0878 8077 4762 [email protected]
Aksi 505: Lima Belas Delegasi GNPF MUI Diterima Perwakilan MA

Aksi 505: Lima Belas Delegasi GNPF MUI Diterima Perwakilan MA

Massa 505 tiba di sekitar gedung MA pada pukul 13.30 WIB. Pengunjuk rasa tertahan barikade petugas, di depan Kementrian Dalam Negeri, Jl Medan Merdeka Utara.
15 Orang perwakilan dari aksi ‘505’ GNPF MUI yang diterima Mahkamah Agung (MA) RI. Mereka diterima di Ruang Media Centre Harifin Tumpa, Gedung MA.
Informasi dari Kasubbag Humas Polres Jakpus Kompol Suyatno, 15 orang perwakilan aksi ‘505’ GNPF MUI itu yakni;

  1. Prof Dr Didin Hafiduddin
  2. Dr Kapitra Ampera
  3. Nasrulloh Nasution
  4. KH Shobri Lubis
  5. Ahmad Doli Kurnia
  6. DR Ahmad Luthfi Fathullah
  7. Muhammad Luthfie Hakim
  8. Heri Aryanto
  9. KH Nazar Haris
  10. Ustaz Bobby Herwibowo
  11. Ustadz Asufri Sambo
  12. Ustadz Bahtiar Nasir.
  13. Amien Rais
  14. Habib Rizieq
  15. Ustadz GNPF

12 Orang tersebut akan diterima oleh 5 orang pejabat MA, yakni:

  1. Sunarto (Ketua Muda Pengawasan)
  2. Mode (Panitera)
  3. Suharto (Panitera Muda Pidana).
  4. Pujo Harsono (Sekretaris MA)
  5. Ridwan Mansyur (Kabiro Humas)

Saat ini massa aksi ‘505’ tertahan blokade polisi di depan Gedung Kemendagri. Rencana awalnya, mereka melakukan longmarch dari Masjid Istiqlal menuju Gedung MA.
Sambil menunggu pertemuan dengan perwakilan MA berakhir, pengunjuk rasa melakukan orasi di depan Kementerian Dalam Negeri.
Dalam orasinya, massa menyerukan aksi 505 bukan aksi menentang Pancasila, tapi aksi menuntut keadilan untuk proses hukum Ahok. Dalam orasinya, pengunjuk rasa juga memprotes pengiriman bunga untuk Ahok.

_95914914_57695a4e-b1f4-4452-9a8d-03f699e66043

Mimbar bebas orasi aksi 505


“Ada yang bawa bunga ke sini? Bunga itu untuk di kuburan. Kita enggak usah bawa bunga, yang kita bawa ke sini adalah Iman. Bunga bisa layu, tapi iman kita enggak akan mati,” kata salah satu pemimpin aksi dari mobil komando.
Situasi sempat memanas saat salah satu pemimpin aksi meminta barikade aparat dibuka, agar massa bisa maju hingga ke depan gedung MA, karena antrean massa sudah memanjang dari depan Kementerian Dalam Negeri hingga ke depan Stasiun Gambir. Namun, massa kembali tenang setelah pemimpin aksi lainnya meminta pengunjuk rasa untuk duduk.
Kendati dianggap tak perlu oleh berbagai organisasi utama Islam, GNPF MUI tetap menggelar aksi yang dimulai dengan salat Jumat di Istiqlal, dengan rencana berjalan kaki ke Gedung Mahkamah Agung.
Aksi 505 ini digelar terkait persidangan kasus dugaan penistaan agama dengan terdakwa Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, yang Selasa (9/5) akan memasuki tahap akhir: putusan.
Massa menganggap tuntutan jaksa, 1 tahun penjara dengan masa percobaan 2 tahun, terlalu ringan, dan menuntut hakim menjatuhkan hukuman lebih berat.
Sejak akhir tahun lalu GNPF-MUI melakukan rangkaian aksi untuk menuntut agar aparat hukum mengadili Ahok dalam kasus dugaan penistaan agama terkait penyebutan surat Al-Maidah 51 dalam pidato di Kepulauan Seribu.
Dalam pidato itu Ahok dianggap menghina surat Al-Maidah dan menyusul demonstrasi yang diikuti ratusan ribu hingga jutaan umat Islam pada Desember lalu, Ahok kemudian diadili.
 
Diolah dari : merdeka/bbc

Aksi 505: Lima Belas Delegasi GNPF MUI Diterima Perwakilan MA

Terkait Aksi 5 Mei, Din Syamsudin : Ini Jihad Kita

Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Din Syamsudin menyatakan mendukung aksi simpatik 5 Mei 2017 nanti.
Melalui pesan whatsapp yang dibacakan Ketua GNPF MUI Bachtiar Nasir, Din menegaskan aksi damai Jumat besok merupakan jihad.
“Saya mendukung aksi 5 Mei besok. Semoga ini menjadi jihad kita,” kata Bachtiar Nasir membacakan whatsapp yang diterimanya dari Mantan Ketua MUI tahun 2014-2015 saat konferensi pers di AQL, Tebet, Jakarta, Selasa (02/05).
Bachtiar juga menyampaikan permintaan maaf Din Syamsudin yang saat ini masih di Malang. Sehingga tidak bisa menghadiri konferensi pers.
Seperti diketahui, saat pembukaan Rakernas II MUI dirinya menegaskan akan turun langsung memimpin aksi jika Ahok bebas.
“Kalau sampai (Ahok) bebas, saya akan turun memimpin perlawanan,” ujar Ketua Umum PP Muhammadiyah periode 2005-2015.
GNPF MUI Siap Gelar Aksi Simpatik 5 Mei di Jakarta
Screenshot_2017-05-03-15-41-12_com.android.chrome_1493800898144
Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Majelis Ulama Indonesia (GNPF MUI) siap menggelar aksi terkait kondisi penegakan hukum di Indonesia belakangan ini.
Ketua Umum GNPF MUI, Bachtiar Nasir menyatakan, aksi simpatik yang akan digelar pada Jumat, 5 Mei nanti merupakan momen yang ditunggu umat Islam untuk menegakkan keadilan.
“Momen ini sangat ditunggu masyarakat,” katanya saat memberikan keterangan konferensi pers di AQL Islamic Centre, Tebet, Jakarta, Selasa (02/05).
Menurutnya, permasalahan besar yang sekarang melanda bangsa ini membuat GNPF harus turun langsung.
“Masalah besar yang melanda bangsa ini adalah soal rasa keadilan umat Islam,” ujarnya.
 
Sumber : Panjimas

Arti Kekalahan Ahok : Alhamdulillah Semuanya Ketetapan Allah swt

Alhamdulillah semuanya adalah ketetapan dari Allah SWT. Lewat pertarungan pilkada DKI yang begitu tegang akhirnya pasangan No 3 Anies-Sandy, Insya Allah dipastikan menjadi gubernur baru Jakarta untuk 5 tahun ke depan.
Saya justru tertarik melihat apa arti di balik kemenangan ini, mencoba mengambil pelajaran berharga pada pilkada ini, bukan semata-mata dari tinjauan politik ansich. Kemenangan ini mengirim pesan begitu kuat kepada umat Islam secara umum dan para elit Islam politik di negeri ini.
Beberapa catatan penting yang saya bisa tangkap sebagai berikut:
1. Jangan tinggalkan suara umat.
Sudah jamak bagi kita bahwa seringkali Islam politik yang digerakkan partai-partai Islam atau berbasis agama sering dibenturkan dengan kepentingan pragmatisme sesaat.
Para elit partai lebih memilih melakukan deal kepentingan singkat daripada memilih menangkap suara dukungan arus bawah umat.
Kita bisa melihat bagaimana kegalauan kubu PPP dan PKB dalam putaran kedua. Kendati banyak petinggi partai tersebut turut aksi dalam gelombang aksi bela Islam beberapa jilid bersama konstituennya.
Namun umat “terluka” atas keputusan petingginya yang justru mengalihkan dukungan ke kandidat yang “ditolak” oleh umat itu sendiri.
Mungkin ini pelajaran penting bahwa, seringkali hanya kepentingan politik sesat kita justru tinggalkan basis suara pemilih kita sendiri. Jangan salahkan akhirnya jika umat kehilangan selera dan referensi untuk mempercayai Islam politik.
Kita boleh berkuasa di atas atas mandat mereka, namun jika mereka sudah sakit hati cara mereka menghukum adalah dengan cara tidak memilih mereka.
2. Umat Islam adalah big market.
Demokrasi memaksa meraup suara terbanyak, karena itu pilihan untuk pasar suara tak terelakkan. Indonesia dan umat Islam adalah keniscayaan.
Memisahkannya adalah anomali sejarah, kendati kita sadar bahwa kaum muslimin baru menjadi pasar saja  belum menjadi pemain utama dalam mengatur pasar politik Indonesia, belum menjadi subjek utama ,tapi hanya menjadi objek.
Itulah sebabnya dari berbagai paslon atau partai apapun pasti tak ketinggalan menggarap pasar yang sangat menggoda ini, perang simbol dan teknis mendekati umat menjadi lumrah dalam politik.
Karena itu pelajaran Pilkada DKI ini harusnya jadi pelajaran penting bahwa saatnya mereka bangkit untuk tidak menjadi obyek pasar saja, tapi kalau perlu menjadi subyek pertama dalam pengarusutamaan politik di negeri ini.
Mungkin bagi tim Ahok dengan bergabungnya sejumlah elemen umat Islam lewat simbol PPP, PKB atau  beberpa tokoh elit NU dianggap bisa sederhanakan bahwa pasar umat Islam akan diambil, kenyataannya?
3. Kekuatan baru era milenial.
Tak dipungkiri demokrasi kita telah memasuki di era yang tak kita temukan di periode-periode yang lalu, yaitu era milenial ditandai dengan jaringan informasi yang begitu masif dan mudah diakses secara langsung kepada masing-masing person.
Mungkin suatu saat memasang iklan baliho di pinggir jalan disamping biaya besar dan harus dijaga terus akan ditinggalkan, sedangkan dengan sekali postingan di akun media sosial apapun jenisnya, belum lagi lewat broadcast via telegram, WA dan lain sebagainya begitu berdampak masif  luar biasa.
Perang di dunia maya jauh lebih seru dan sangat dinamis, tak seperti mungkin dulu pilkada pertama kali di gelar 2005. Kini kita sadar bahwa pilar demokrasi bisa bertambah yaitu media sosial.
Salah satu dampak positifnya adalah efektifnya metode kampanye dan bahkan untuk memblok gerakan lawan.
Kita lihat betapa blundernya tim Ahok menggelar serangan sembako di hari tenang, tapi peran media secara positif justru mempersepsikan tindakan mereka negatif.
Mungkin mereka lupa sekarang era digital, ditangan setiap orang ada hp yang bisa bisa langsung dia rekam atau live lewat akun medsosnya dan merangkap sebagai wartawan dan peliput acara dan orang bisa lihat langsung di media sosial.
4. Barang itu penting.
Secara survey masyarakat jakarta cukup puas dengan kepemimpinan Ahok, tapi apakah akan memilih kembali tenyata di bawah 50 persen akan memilihnya kembali.
Apa artinya tenyata kagum dengan memilih adalah dua hal yang berbeda. Alasan yang paling utama adalah gaya berkomunikasi Ahok yang jauh dari unsur budaya ketimuran secara umumnya. Bicara yang sopan santun, yang lebih sejuk dan merangkul tidak bisa dipungkiri relatif tak dimiliki Ahok.
Jika barang sudah jelek mau dibungkus apapun akan ketahuan jeleknya pada akhirnya, pencitraan hanyalah menjadi beban untuk menutupi wajah asli yang sebenarnya sadar kalau barang tersebut ada cacatnya.
5. Bersatulah
Ini adalah inti dari kesemuanya, ternyata jika umat itu kompak dan solid maka mereka akan memetik buahnya sendiri. Jika suara yang didengungkan umat juga disambut oleh para elit politik Islam maka itu bertemunya suara bawah dengan suara atas.
Jangan lagi mau dipecah belah, saatnya elit politik Islam tidak memiliki penyakit rendah diri dan dia harus melihat peristiwa gejolak umat ini seakan-akan menegur para elitis, jika kalian tidak becus urus kami maka biarkanlah kami yang bergerak.
Mari kita bercermin, seringkali para elit dihantui oleh penyakit ketakutan yang dia ciptakan sendiri tentang ketidakpastian kedepan, yang akhirnya menyeret mereka untuk memilih jalan pragmatisme.
Sehingga yang terjadi kekuatan politik Islam di negeri ini seringkali dibenturkan dan mau diadu domba dengan sesama elemen umat oleh kepentingan jahat yang ingin menguasai negeri ini.
Lihatlah bagaimana Pilkada DKI membuat umat mengambil perannya sendiri, kekuatan yang selama ini di marginalkan tiba-tiba tampil kedepan menjadi arus utama perjuangan politik untuk selamatkan Jakarta dan indonesia sekaligus.
 
Ya Allah terimalah amal kami.
Oleh : Syukri Wahid (Pegiat Sosial Politik)
Sumber : Republika

Arswendo Mengaku tak Sengaja Menista Agama, Tapi Dihukum 4 Tahun Penjara

Berdasarkan yurisprudensi, kasus video Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok di Kepulauan Seribu dinilai sudah dapat disebut sebagai tindakan penistaan agama.
Dalam ilmu hukum, yurisprudensi adalah keputusan-keputusan dari hakim terdahulu untuk menghadapi suatu perkara yang tidak diatur di dalam UU.
Dan keputusan-keputusan itu dijadikan sebagai pedoman bagi para hakim yang lain untuk menyelesaian suatu perkara yang sama.
Menurut ahli hukum pidana, Teuku Nasrullah, sudah ada putusan hakim terdahulu terkait penistaan agama. Meskipun pelakunya meminta maaf atau berkilah tidak memiliki maksud atau sengaja menista agama.
Hal itu disampaikannya dalam ‘Diskusi Publik: Kasus Ahok Nista Islam dalam Perspektif Hukum Pidana’ di Rumah Amanah Rakyat, Menteng, Jakarta, Kamis (10/11/2016).
Kasus Arswendo
Nasrullah memberi contoh kasus Arswendo Atmowiloto pada tahun 1990. Saat itu, Arswendo membuat polling di Tabloid Monitor, siapa tokoh idola menurut para pembacanya.
Menurut hasil polling yang dirilis tabloid itu, nama Presiden Soeharto berada di urutan pertama. Disusul kemudian dengan nama BJ Habibie, Soekarno, lalu musisi Iwan Fals.
Nama Arswendo masuk ke dalam urutan ke-10, sementara Nabi Muhammad Shallallahu’Alaihi Wasallam berada pada urutan ke-11.
“Kemudian, saat itu muncul kemarahan dari umat Islam. Mereka melaporkan Arswendo atas tuduhan menghina Nabi Muhammad,” kata dosen Universitas Indonesia ini.
Ketika itu, Arswendo berkilah tidak punya maksud atau sengaja menghina Nabi Muhammad Shallallahu’Alaihi Wasallam. Tapi dia tetap dijatuhi hukuman 4 tahun penjara.
“Kesengajaan di sini (dalam pasal penistaan agama. Red) bukan kesengajaan dalam maksud. Tapi kesengajaan yang dapat diduga mengetahui bahwa perbuatannya menista agama dan mengganggu ketertiban umum,” lanjut Nasrullah.
Arswendo dihukum karena patut mengetahui perbuatannya mengganggu ketertiban umum.
“Sebab, pasal 156 ada di bawah Bab Ketertiban Umum. Penistaan agama tidak di bawah pasal agama tapi di bawah Bab Ketertiban Umum. Ini tentang ketertiban umum. Setiap orang harus menjaga ketertiban umum,” ujarnya.
Pria kelahiran Aceh ini melanjutkan, kalau seseorang sudah bersekolah dan bisa berpikir, sepatutnya tahu perbuatannya bisa mengganggu ketertiban umum atau tidak.
 

Aksi 505: Lima Belas Delegasi GNPF MUI Diterima Perwakilan MA

Tanpa Organisasi dan Persiapan Kordinasi, 200 Ribu Lebih Massa Aksi 313

Walau pimpinan aksi yang juga Sekjen Forum Umat Islam (FUI), KH Muhammad Al-Khaththath ditangkap aparat dengan tuduhan makar, namun lautan massa Aksi 313 tak terbendung. Kebanyakan dari luar daerah, dan masyarakat muslim bersama keluarganya. Inilah kekuatan Iman Islam.
Masjid Istiqlal dengan daya tampung 200 ribu jamaah tak mampu menampung saat sholat Jum’at (31/3/2017) hingga meluber di jalan-jalan.

C8OvVl6VYAEgIes

Massa Aksi 313 Meluber hingga depan Istiqlal dan Katedral


Massa aksi 313 yang menuntut pemerintah memberhentikan Gubernur DKI Basuki Tjahja Purnama atau Ahok telah memenuhi Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta, Jumat (31/3) siang. Sebelumnya mereka berjalan dari Masjid Istiqlal menuju Bundaran Bank Indonesia.
Lautan massa Aksi 313 bergerak dari Masjid terbesar se Asia Tenggara ini menuju Istana Merdeka dengan melantunkan sholawat.
17626484_762781690538516_238897340293603566_n

Gemuruh Takbir, Dzikir, dan Shalawat bersahutan


Peserta aksi dari Forum Umat Islam (FUI) banyak menggunakan pakaian bewarna putih, terlihat mereka membawa bendera Indonesia, bendera organisasi dan ada juga yang membawa bendera Palestina.
Seperti diketahui usai melaksanakan Shalat Jumat, massa aksi 313 melakukan long march dan berorasi di depan Patung Kuda, Jakarta Pusat. Massa yang tadinya akan menyampaikan aspirasi di depan Istana Merdeka, tertahan di depan bundaran Bank Indonesia.
“Proses pelaksanaan unjuk rasa dari sebagian masyarakat kita yang kita ketahui juga menyampaikan aspirasi di patung kuda, Medan Merdeka Selatan dan Medan Merdeka Barat itu berjalan dengan lancar dan sudah selesai,” ujar Kadiv Humas Mabes Polri, Irjen Pol Boy Rafli Amar di Monas, Jumat (31/3).
massa-aksi-313-atau_20170331_152907

Masa aksi berjalan ke arah Patung Kuda


Sejumlah perwakilan telah diterima pemerintah melalui Menkopolhukam, Wiranto. Usai para perwakilan massa aksi menyampaikan aspirasi dan tuntutannya, Wiranto meminta massa aksi untuk membubarkan diri.
“Tadi ada 9 perwakilan yang diterima Menkopolhukam, jadi pada prinsipnya aspirasi itu sudah disampaikan dan diterima yang sebagian juga sudah dijelaskan dari pertemuan itu,” jelasnya.
Usai salat Ashar berjamaah di sekitar kawasan Patung Kuda, massa kemudian berangsur membubarkan diri. Pukul 17.00 WIB, massa bergerak dari kawasan Patung Kuda menuju Masjid Istiqlal, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jalan Budi Kemuliaan dan Bundaran HI.