Prinsip Islam Moderat : Akhlak yang Mulia

Oleh: Persatuan Ulama Islam Sedunia (Al Ittihad al Alamiy li Ulama al Muslimin)
 
Kita meyakini bahwa Islam sangat memperhatikan masalah akhlak sampai-sampai Allah SWT memuji Rasul-Nya dengan berkata
Engkau betul-betul berada diatas akhlak yang agung” (Q.S. al Qalam : 4)
Bahkan, Rasul menegaskan misinya kepada kita dengan bersabda,
Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia” (H.R. Ahmad dari Abu Hurairah)
Lebih dari itu, Islam menjadikan berbagai kewajiban ibadah yang merupakan rukun Islam memiliki sasaran moral dan akhlak. Ia bertujuan merealisasikan akhlak tersebut dalam kehidupan manusia. Apabila sasaran tersebut tidak tercapai, berarti ibadahnya tidak sempurna dan layak tidak diterima oleh Allah.
Bahkan Islam menjadikan akhlak sebagai wujud konkret dari iman yang benar. Al Qur’an menggambarkan kaum beriman sebagai berikut
Orang-orang yang khusyuk dalam shalatnya; orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna; orang-orang yang menunaikan zakat; orang-orang yang menjaga kemaluannya kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela sementara siapa mencari yang dibalik itu, mereka itulah orang-orang yang melampaui batas; serta orang-orang yang memelihara amanat dan janjinya” (H.R. al Bukhari, al Tirmidzi, dan Abu Dawud dari Abu Hurairah)
Islam mengajarkan berbagai akhlak diatas dalam inti ajaran agamanya yang berupa perintah dan larangan baik yang berasal dari Al Qur’an maupun Sunnah Nabi-Nya. Akhlak-akhlak yang mulia termasuk dalam kewajiban yang Allah perintahkan, sedangkan akhlak yang buruk termasuk kedalam hal yang Allah larang. Sejumlah hadist shahih juga mengaktualisasikan iman dalam keluhuran akhlak
Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya ia menyambungkan tali silaturahim. Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, ia tidak boleh menyakiti tetangganya. Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya ia memuliakan tamunya. Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya ia mengucapkan yang baik-baik atau diam.” (H.R. al Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah ra)
Adil, ihsan, jujur, amanah, menepati janji, mencintai makhluk, sabar saat mendapat ujian dan kesulitan, malu, tawadhu, bangga dengan iman, dermawan, menjaga kehormatan, santun, memberi maaf disaat mampu membalas, menahan emosi, dan berbagai akhlak lain seperti berbakti kepada orang tua, memberi kepada kerabat, berbuat baik kepada tetangga, mengasihi orang miskin, anak yatim, ibnu sabil, dan pembantu, menolong orang yang lemah, membantu orang yang membutuhkan.
Semua akhlak tersebut termasuk yang diperintahkan agama, yang Allah anjurkan kepada kaum beriman, yang dengannya memberikan kabar gembira kepada mereka yang berbuat baik dan bertaqwa. Hal ini sebagaimna disebutkan pada ayat-ayat permulaan dari surat Al Anfal, awal surat al Mukminun, pertengahan surat Al Ra’ad, beberapa ayat terakhir surat al Furqon sebagai potret hamba Allah yang Maha Penyayang, juga pada surat al Dzariyat sebagai potret kaum bertakwa dan berbuat baik, serta dalam surat al Ma’arij dan dalam berbagai surat lainnya.
Adapun kebalikan seperti berbuat aniaya, melampaui batas, berdusta, berkhianat, menipu, menyalahi janji, bertindak kasar, sombong, angkuh, menggunjing, mengadu domba, bersaksi palsu, melakukan kejahatan baik yang tampak maupun yang terselubung, mencandu narkoba, durhaka kepada orang tua, memutuskan silaturahim, menyakiti tetangga, menghardik anak yatim, berbuat kasar kepada orang miskin, tidak saling menasehati dengan kebenaran, kesabaran dan kasih sayang, membiarkan kemungkaran merajalela, mengingkari perbuatan zaiim serta takut menegurnya.
Semua akhlak buruk tersebut dan yang sejenisnya termasuk larangan dan kemungkaran dalam Islam. Bahkan sebagiannya dianggap sebagai dosa besar sebagaimana disebutkan oleh sejumlah nash berikut
Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim dan tidak mengajurkan memberi makan orang miskin” (Q.S. al Maun : 1-3).
“Tidak masuk surga orang yang dalam hatinya terdapat kesombongan seberat biji atom” (H.R. Muslim, al Tirmidzi, dan Ibnu Majah dari Abdullah ibn Mas’ud ra)
Cukuplah seseorang dikatakan jahat ketika ia menghina saudaranya sesama muslim” (H.R. Muslim, Abu Dawud, dan Ibn Majah dari Abu Hurairah ra)
Seorang wanita masuk kedalam neraka karena kucing yang ia tahan sampai mati” (H.R. Bukhari dan Muslim)
Akhlak  Islam mencakup semuanya. Tidak ada satupun yang terpisah dari seluruh aspek kehidupan. Hal ini berbeda dengan filsafat peradaban lain yang memisahkan antara ilmu dan akhlak, antara ekonomi dan akhlak, antara politik dan akhlak, serta antara perang dan akhlak. Sementara Islam mengikat semuanya dengan akhlak.
Mukmin adalah orang yang manusia lainnya merasa aman dengannya terkait dengan darah dan harta mereka” (H.R. Tirmidzi, an Nasai, dan Imam Ahmad dari Abu Hurairah ra).
Islam tidak membenarkan konsep tujuan menghalalkan segala cara. Islam tidak membenarkan penggunaan berbagai sarana yang keluar dari kerangka akhlak untuk mencapai tujuan mulia. Namun tujuan mulia tersebut harus dicapai lewat sarana yang bersih. Mencapai kebenaran dengan cara yang bathil sama sekali tidak bisa dibenarkan. Misalnya membangun masjid dengan uang suap, riba dan penimbunan
Allah Maha Baik hanya menyukai yang baik-baik” (H.R. Muslim dan Tirmidzi dari Abu Hurairah ra)
Referensi: 25 Prinsip Islam Moderat
Penyusun: Al Ittihad al Alamiy li Ulama al Muslimin (Persatuan Ulama Islam Sedunia)
Penerbit: Sharia Consulting Center (Pusat Konsultasi Syariah)

Prinsip Islam Moderat : Ibadah

Oleh: Persatuan Ulama Islam Sedunia (Al Ittihad li Ulama al Muslimin)
 
Kita meyakini bahwa Allah telah menciptakan makhluk yang mukallaf (diberi tugas) untuk beribadah secara benar kepada Allah, sebagai Zat yang telah memberikan karunia. Sehingga menjadi hak Tuhan yang Mahatinggi agar manusia beribadah kepada-Nya sebagai tujuan penciptaan mereka.
Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada Ku “ (Q.S. Adz Dzariyat : 56)
Ibadah memiliki sejumlah tujuan yaitu

  1. Merealisasikan pengabdian antara hamba dengan Tuhannya
  2. Menguatkan kasih sayang antara hamba dan seluruh manusia sampai makhluk yang terkecil sekalipun
  3. Membersihkan jiwa hamba itu sendiri

Diantara ibadah, ada yang bersifat wajib, ada yang bersifat sunnah, ada yang bersifat lahiriah dan ada pula yang bersifat batiniah.
Dan diantara ibadah wajib yang bersifat lahiri adalah ibadah yang menjadi syiar utama Islam dimana ia termasuk rukun Islam dan bangunannya yang besar. Yaitu shalat, zakat, puasa, dan haji ke baitullah. Siapa yang mengingkari kedudukannya yang wajib atau meremehkan kemuliaannya maka ia keluar dari Islam.
Selanjutnya ada ibadah sunah yang menyertai ibadah di atas. Misalnya shalat sunah, sedekah sunah, puasa sunah, dan haji sunah.
Kemudian terdapat sejumlah ibadah tathawwu’ (sunnah) lainnya seperti membaca Al Qur’an, zikir yang berupa tasbih, tahmid, tahlil, takbir, doa, istighfar dan shalawat atas Nabi saw.
Selain itu ada ibadah yang bersifat batini yang memiliki kedudukan tersendiri dalam agama dan posisi khusus di sisi Allah, misalnya

  • Mengikhlaskan niat untukNya
  • Malu kepadaNya
  • Bersyukur atas nikmatNya
  • Sabar dalam menghadapi ujianNya
  • Ridha dengan ketentuanNya
  • Mengharap rahmatNya
  • Menyadari pengawasanNya

Lalu ada sejumlah ibadah yang bukan berupa ritual, dimana sebagian besarnya untuk menguatkan kasih sayang antara hamba dan seluruh manusia, bahkan kepada makhluk lain dan alam yaitu

  • Berbakti kepada orangtua
  • Berbuat baik kepada tetangga
  • Menolong orang yang tidak punya
  • Amar maruf dan nahi mungkar
  • Memuliakan anak yatim
  • Melawan kezaliman dan kerusakan
  • Serta segala kebaikan yang dipersembahkan muslim bagi manusia meski hanya berupa senyum manis, ucapan yang baik, atau menyingkirkan gangguan dari jalan

Semua itu merupakan makna ibadah. Sebab ibadah adalah istilah untuk semua ucapan, perbuatan yang Allah cintai dan Allah ridhai, entah itu perbuatan anggota badan atau perbuatan hati.
Bahkan kesibukan seseorang dalam bekerja mencari nafkah jika niatnya benar, lalu menjaga batasan-batasan yang Allah tentukan serta memperhatikan hak-hak manusia, maka ia termasuk bentuk ibadah yang paling utama.
Termasuk ibadah yang mensucikan hubungan antara hamba dengan syahwat dirinya yaitu ketika seorang muslim memenuhi syahwatnya dengan cara yang halal, hal itu dianggap sebagai salah satu ibadah. Hal ini sebagaimana dalam sebuah hadist
Persetubuhan yang dilakukan oleh salah seorang dari kalian merupakan sedekah. Mereka bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah jika ada diantara kita yang memenuhi syahwatnya hal itu mendatangkan pahala?” Beliau menjawab, “Ya, bukankah jika ia diletakkan pada yang haram akan mendatangkan dosa? Demikian pula ketika diletakkan pada yang halal, hal itu menjadi pahala untuknya.” (HR. Muslim dari Abi Dzar, HR. Abu Dawud dan Ahmad).
Dengan demikian ibadah mencakup seluruh aspek kehidupan dan maliputi seluruh perbuatan manusia baik lahir maupun yang batin. Dengan cara pandang dan niat yang benar, seorang muslim bisa merubah adat dan kebiasaan serta segala hal mubah menjadi ibadah dan taqarrub kepada Tuhan.
Seluruh amal perbuatan tergantung kepada niat. Dan setiap orang mendapatkan apa yang ia niatkan.” (HR. Muttafaq alaih).
Jadi bagi seorang muslim seluruh bumi menjadi mihrab dan masjid. Didalamnya ia beribadah kepada Allah lewat amal dan aktivitas yang ia lakukan.

  • Seorang petani beribadah kepada Allah dengan bercocok tanam secara profesional
  • Seorang pedagang beribadah kepada Allah dengan berbisnis secara profesional
  • Seorang pegawai beribadah kepada Allah dengan melakukan tugas secara profesional
  • Seorang murid beribadah kepada Allah dengan belajar secara sungguh-sungguh

Demikianlah, seluruh manusia beribadah kepada Tuhan dengan mengerjakan apa yang ditugaskan dan diamanahkan kepadanya secara baik. Dengan cara ini kehidupannya menjadi mulia, manusia menjadi bersih, serta umat benar-benar majuselama bersambung kepada Allah. Ketika itulah setan keluar dari sarangnya dalam kondisi kalah.
Referensi: 25 Prinsip Islam Moderat
Penyusun: Al Ittihad al Alamiy li Ulama al Muslimin (Persatuan Ulama Islam Sedunia)
Penerbit: Sharia Consulting Center (Pusat Konsultasi Syariah)

X