terlatih hidup dengan kekerasan. Jadi jangan coba-coba jika hanya mau belajar jadi preman atau jagoan. Apalagi membela si penista agama. Tentara tidak usah turun tangan karena bukan level tentara untuk berhadapan dengan preman bayaran Ahok. Biar kami yang berhadapan dengan mereka,” tegasnya.
Saat disinggung soal Iwan Bopeng. Kasus intimidasi dan ancaman yang dilakukan pendukung pasangan calon nomor 2, Ahok-Djarot, yang bernama Iwan Bopeng terhadap petugas pemungutan suara.
Dalam rekaman yang beredar di media sosial, Iwan Bopeng membuat kericuhan di TPS 25, 26, dan 27 di Kelurahan Palmeriam, Matraman, Jakarta Timur. Bahkan pelaku sempat berani sesumbar mengatakan akan “memotong” Tentara Nasional Indonesia (TNI). Hercules justru dengan tegas mengatakan anak buahnya siap memberi pelajaran kepada Iwan Bopeng.
“Jika masih ada yang berani nantang mau memotong TNI, anak buah saya bisa mengajari bagaimana cara “memotong” leher yang baik dan benar. Kalau mau sembunyi-sembunyi pun, pasti akan saya kejar terus walau sampai lubang semut, karena kami ahlinya,” ujar Hercules yang pernah mendapat penghargaan Bintang Seroja bersama TNI pada saat perang gerilya menumpas Fretilin di Timor Timur.
by Danu Wijaya danuw | Mar 14, 2017 | Nasional
Polisi turut membantah jenazah Nenek Hindun binti Raisman (78) ditolak warga untuk dishalatkan di Mushola al-Mu’minun di Kelurahan Setia Budi, Jakarta Selatan. Kapolres Metro Jakarta Selatan Kombes Iwan Kurniawan menegaskan, tidak ada penolakan terhadap nenek yang wafat pada usia ke-78 tersebut.
“Saya sudah konfirmasi sendiri ke pihak keluarga, bahwa tak ada penolakan,” ujar Iwan kepada wartawan, Senin (13/3).
Berdasarkan pengakuan keluarga, kata Iwan, Nenek Hindun tak bisa dishalatkan di mushola karena keterbatasan orang. Sementara, hanya ada Ustadz Ahmad Syafi’i di sana dan cuaca sedang hujan.
“Jadinya terpaksa Ustadz Syafi’i menshalatkan di rumah bu Hindun,” kata Iwan.
Ia mengatakan, pihak polisi juga juga sudah berkoordinasi dengan pengurus RT, pihak masjid, warga sekitar, dan pihak keluarga Nenek Hindun untuk memperjelas permasalahan tersebut.
Republika.co.id pun berusaha mengecek kebenaran kabar tersebut ke lokasi kejadian.
Kesalahpahaman Media
Menurut dia, permasalahan tersebut muncul karena kesalahpahamann saja. Namun, saat ini sudah tidak ada masalah lagi.
“Tidak ada masalah. Hanya kesalahpahaman saja sehingga tersebar di media massa,” kata Iwan.
Kesalahan informasi tersebut, karena informasi yang sepotong-sepotong didapatkan wartawan, beberapa hari setelah jenazah almarhumah dimakamkan.
Yang mengurus jenazah Nenek Hindun Kader-kader PKS
Dalam kenyataannya, yang mengurusi jenazah Nenek Hindun adalah kader-kader PKS yang merupakan pendukung Anies-Sandi.
“Perlu diluruskan agar mendapat pemahaman yang utuh,” kata anggota tim sukses Anies-Sandi, Andre Rosiade saat dihubungi Republika.co.id, Ahad (12/3).
Menurut Andre, wakil sekretaris jenderal DPP Partai Gerindra, selain kader-kader PKS yang memandikan dan menshalatkan jenazah, yang mengantarkan jenazah Nenek Hindun ke pemakaman adalah ambulans dari tim sukses Anies-Sandi.
Ambulan Jenazah Dari Gerindra
Syamsul Bahri, warga RT 05 menambahkan warga menelepon ambulans dari partai Golkar, PDI Perjuangan dan Gerindra. “Hanya ambulans dari Partai Gerindra yang bisa datang ke Mushala Almukminun,” ujarnya.
Penjelasan Ketua RW 05
Ketua RW 05, Kelurahan Karet, Kecamatan Setiabudi, Ishak mengatakan apa yang disampaikan di media bahwa jenazah almarhum tidak disholatkan atau ditolak warga itu tidak benar.
Padahal, kata dia, tidak lama setelah almarhum meninggal pada hari Selasa (7/3), saat itu juga pengurus Musala Almukminun membantu proses pemandian dan pengafanan.
Terkait jenazah yang tidak disholatkan di musala yang sempat dipersoalkan keluarga korban, Ketua RW menyampaikan ini bukan karena penolakan terkait pilihan politik. Akan tetapi waktu yang saat itu memang sudah sangat singkat jelang petang hari.
“Sedangkan keluarga almarhumah meminta agar jenazah dimakamkan saat itu juga.”
Penjelasan Ketua RT 09/RW 05
Menurut penjelasan Ketua RT 09/RW 05, lokasi rumah almarhumah, Abdul Rachman, warga sudah berusaha mengurus jenazah nenek Hindun sejak pemandian di rumah duka hingga ke pemakaman. Jenazah tidak disholatkan di Musala Almukminun karena sudah mendekati waktu sholat Magrib dan hujan.
“Almarhumah meninggal pukul 13.30 WIB. Prosesi pemandian dan pengafanan pukul 17.30 WIB. Jadi waktunya mepet jelang Magrib dan kondisinya hujan,” ujarnya kepada Republika.co.id di kediamannya, Sabtu (11/4).
Soal nenek Hindun yang tidak dishalatkan di musala, Abdul Rachman juga mengatakan warga yang meninggal di wilayahnya bisa disholatkan di rumah atau di musala. Jenazah warga yang disholatkan di rumah bukan terjadi pada nenek Hindun saja.
Persoalannya adalah waktu pemakaman yang tidak bisa dilakukan di atas pukul tujuh malam. Menurut Abdul Rachman, bila melewati pukul tujuh malam biasanya jenazah dimakamkan pada keesokan harinya.
Karena waktu yang mepet, maka jenazah nenek Hindun pun hanya dishalatkan di rumah duka. “Jadi nggak ada tuhyang dikatakan ditolak, kita semua jalankan sesuai prosedur bila ada warga yang meninggal,” katanya.
Abdul Rachman mengatakan, pengurus RT juga menyiapkan berbagai kebutuhan pemakaman mulai dari surat menyurat kematian, pembelian kain kafan, meminta dana bantuan sosial ke warga, hingga mencarikan ambulans.
Sumber : Republika
http://m.republika.co.id/berita/nasional/jabodetabek-nasional/17/03/13/omqum2377-polisi-tak-ada-penolakan-jenazah-nenek-hindun
http://m.republika.co.id/berita/nasional/umum/17/03/11/omnfql415-ambulans-gerindra-mengantar-jenazah-nenek-hindun-ke-pemakaman
http://m.republika.co.id/berita/nasional/pilkada/17/03/12/omp406326-wasekjen-gerindra-kader-pks-yang-urus-jenazah-nenek-hindun
by Danu Wijaya danuw | Mar 1, 2017 | Nasional
Cerdas, Habib Rizieq Shihab yang semula ditolak jadi saksi oleh tim kuasa Ahok karena dianggap punya masalah hukum, akhirnya keberatan Tim Pengacara Ahok tersebut ditolak oleh Hakim.
Dan dengan cerdas, Habib Rizieq akhirnya bisa menjadi saksi ahli dan membungkam Tim Kuasa Hukum Ahok dan Ahok, karena secara gamblang Habib Rizieq bisa menjelaskan di mana letak penistaan atau penghinaan terhadap surat Al Maidah 51.
Menurut Habib Rizieq, Ahok sudah gamblang melakukan penodaan terhadap agama yakni terkait dengan surat Al Maidah ayat 51. Kalimat “dibohongi” yang terucap dari mulut Ahok ini yang dianggap sebagai penodaan agama.
1. Kalimat dibohongi pakai surat Al Maidah 51
Kata Habib Rizieq, Kalimat “dibohongi pakai surat Al Maidah 51”. Sehingga saya garis bawahi pertama, siapa yang dibohongi, tentu adalah orang Islam yang hadir mendengarkan pidato terdakwa kata Habib Rizieq dalam kesaksiannya hari ini.
2. Makna Dibohongi Dialamatkan Kepada…
Selanjutnya, makna dibohongi menggunakan Surat Al Maidah ayat 51 yang dialamatkan kepada : warga. Juga sudah memenuhi unsur penodaan agama.
3. Al Maidah sebagai Alat Kebohongan
Karena dalam kalimat yang disampaikan Ahok, ada unsur jika Al Maidah ayat 51 lah yang digunakan sebagai alat kebohongan. Sementara ayat Al Quran itu adalah kalimat suci.
“Tentu maksudnya kalau ditanya dibohongi pakai Surat Al Maidah ayat 51 berarti Surat Al Maidah di sini dijadikan alat kebohongan. Tidak hanya (sebagai) alat kebohongan (saja), tapi sumber kebohongan,” ujarnya.
4. Alasan Partai Islam Mendukung Pemimpin Daerah di daerah Mayoritas Non Muslim
Tak hanya surat Al Maidah, Habib Rizieq juga dengan gamblang bisa menjelaskan soal partai politik Islam atau orang Islam yang mendukung Calon Pimpinan Daerah yang non muslim di beberapa daerah.
Dia mengatakan, bahwa umat Islam diperkenankan memilih pemimpin dari kalangan non muslim. Asalkan dengan alasan yang kuat dan jelas logikanya.
Misalnya bagi umat yang tinggal di negeri atau daerah yang mayoritas non muslim, karena hal itu digolongkan dalam keadaan darurat.
“Misalnya, kalau tidak ikut pemilu akan mendapat ancaman karena bisa disebut tidak setia dengan negara. Sedangkan dua calonnya adalah non muslim, maka boleh memilih,” jelas Habib Rizieq.
5. Habib Rizieq Menyerahkan Dua Alat Bukti Baru
Habib Rizieq juga menambahkan, pihaknya punya bukti baru, bahwa bukan sekali itu saja di Pulau Seribu Ahok menista agama.
Tetapi di beberapa kesempatan juga sudah sering menyinggung atau mengolok-olok surat Al Maidah 51. Artinya penghinaan yang dilakukan Ahok itu sudah terstruktur dan terencana terhadap Surat Al Maidah 51.
Yang pertama, rekaman dengan TV Al Zairah yang menyatakan dia (Ahok) tidak menyesal, tidak kapok, tidak jera kalimat pidatonya di Pulau Seribu.
Yang kedua, lanjut Rizieq, rekaman dari rapat terdakwa di Pemrov DKI yang mengolok-golok Al Maidah, dengan mengatakan ingin membuat wifi bernama Al Maidah dan berpasword kafir.