Sosok "Jendral Perang" Mujahid Ciamis

Sosok inspirator longmarch umat Islam yang jalan kaki dari Ciamis menuju Jakarta sejauh 200 KM lebih adalah K.H. Nonop Hanafi, yang dikenal sebagai pimpinan pondok pesantren Miftahul Huda II Ciamis. Dengan aksi jalan kaki, banyak umat Islam dari Jakarta, Depok, Bogor, Tangerang, Bekasi dan sekitarnya tergerak untuk tak mau kalah melakukan aksi jalan kaki ke lokasi acara Aksi Bela Islam 3 di Monas. Bahkan sebagai bentuk atas apresiasi menaikkan ghirah umat Islam, akhirnya GNPF MUI memberi shaf pertama kepada para mujahid Ciamis.
KH Nonop Hanafi adalah sosok kiyai istiqomah dalam menegakan amar makruf nahi munkar di kabupaten Ciamis. Penerus ulama kharismatik Ciamis dari mertuanya KH Umar Nawawi ini, memang begitu getol menyoroti permasalahan umat termasuk dalam kasus penistaan agama ini. Begitu kuat menggelorakan semangat hingga berhasil mengantarkan mujahid Ciamis 600 orang dari awalnya 1.000 orang berjalan dibawah terik matahari, hujan, sandal sobek, serta kaki pegal dan bengkak. Banyak warga yang terharu, menangis dan ikut menyumbang logistik ketika mujahid Ciamis melintasi jalan rumah mereka.
“Maksud dan tujuan warga Ciamis ke Jakarta adalah ingin memberikan pesan agar Ahok segera diberi keadilan hukum, sebab penista agama langsung di tahan Saya membantah ada muatan politik dalam aksi ini. Ini murni sebagai respons umat atas penistaan agama yang dilakukan Ahok,” katanya.
Bukan kali ini saja KH Nonop melakukan aksi bela Islam. Menantu dari KH Umar Nawawi ini memang sebelumnya getol menggelar aksi solidaritas dan penggalangan dana untuk korban agresi militer Israel terhadap warga Palestina di jalur Gaza. Saat itu dihadiri Syekh Mahmud, salah seorang warga Palestina.
KH Nonop juga berhasil meyakinkan Bupati Ciamis H. Iing Syam Arifin untuk ikut serta menggalang dana dan peduli terhadap Palestina. KH Nonop juga kerap jadi kordinator aksi lapangan untuk aksi memberantas maksiat di Ciamis. Namun KH Nonop menolak kekerasan.
Contohnya : ketika aksi oknum ormas Islam yang menggeruduk kantor Bupati akibat kedapatan 5 PNS nyemen di warung makan, pada saat razia yang dilakukan salah satu ormas islam di bulan Ramadhan pada siang hari?. Saat itu Bupati Ciamis Iing Syam Arifin dimaki-maki. Kejadian itu memicu protes dan kecaman di media sosial.
Disaat situasi memanas, bersama para ulama Ciamis diantaranya pengasuh pondok pesantren Darussalam KH. Fadlilyani Ainusyamsi atau akrab dipanggil Ang Icep, KH. Ahmad Hidayat pimpinan ponpes Cijantung, KH Saeful Uyun, KH. Syarif Hidayat, KH Mashum, KH Ali, tokoh masyarakat serta tokoh agama lainnya, KH Nonop ikut silaturahmi dan mendamaikan ormas tersebut.
Sekilas Pondok Pesantren Miftahul Huda II
Ponpes ini berdiri 1 November 1976 di Desa Bayasari Kecamatan Jatinagara Kabupaten Ciamis Provinsi Jawa Barat. Nama Miftahul Huda diambil dari nama pondok pesantren yang berada di Manonjaya kabupaten Tasikmalaya sebagai pesantren besar yang didirikan KH Choer Afandi. Pembangunan Miftahul Huda II, dirintis ulama karismatik KH Umar Nawawi dan KH Syadzili.
Miftahul Huda II pada awal pendiriannya sangat sulit. Berada di lokasi rawan banjir, karena berada di pinggir sungai. Seiring perjalanan waktu saat ini jumlah santri sudah mencapai 2.300 orang yang datang dari berbagai kota di Indonesia.

Nikmat Iman Mendukung Aksi Bela Islam 212

Syaikhul Islam Ibnu Taimiah rahimahullah berkata, “Nikmat Allah yang paling besar terhadap hamba-Nya adalah nikmat iman. Dia adalah ucapan dan perbuatan, bertambah dan berkurang, bertambah dengan taat dan kebaikan, berkurang dengan kefasikan dan kemaksiatan. Setiap kali bertambah amal seseorang, bertambah pula keimanannya. Inilah iman yang hakiki yang disebutkan dalam firman Allah Ta’ala,

اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّين

Tunjukilah kami jalan yang lurus. (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.” (QS. Al-Fatihah : 6-7)

Kemudian dalam firman Allah swt, “Barangsiapa dikehendaki Allah akan mendapat hidayah (petunjuk), Dia akan membukakan dadanya untuk (menerima) Islam. Dan barangsiapa dikehendaki-Nya menjadi sesat, Dia jadikan dadanya sempit dan sesak, seakan-akan dia (sedang) mendaki ke langit. Demikianlah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman.” [Q.S. Al-An’aam: 125]
Orang yang tidak mendapat hidayah akan senantiasa berada dalam kegelapan dan kerugian.
Maka apakah orang-orang yang dibukakan hatinya oleh Allah untuk (menerima) agama Islam lalu dia mendapat cahaya dari Rabb-nya (sama dengan orang yang hatinya membatu)? Maka celakalah mereka yang hatinya telah membatu untuk mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata.” [Q.S. Az-Zumar: 22]
Allah Azza wa Jalla menunjuki hamba-Nya dari kegelapan menuju cahaya yang terang benderang. Untuk itu, kewajiban kita adalah mengikuti, meneladani dan mentaati Rasulullah saw dan para ulama dalam segala perilaku kehidupan kita, jika kita menginginkan hidup di bawah cahaya Islam.
Allah Azza wa Jalla berfirman:

لَقَدْ مَنَّ اللَّهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولًا مِّنْ أَنفُسِهِمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِن كَانُوا مِن قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُّبِينٍ

Sungguh, Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika (Allah) mengutus seorang Rasul (Muhammad) di tengah-tengah mereka dari kalangan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, mensucikan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab (Al-Qur-an) dan Hikmah (As-Sunnah), meskipun sebelumnya, mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” [Q.S. Ali ‘Imran: 164]
Seorang muslim akan senantiasa bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah memberinya petunjuk ke dalam Islam dan mengikuti ajaran Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Maka ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepadamu. Bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku.” [Q.S. Al-Baqarah: 152]
Kita dan anak-anak kita akan tetap dan senantiasa ditambahkan ilmu, hidayah dan istiqamah di atas ketaatan jika kita beserta keluarga menuntut ilmu syar’i. Hal ini tidak boleh diabaikan dan tidak boleh dianggap remeh.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“…Barangsiapa yang menempuh suatu jalan dalam rangka menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkan dirinya dengannya jalan menuju Surga.” (HR. Muslim no. 2699)

Sejarah Baru Tercipta di 212, Shalat Jum'at Terbanyak

Hujan mengguyur Jakarta siang ini. Meski demikian, kumpulan orang yang jumlahnya sangat besar, masih setia berkumpul di Lapangan Monas dan sekitarnya.
Massa yang jumlahnya diperkirakan mencapai jutaan ini, berkumpul dalam rangka Aksi Damai Bela Islam III. Aksi ini diisi dengan tausiah, dzikir dan doa bersama yang dipimpin oleh sejumlah ulama, kemudian Salat Jumat berjamaah.
Salat Jumat berlangsung, hanya suara imam yang terdengar, kemudian disusul suara makmum di waktu-waktu tertentu. Bila dilihat dari ketinggian, Lapangan Monas kini berubah menjadi lautan putih, karena rata-rata massa aksi damai memang mengenakan pakaian serba putih.
Monas yang merupakan ikon Ibu Kota menjadi saksi bisu bahwa sejarah baru telah tercipta di Indonesia. Sejarah baru bahwa di tempat itu pernah berlangsung Salat Jumat dengan jumlah jamaah yang yang sangat banyak. Saking banyaknya, jamaah bahkan sampai “luber” di jalan-jalan sekitar Monas.
Menjadi menarik, karena Monas bukanlah rumah ibadah, melainkan area museum nasional yang menampilkan perjuangan Bangsa Indonesia. Jamaah Salat Jumat ini diikuti ulama-ulama mahsyur hingga pemimpin negeri, yakni Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا نُودِيَ لِلصَّلَاةِ مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا إِلَىٰ ذِكْرِ اللَّهِ وَذَرُوا الْبَيْعَ ۚ ذَٰلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ

Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum’at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allâh dan tinggalkanlah jual beli, yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui“. (Q.S. al-Jumu’ah ayat 9)
Diriwayatkan dari Abdullâh bin Umar Ra dan Abu Hurairah bahwa keduanya mendengar Rasûlullâh Saw bersabda di atas mimbarnya:
لَيَنْتَهِيَنَّ أَقْوَامٌ عَنْ وَدْعِهِمْ الْجُمُعَاتِ أَوْ لَيَخْتِمَنَّ اللَّهُ عَلَى قُلُوبِهِمْ ثُمَّ لَيَكُونُنَّ مِنْ الْغَافِلِينَ
Hendaklah orang yang suka meninggalkan shalat Jum’at menghentikan perbuatan mereka, atau benar-benar Allâh akan menutup hati mereka, kemudian mereka benar-benar menjadi termasuk orang-orang yang lalai.” (HR Muslim)
Memang belum ada jumlah pasti berapa jamaah yang ikut dalam Salat Jumat tersebut, tapi bila dibandingkan dengan luasan Masjid Istiqlal yang merupakan masjid terbesar di Tanah Air, lapangan Monas bisa menampung massa lebih banyak. Masjid Istiqlal sendiri mampu menampung sekira 200.000 jamaah, sedangkan lapangan Monas menurut Polisi, bisa menampung hingga 700 ribu orang. Belum lagi, jumlah massa yang tumpah ruah di sekitaran Monas. Perkiraan yang beredar hingga 7 juta orang.
Kapolri, Jenderal Tito Karnavian, saat acara aksi damai baru dimulai, mengatakan aksi damai ini mirip seperti orang tengah beribadah di Padang Arafah. Ungkapan ini merujuk pada massa yang jumlahnya sangat besar.

Indahnya Persatuan dalam Aksi Bela Islam 3

Sesungguhnya, agama kita mengajarkan segala kebaikan yang dibutuhkan umat manusia. Sedangkan persatuan umat Islam merupakan salah satu prinsip terbesar agama ini. Dengan izin Allah terdapat cara mengobati penyakit perpecahan umat yang sudah lama menggerogoti.
Walaupun kamu membelanjakan (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka”. [Q.S. al Anfal : 63]
Dan firmanNya :
وَإِن تَعُدُّوا نِعْمَتَ اللهِ لاَتُحْصُوهَا
Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah kamu dapat menghitungnya”. [Q.S. Ibrahim : 34].
Dalam persatuan, umat Islam bisa saling menasihati. Mengingatkan hadits Tamim ad Daariy, ia berkata: bersabda Rasulullah :
الدِّينُ النَّصِيحَةُ ثَلَاثَ مِرَارٍ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ لِمَنْ قَالَ لِلَّهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ وَعَامَّتِهِمْ
“Din (agama) ini adalah nasihat” (tiga kali). Para sahabat bertanya : “Nasihat bagi siapa, wahai Rasulullah?”. Nabi menjawab,”Nasihat terhadap Allah (maksudnya dengan mentauhidkan Allah dan mengikhlaskan niat dalam beribadah, Red), nasihat terhadap kitabNya (maksudnya, dengan mengimaninya dan mengamalkan isinya, Red), nasihat terhadap para pemimpin kaum Muslimin (maksudnya, dengan mentaati mereka dan tidak memberontak) dan nasihat bagi kaum Muslimin secara umum”.
Renungkanlah, betapa indahnya tatanan masyarakat ini, yang saling mencintai satu sama lain, saling menolong, mengingatkan, menyuruh yang ma’ruf dan mencegah yang mungkar, dengan penuh kecintaan, kasih-sayang, rahmat dan kelembutan. Membayangkan bagaimana bersatunya masyarakat dengan menampakkan persatuan kata yang hanya dilandasi atas persatuan tauhid.
Kita berdoa kepada Allah agar menyatukan kaum Muslimin di atas Kitab dan Sunnah RasulNya, menjauhkan dari segala fitnah yang ada, baik yang nampak atau yang tidak, menghilangkan setiap bentuk kesyirikan, bidah dan perbedaan. Sebagaimana firman Allah Azza wa Jalla :
Dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”. [Q.S. al Anfal : 46].