by Danu Wijaya danuw | Sep 1, 2017 | Artikel, Dakwah
Hari Tasyrik adalah tiga hari setelah hari raya Idul Adha, yaitu, hari-hari tanggal 11, 12, dan 13 di bulan Dzulhijjah.
Tasyriq atau syuruq bermakna terbit. Ada pendapat yang mengatakan, bahwa dinamakan hari tasyrik karena pada hari-hari itu (selain tanggal 10), kaum Muslimin yusyriqun (menjemur) daging qurban mereka, juga hewan qurban disembelih setelah matahari terbit (syuruq).
Dalam al-Qur’an hari tasyrik disebut hari-hari untuk ibadah, hal ini lebih khusus untuk jamaah haji yang pada hari-hari itu tengah melakukan mabit atau menetap di Mina, dimana mereka terus mendekatkan diri, beribadah dan melempar jumrah. Allah swt berfirman,
“Dan berzikirlah kepada Allah dalam beberapa hari yang ditentukan (hari-hari tasyrik ). Maka, siapa yang ingin cepat (berangkat dari Mina) sesudah dua hari, maka tiada dosa atasnya. Dan, barang siapa yang ingin menangguhkan, maka tiada dosa pula atasnya bagi orang yang bertakwa.” ( al-Baqarah [2] : 203)
Adapun keutamaan hari-hari tasyrik sebagaimana disebutkan dalam hadits di antaranya adalah, sebagai hari-hari yang agung untuk beribadah.
Nabi saw bersabda, “Sesungguhnya hari yang paling mulia di sisi Allah Tabaraka wa Ta’ala adalah hari Idul Adha dan yaumul qarr (hari tasyrik).” (HR. Abu Daud)
Dalam hadits yang lain, hari-hari tasyrik merupakan hari menikmati makan dan minum, hari raya, hari berbahagia karena padanya terdapat qurban.
Nabi saw bersabda, “Hari-hari Tasyrik adalah hari menikmati makanan dan minuman.”
Karena itu pada hari-hari itu umat Islam diharamkan berpuasa, kecuali bagi jamaah haji (bila belum melaksanakan puasa di hari sebelumnya) yang memilih melaksanakan haji tamattu’ dan qiran sementara ia tidak mampu membayar dam dengan menyembelih hadyun yang diwajibkan atasnya.
Demikian pula dianjurkan memperbanyak zikir, berdoa kepada Allah. Disunahkan melantunkan kalimat takbir, tahlil, dan tahmid (takbiran) selepas shalat fardhu mulai pada Idul Adha dan hari-hari tasyrik (10-13 Dzulhijah). Hal ini sebagaimana yang Allah perintahkan pada surah al-Baqarah ayat 203 tersebut.
Wallahu’alam.
Oleh : Ustad A. Fikri Ilyas, Lc, MA (Alumnus Universitas Al-Azhar Kairo & Universitas Amer Abdel Kader Aljazair)
Sumber : Islampos
by Danu Wijaya danuw | Aug 23, 2017 | Artikel, Dakwah
Lain halnya bulan Ramadhan, masyarakat kita belum banyak yang menyadari bahwa Dzulhijjah termasuk bulan yang istimewa. Padahal banyak dalil yang menunjukkan bahwa di bulan Dzulhijjah, amal soleh dilipat gandakan. Sebagaimana pahala yang dijanjikan ketika ramadhan.
1. Bulan Ramadhan dan Dzulhijjah sebagai Bulan Pahala Amal
Dari Abu Bakrah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
شَهْرَانِ لاَ يَنْقُصَانِ، شَهْرَا عِيدٍ: رَمَضَانُ، وَذُو الحَجَّةِ
”Ada dua bulan yang pahala amalnya tidak akan berkurang. Keduanya dua bulan hari raya: bulan Ramadhan dan bulan Dzulhijjah.” (HR. Bukhari 1912 dan Muslim 1089).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menggandengkan bulan Dzulhijjah dengan Ramadhan. Sebagai motivasi beliau menyebutkan bahwa pahala amal di dua bulan ini tidak berkurang.
2. Disebut sebagai Malam Sepuluh dalam Q.S. Al Fajr
Rentang waktu yang paling mulia ketika Dzulhijjah adalah 10 hari pertama. Di surat al-Fajr, Allah berfirman:
وَ الْفَجْرِ * وَلَيَالٍ عَشْرٍ
Demi fajar, dan demi malam yang sepuluh. (QS. Al Fajr: 1 – 2)
Ibnu Rajab menjelaskan, maksud malam yang sepuluh itu adalah sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah.
Inilah tafsir yang benar dan tafsir yang dipilih mayoritas ahli tafsir dari kalangan sahabat dan ulama setelahnya. Dan tafsir inilah yang sesuai dengan riwayat dari Ibnu Abbas radliallahu ‘anhuma…” (Lathaiful Ma’arif, hal. 469)
Allah bersumpah dengan menyebut sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah. Yang ini menunjukkan keutamaan sepuluh hari tersebut. Karena semua makhluk yang Allah jadikan sebagai sumpah, adalah makhluk istimewa, yang menjadi bukti kebesaran dan keagungan Allah.
Karena itulah, amalan yang dilakukan selama 10 hari pertama Dzulhijjah menjadi amal yang sangat dicintai Allah. Melebihi amal soleh yang dilakukan di luar batas waktu itu.
3. Amal Shalih Sepuluh Hari Dzulhijjah bagai Keutamaan Jihad
Dari Ibnu Abbas radhiallahu‘anhu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيهَا أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ هَذِهِ الأَيَّامِ. يَعْنِى أَيَّامَ الْعَشْرِ. قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَلاَ الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ قَالَ « وَلاَ الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ إِلاَّ رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَىْءٍ
“Tidak ada hari dimana suatu amal salih lebih dicintai Allah melebihi amal salih yang dilakukan di sepuluh hari ini (Dzulhijjah).”
Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, termasuk lebih utama dari jihad fi sabilillah?
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Termasuk lebih utama dibanding jihad fi sabilillah. Kecuali orang yang keluar dengan jiwa dan hartanya (ke medan jihad), dan tidak ada satupun yang kembali.” (HR. Ahmad 1968, Bukhari 969, dan Turmudzi 757).
4. Amal yang Lebih Suci disisi Allah
Dalam riwayat yang lain, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Tidak ada amalan yang lebih suci di sisi Allah dan tidak ada yang lebih besar pahalanya dari pada kebaikan yang dia kerjakan pada sepuluh hari al-Adha.” (HR. Ad-Daruquthni, dan dihasankan oleh al-Albani)
Al-Hafidz Ibn Rajab mengatakan, Hadis ini menunjukkan bahwa beramal pada sepuluh hari bulan Dzulhijjah lebih dicintai di sisi Allah dari pada beramal pada hari-hari yang lain, tanpa pengecualian. Sementara jika suatu amal itu lebih dicintai Allah, artinya amal itu lebih utama di sisiNya. (Lathaiful Ma’arif, hal. 456).
Diceritakan oleh Al Mundziri dalam At Targhib wa At Tarhib (2/150) bahwa Sa’id bin Jubair (Murid senior Ibn Abbas), ketika memasuki tanggal satu Dzulhijjah, beliau sangat bersungguh-sungguh dalam beribadah, sampai hampir tidak mampu melakukannya.
Saatnya Membangun Kesadaran Masyarakat
Memahami hal ini, saatnya kita menyadarkan masyarakat. Kita ajak mereka untuk bersama-sama menyemarakkan 10 hari pertama Dzulhijjah dengan berbagai amal soleh dan ibadah.
Sebagaimana ketika mereka menyemarakkan bulan ramadhan. Jadikan kesempatan 10 hari pertama sebagai ladang untuk mendulang jutaan pahala.
Lebih dari itu, ada beberapa amal soleh yang dianjurkan untuk dikerjakan selama 10 hari pertama Dzulhijjah, diantaranya:
- Memperbanyak puasa sunah selama 9 hari pertama, puasa Tarwiyah dan puasa Arafah
- Memperbanyak takbiran dan dzikir
- Banyak melakukan amal soleh dalam bentuk apapun
Disadur : Konsultasi Syariah
by Danu Wijaya danuw | Aug 12, 2017 | Artikel, Qur'anic Corner
SEMUA surat dalam al-Qur’an adalah agung dan mulia. Demikian juga seluruh ayat dan kandungnya.
Namun, Allah Swt. dengan kehendakNya menjadikan sebagian surat dan ayat lebih agung dari yang lain.
Dan ayat kursi, dalam surat Al-Baqarah di ayat 255 adalah termasuk diantara ayat yang agung.
Dalam sebuah hadits, Rasulullah Shallallahualaihi wa sallam bersabda, “Apabila engkau mendatangi tempat tidur (di malam hari), bacalah Ayat Kursi, niscaya Allah akan senantiasa menjagamu dan setan tidak akan mendekatimu hingga waktu pagi.” (HR. Al-Bukhari)
Hadits di atas menunjukkan keutamaan yang terdapat dalam Ayat Kursi. Apabila kita merutinkannya, maka akan kita dapati keutamaan yang sangat banyak. Hendaknya setiap muslim bersemangat kepada apa yang bermanfaat baginya.
Ayat Kursi sendiri bukanlah ayat yang panjang dan sulit untuk dihapal, namun dapat diperbaiki bacaannya, faham maknanya serta diamalkan.
Ayat Kursi ini menjelaskan mengenai kerajaan Allah, maka dituntut keimanan dan ketundukkan hati keadaan semua firman-Nya tanpa bantahan.
Dia (Allah swt) harus diagungkan sebenarnya didalam hati, sehingga kita tidak menganggap remeh setiap ibadah, tidak melanggar Syariat yang dimana menyalahi tuntunan Rasulullah SAW dan shahabat didalam menjalankan Islam.
Lalu Mengapa Kursi dalam ayatnya?
Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah Allah menciptakan langit dan bumi melebihi agungnya Ayat Kursi (karena di dalam ayat tersebut telah mencakup Nama dan Sifat Allah)“.
Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhu menafsirkan Kursi dengan berkata:
“Kursi adalah tempat kedua telapak kaki Allah,” (HR. al-Hakim no. 3116, di hukumi shahih oleh al-Hakim dan adz-Dzahabi).
Dalam sebuah hadits, Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam bersabda:
“Tidaklah langit yang tujuh dibanding kursi kecuali laksana lingkaran anting yang diletakkan di tanah lapang,” (HR. Ibnu Hibban no. 361, dihukumi shahih oleh Ibnu Hajar dan al-Albani).
Dan keutamaan lainnya dari ayat ini adalah:
- Ayat kursi adalah ayat didalam al Qur’an yang paling agung dan paling utama
- Ayat kursi sebagai doa perlindungan dari setan
- Di dalam ayat kursi terdapat nama Allah yang paling agung (al Hayyu dan al Qayyuum).
Wallahu a’lam.
by Danu Wijaya danuw | Jun 2, 2017 | Artikel, Ramadhan
Sebagaimana yang kita ketahui bersama bahwa hukum shalat tarawih adalah sunnah seperti yang sudah disepakati oleh para ulama.
Imam An-Nawawi rahimahullah berkata: “Yang dimaksud dengan qiyamu Ramadhan adalah shalat Tarawih, dan para ulama telah bersepakat bahwa shalat Tarawih itu hukumnya mustahab (sunnah/dianjurkan).” (Lihat Syarh Shohih Muslim VI/282, Dan kitab Al-Majmu’ III/526).
Keutamaan Shalat Tarawih
Disini akan dibahas keutamaan shalat Tarawih berdasarkan hadits-hadits yang Shahih dari Nabi shallallahu alaihi wasallam.
1. Keutamaan Pertama
Allah Ta’ala akan mengampuni dosa-dosa yang telah lalu bagi siapa saja yang melakukan shalat Tarawih dengan penuh keimanan dan mengharapkan pahala dan ridho Allah semata. Bukan karena riya’ dan sum’ah (ingin dilihat dan didengar amal kebaikannya oleh orang lain.
Hal ini berdasarkan hadits shohih berikut ini:
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلّى الله عليه وسلّم : « مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa melakukan qiyam Ramadhan (yakni shalat malam pada bulan zromadhon) karena iman dan mengharap pahala dan ridho Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. al-Bukhari no. 37 dan Muslim no. 759).
Imam Nawawi rahimahullah berkata: “Yang dimaksud qiyam Ramadhan adalah shalat Tarawih.”
Ibnul Mundzir rahimahullah menerangkan berdasarkan nash (tekstual) hadits ini bahwa yang dimaksud: “pengampunan terhadap dosa-dosa yang telah lalu dalam hadits ini adalah bisa mencakup dosa besar dan dosa kecil.”
Sedangkan imam An Nawawi mengatakan bahwa yang dimaksudkan pengampunan dosa di sini adalah khusus untuk dosa-dosa kecil saja. Karena dosa-dosa besar tidaklah diampuni dengan sebab melakukan amal-amal Sholih. Akan tetapi hanya dengan melakukan taubah Nasuha, yakni taubah yang sempurna.
2. Keutamaan Kedua
Barangsiapa melaksanakan shalat Tarawih berjamaah bersama imam hingga selesai, maka akan dicatat baginya pahala seperti orang yang melakukan qiyamul lail semalam penuh.
Hal ini berdasarkan Hadits Shohih berikut ini:
Dari Abu Dzar rdhiyallahu anhu, bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam pernah mengumpulkan keluarga dan para sahabatnya. Lalu beliau bersabda:
إِنَّهُ مَنْ قَامَ مَعَ الإِمَامِ حَتَّى يَنْصَرِفَ كُتِبَ لَهُ قِيَامُ لَيْلَةً
“Sesungguhnya barangsiapa yang shalat (Tarawih) bersama imam sampai ia selesai, maka ditulis untuknya pahala qiyamul lail satu malam penuh.”
(HR. An-Nasai no.1605, At-Tirmidzi no.806, Ibnu Majah no.1327, dan selainnya. Dan hadits ini dinyatakan SHOHIH oleh At-Tirmidzi dan Syaikh al-Albani dalam Irwa’ Al-Gholil no. 447).
Demikian keutamaan shalat Tarawih berdasarkan hadits-hadits Shohih dari Nabi shallallahu alaihi wasallam. Semoga Allah Ta’ala memberikan Taufiq dan pertolongan-Nya kepada kita semua untuk dapat istiqomah dalam melaksanakan shalat Tarawih dan ibadah lainnya di bulan Romadhon dan di bulan-bulan setelahnya. Amiin. (Klaten, 15 Juli 2013).
Sumber : Abi Fawaz
Oleh: Ustad Muhammad Wasitho Abu Fawaz
by Danu Wijaya danuw | Mar 29, 2017 | Artikel, Dakwah
Ibnu Katsir menerangkan dalam Tafsir Al Qur’an Al ‘Adhim bahwa Rajab berasal dari kata tarjib yang artinya menghormat. Dari namanya saja, Rajab adalah bulan yang layak dihormati dan dimuliakan.
1. Rajab adalah Bulan Haram
Bulan Rajab merupakan salah satu bulan dari empat bulan haram (arba’atun hurum). Karenanya bulan Rajab menjadi istimewa dibandingkan bulan-bulan lainnya.
إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ
“Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah itu ada 12 bulan. Seluruhnya dalam ketetapan Allah di hari Dia menciptakan langit dan bumi. Di antara (12 bulan) itu terdapat empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menzalimi dirimu dalam bulan yang empat itu…” (QS. At Taubah : 36)
Ketika menjelaskan ayat ini, Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengatakan bahwa : “Sanksi berbuat dosa di bulan-bulan haram jauh lebih berat dibandingkan bulan-bulan lainnya, selain bulan suci Ramadhan. Sebaliknya, amal shalih di bulan-bulan haram pahalanya lebih besar dibandingkan di bulan lainnya, kecuali Ramadhan.”
Meskipun diterangkan amal shalih di bulan Rajab lebih besar pahalanya, tidak ada amal khusus di bulan Rajab ini. Baik berupa mandi awal Rajab, shalat malam maupun puasa yang dikhususkan pada tanggal-tanggal tertentu.
2. Rajab adalah Bulan yang Dekat dengan Ramadhan
Rajab adalah bulan yang dekat dengan bulan Ramadhan. Antara Rajab dan Ramadhan hanya dipisahkan dengan Sya’ban. Di antara kebiasaan para ulama, mereka menyiapkan diri menyambut bulan Ramadhan sejak bulan Rajab. Doa yang sangat populer saat masuk bulan Rajab yaitu :
اَللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِى رَجَبَ وَ شَعْبَانَ وَ بَلِغْنَا رَمَضَانَ
“Ya Allah berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban, serta pertemukanlah kami dengan bulan Ramadhan” (H.R. Al-Baihaqi dan Thabrani, tapi derajatnya dhaif menurut Syaikh Al Albani.
Namun, ada juga doa sejenis dengan matan berbeda dalam riwayat Ahmad.
اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِى رَجَبٍ وَشَعْبَانَ وَبَارِكْ لَنَا فِى رَمَضَانَ
“Ya Allah berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban, serta berkahilah kami dalam bulan Ramadhan” (HR. Ahmad)
Jika sebuah hadits diketahui dhaif/lemah, tidak boleh diyakini sebagai sabda Rasulullah. Namun, kebolehan berdoa dengan berbagai bahasa apa saja, maka kalimat doa tersebut diperbolehkan juga.
Dan banyak ulama yang membaca doa tersebut. Sebagai permohonan kepada Allah agar diberkahi di bulan Rajab, Sya’ban dan dipertemukan dengan bulan Ramadhan.
3. Rajab adalah Bulan Isra’ Mi’raj
Kendati masih diperselisihkan oleh sejumlah ulama, termasuk Syaikh Shafiyurrahman Al Mubarakfury dalam Ar Rahiqul Makhtum. Namun tanggal 27 Rajab diyakini sebagai tanggal terjadinya Isra’ Mi’raj, terutama oleh para ulama di Indonesia.
Isra’ Mi’raj adalah perjalanan luar biasa yang melalui peristiwa itu Rasulullah mendapatkan perintah shalat lima waktu. Jika perintah yang lain diturunkan kepada Rasulullah melalui malaikat Jibril. Tapi khusus perintah untuk shalat lima waktu ini, Rasulullah ‘dipanggil’ langsung oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Maka sepatutnya, di bulan Rajab ini kita memperbaiki kualitas shalat kita dan setelah itu kita memperbaiki kualitas jiwa dengan puasa wajib di bulan Ramadhan.
Wallahu a’lam bish shawab