0878 8077 4762 [email protected]

Ketika Salaf Dahulu Melakukan Demo Melawan Kemungkaran

Berikut ini adalah beberapa contoh sikap yang ditunjukkan oleh para salaf ketika mereka melihat kemungkaran :

  1. Pada bulan Jumadil Akhir, para ulama dari kalangan Hanabilah dan juga Abu Ishaq As-Syairazi bersama dengan para sahabatnya berkumpul didepan istana khalifah menuntut ditutupnya tempat minum-minuman keras semacam bar atau diskotik kala itu, dan menuntut menghukum para penjual minuman keras. Akhirnya khalifahpun menerima tuntutan mereka. (al-Muntadzim, Ibnul Jauziyah, 8/272)
  2. Pernah terjadi di wilayah al-Karkh (Irak) ada sekelompok orang dari penduduk Karkh yang mencela para sahabat Nabi pada hari Asyuro. Maka berkumpulah para ulama, ahli qira’at dan kaum muslimin yang melakukan demonstrasi didepan istana khalifah. Dan khalifah keluar dan berkata, “Kami pemerintah juga mengingkari perbuatan mereka”. (al-Muntadzi, 8/240)
  3. Pada tahun 231 H, khalifah Al Watsiq membunuh seorang ulama yang bernama Ahmad bin Nashr al Khuza’i yang merupakan murid dari Imam Malik, Sufyan bin Uyainah, Hammad bin Zaid. Diantara murid-muridnya ialah Yahya bin Ma’in. Beliau menolak pemahaman menyimpang bahwa Al Qur’an itu makhluk. Ia diketahui bersama kaum muslimin berencana melakukan demo protes menentang khalifah. (Al Bidayah wa an Nihayah, 10/334)
  4. Ibnu Taimiyah pun juga menunjukkan hal yang sama dengan cara melakukan demo protes, hingga akhirnya kemungkaran berhasil dirubah.

Masih banyak contoh-contoh lainnya yang menjelaskan sikap para salaf tatkala melihat kemungkaran. Jika memang tak bisa ikut serta bersama kaum muslimin, doakan saudaramu yang menentang kemungkaran tersebut.

Hakikat Zuhud

Kata Ali bin Abi Thalib, “Zuhud itu sikap, bukan keadaan. Zuhud yang paling utama adalah zuhud yang disembunyikan.”
Adapun menurut Ibnu Taimiyah, “Zuhud sejati adalah meninggalkan yang haram dan menjauhi syubhat yang remang.”
Zuhudnya Abu Bakar, ia enggan pada dunia dan dunia pun enggan padanya. Harta ditangannya, akhirat di hatinya.
Zuhudnya Umar, dia enggan pada dunia, tapi dunia bertekuk lutut merayu. Banjir nikmat tapi dia ikat dirinya pada teladan Nabi dan Abu Bakr.
Imam Ahmad menuturkan, “Zuhud adalah makanan yang menegakkan punggungmu, pakaian yang menutup auratmu, dan rumah yang menyembunyikam tangis sujudmu.”
Sementara Ibnul Mubarak menjelaskan, “Zuhud adalah segala kenikmatan yang bisa membuatmu menyatakan yang benar tanpa takut, menolong yang lemah tanpa ragu.”
Ali r.a. menambahkan, “Zuhud penguasa: tampilkan nikmat Allah kepada lainnya agar mengilhami. Zuhud penguasa: jauhi kemewahan agar tiada tersakiti.”
Zuhud itu menghiasi diri dengan syukur dan sabar, menghiasi amal dengan ridha dan ikhlas, menghiasi sesama dengan cinta dan ukhuwah.
 
Sumber :
Menyimak Kicau Merajut Makna, Salim A. Fillah, Pro-U Media