Sumayyah binti Khabath : Wanita Muslimah Pertama yang Mati Syahid

Oleh: Lia Nurbaiti
 
Sumayyah binti Khabath adalah seorang hamba Abu Hudzaifah bin Mughirah, seorang tokoh terkemuka di Makkah. Abu Hudzaifah menikahkan Sumayyah dengan Yasir, seorang perantau Yaman yang tinggal di Makkah. Saat Allah mengkaruniakan mereka seorang anak yang diberi nama Ammar bin Yasir, kebahagiaan mereka semakin sempurna ketika Abu Hudzaifah membebaskan Sumayyah dan keluarganya dari statusnya sebagai budak. Namun,tidak lama setelah itu Abu Hudzaifah meninggal dunia. Tidak lama berselang dari itu, mereka bertiga Sumayyah, Yasir dan Ammar bin Yasir menjadi keluarga yang bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Rasulullah adalah utusan Allah.
Keislaman keluarga Sumayyah terdengar sampai kepada para pembesar Makkah. Saat kaum Quraisy mengetahui Sumayyah sudah memeluk Islam, mereka menyerbu rumahnya. Mereka sekeluarga ditangkap dan dibawa ke depan khalayak untuk disiksa. Sumayyah tidak gentar dengan perlakuan kaum musyrikin Quraisy yang menyiksa dan membunuh siapapun yang diketahui telah memeluk Islam.
“Mereka sudah menyambut ajaran Muhammad walaupun mereka berada ditengah perlindungan pihak Quraisy. Kamu akan menerima balasan karena ingkar terhadap kami,” kata Abu Jahal kepada pengikutnya sambil menarik keluarga Yasir yang terikat ke kawasan padang pasir di luar kota Mekah.
“Kali ini saya tidak akan bebaskan mereka bertiga sehingga mereka mengaku berhala-berhala kita sebagai Tuhan mereka,” tegas Abu Jahal yang mengarahkan tombaknya ke arah keluarga Yasir yang diseret secara kasar oleh pengikutnya.
Mereka berhenti di kawasan yang dipenuhi bongkah batu besar. Yasir, Amar dan Sumayyah ditanggalkan pakaian mereka lalu diikat pada bongkah batu yang panas yang terpapar matahari padang pasir. Kaki dan tangan mereka diikat sangat ketat sehingga tidak dapat bergerak. Abu Jahal, si pembesar Quraisy dan pengikut setianya tertawa melihat penderitaan keluarga itu.
Disana kondisinya sangat terik bahkan mereka dipakaikan pakaian besi sehingga panasnya matahari semakin membuat keluarga Yasir tersiksa. Kaum Quraisy benar-benar kejam memperlakukan keluarga Yasir yang tetap teguh pada keimanannya kepada Allah SWT. Sekalipun mereka telah kepayahan menahan sakit dan panasnya matahari serta menahan rasa haus yang teramat sangat, karena mereka sama sekali tidak diberikan minum.
Sumayyah, Yasir dan Ammar hanya bisa bersabar dan menyerahkan segalanya kepada Allah SWT. Pada suatu hari, Rasullullah saw lewat dan melihat penyiksaan yang dialami Sumayyah, Yasir dan Ammar. Lalu beliau bersabda “Berbahagialah wahai keluarga Ammar karena sesungguhnya kalian telah dijanjikan masuk surga.”(diriwayatkan oleh Ibnu Sa’ad dalam kitab Ath-Thabaqaat, vol.3 hlm.188.)
Siksaan demi siksaan terus dilakukan oleh kaum Quraisy yang dipimpin oleh Abu Jahal.
“Kamu akan disiksa dengan lebih buruk seandainya kamu tidak mau meninggalkan agama yang dibawa oleh Muhammad. Kamu akan dibebaskan jika kamu mengakui berhala-berhala ini sebagai Tuhan dan mereka lebih baik dari Tuhan yang dibawa Muhammad,” kata Abu Jahal sembari mengambil cambuk untuk menakut-nakuti Yasir, Sumayyah dan Ammar.
“Kami tidak akan mengakui berhala-berhala itu sebagai Tuhan kami. Hanya Allah Tuhan kami,” balas Yasir dengan tenang.
“Saya beriman dengan Allah saja,” tambah Sumayyah pula.
“Ini balasan kepada kamu karena enggan menerima berhala-berhala ini sebagai Tuhan kamu,” Abu Jahal dan pengikutnya mulai menyambuk tubuh Yasir, Sumayyah dan Ammar dengan kejam. Hingga darah mengalir dari tubuh mereka yang terikat pada bongkah batu yang panas.
“Kita lihat berapa lama kamu mampu menahan siksa di tengah-tengah panas matahari ini,” sindir Abu Jahal sambil memandang wajah Yasir dan Sumayyah dengan bengis.
“Tiada tuhan melainkan Allah,” kata Yasir, Sumayyah dan Ammar merintih dalam kesakitan.
“Letakkan batu besar keatas badan Yasir,” ujar Abu Jahal lagi karena geram mendengar kata-kata Yasir sekeluarga.
Siksaan demi siksaan atas Yasir menyebabkan fisiknya menjadi lemah karena usianya yang sudah lanjut. Akhirnya, Yasir menghembuskan nafasnya yang terakhir dengan menyebut nama Allah tanpa menerima agama berhala Abu Jahal.
Walaupun hati Sumayyah hancur melihat suaminya mati akibat siksaan Abu Jahal yang kejam, dia gembira karena suaminya mati dalam menegakkan agama Allah.
“Apakah kamu mau mati seperti suamimu? Lebih baik kamu terima tawaran ini sebelum ajal kamu tiba!”
Lalu Sumayyah menjawab, “Jangan kamu berharap saya akan menurut kata-kata kamu itu. Tiada Tuhan melainkan Allah”. Hati Sumayyah keras seperti batu teguh pada keimanannya pada Allah Ta’ala.
“Kamu sudah semakin bodoh dan melawan saya!”kata Abu Jahal seraya mengambil tombak dari tangan budaknya lalu dihujamkan kebagian bawah tubuh Sumayyah (kemaluannya).
“Allahu Akbar”. Begitulah kata terakhir Sumayyah sebelum menghembuskan nafasnya akibat tikaman tombak Abu Jahal yang tembus kebagian atas tubuhnya.
Peristiwa pembunuhan itu terjadi pada tahun 7 Hijriah. Ia telah syahid dengan mulia demi mempertahankan keimanannya terhadap Allah SWT, syahidah pertama yang teguh dan sabar dalam menjalani ujian keimanan dan ketaqwaannya terhadap Allah SWT ialah Ummu Ammar, Sumayyah.
Sesungguhnya Allah berfirman dalam (Surat Al – Anfalayat : 46 ) yaitu :
“…Dan bersabarlah kamu, karena sesungguhnya Allah itu beserta orang-orang yang sabar.”
Allah juga menjanjikan balasan yang terbaik bagi orang – orang yang besabar. Allah mengatakan dalam al-Qur’an (QS: Ar-Ra’d ayat 23 – 24)
(yaitu) surga `Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang saleh dari bapak-bapaknya, isteri- isterinya dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu; (sambil mengucapkan): “Salamun `alaikum bimashabartum” (keselamatan bagi kalian, atas kesabaran yang kalian lakukan). Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu.
Semoga Allah meridhai Sumayyah ra. dan menjadikannya ridha, serta menjadikan surga Firdaus sebagai tempat persinggahan terakhirnya.
Sumber : 35 Shirah Shahabiyah, Mahmud Al Mishri
ed : danw

X