Seputar Lailatul Qadar

Keutamaan Lailatur-Qadar
Lailatul-Qadar adalah malam paling mulia sepanjang tahun, berdasarkan firman Allah,
Sesungguhnya, Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam qadar. Dan tahukah kamu apakah malam qadar itu? Malam qadar itu lebih baik daripada seribu bulan.” (Al-Qadr: 1-3)
Maksud pengertian “lebih baik” disini yaitu melakukan amal shalih seperti shalat, zikir, dan membaca Al-Qur’an yang didalamnya ada Lailatul Qadar di bulan ramadhan.
Dibanding amal shalih yang dikerjakan sangat lama seribu bulan, namun tidak memiliki malam Lailatul-Qadar. Sehingga umat muslim berusaha meraihnya dengan iktikaf dan ibadah malam dibulan Ramadhan.
Sunnah Mencari Lailatul-Qadar
Disunahkan mencari Lailatul-Qadar pada malam-malam ganjil dari sepuluh hari terakhir pada bulan Ramadhan. Nabi saw sangat giat mencari malam itu pada sepuluh hari terakhir.
Dan telah disebutkan sebelumnya, apabila datang sepuluh hari terakhir, Nabi menghidupkan malam, membangunkan keluarga dan mengencangkan ikat pinggangnya.
Di Malam ke Berapa?
Ada beberapa pendapat dari para ulama dalam menentukan malam ini :

  • Ada yang mengatakan bahwa malam itu adalah malam kedua puluh satu.
  • Ada yang mengatakan malam kedua puluh tiga.
  • Ada yang berpendapat malam kedua puluh lima.
  • Ada yang berpendapat malam kedua puluh sembilan.
  • Ada yang mengatakan bahwa ia berpindah-pindah pada malam-malam ganjil dari sepuluh hari terakhir.

Akan tetapi, kebanyakan ulama berpendapat bahwa lailatul-qadar adalah malam ke dua puluh tujuh.
Ahmad meriwayatkan dengan sanad yang shahih dari Ibnu Umar ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda,
Barangsiapa mencarinya, hendaklah mencari di malam kedua puluh tujuh.
Dalam hadist Muslim, Ahmad, Abu Dawud, dan Tirmidzi (yang menyatakan keshahihannya) juga meriwayatkan bahwa Ubay bin Ka’ab berkata,
Demi Allah yang tiada tuhan melainkan Dia. Sesungguhnya, ia terjadi di dalam bulan Ramadhan. Ia bersumpah dan menentukan kepastian tanpa mengucapkan, ‘insya Allah.’ Demi Allah, sesungguhnya, aku mengetahui malam apa terjadinya, yaitu malam ketika kita diperintahkan Nabi menghabiskannya untuk qiyamul-lail, yakni malam kedua puluh tujuh. Dan sebagai tandanya adalah pada pagi harinya matahari terbit dengan cahaya putih tidak silau.”
Qiyamul-Lail dan Berdoa di Malam Qadar
Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda,
Barangsiapa yang beribadah pada malam Qadar karena iman dan mengharapkan keridhaan Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang terdahulu.” (H.R. Bukhari dan Muslim)
Aisyah ra. meriwayatkan,
Aku bertanya, ‘Ya Rasulullah, bagaimana pendapatmu seandainya aku tahu malam jatuhnya Lailatul-Qadar itu, apa yang harus aku ucapkan waktu itu?’
Maka Nabi  bersabda, ‘berdoalah,
اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّى
Allahumma innaka ‘afuwwun, tuhibbul ‘afwa fa’fu’anni
“Ya Allah, sesungguhnya, Engkau Maha Pemaaf dan suka memaafkan, maka maafkanlah diriku ini.” (H.R. Ahmad, Ibnu Majah, dan Tirmidzi yang menshahihkannya)
 
Sumber : Kitab Fiqih Sunah Jilid I karya Sayyid Sabiq
Penerbit : Al-I’tishom Cahaya Umat
Ed : M. Asfiroyan

X