by Danu Wijaya danuw | Dec 30, 2017 | Artikel, Berita, Nasional
JAKARTA — Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyebutkan, adanya potensi penularan penyakit difteri melalui terompet. Sebab, penyakit difteri dapat ditularkan melalui percikan ludah, bahkan hembusan nafas.
Direktur Surveilans dan Karantina Kesehatan, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Elizabeth Jane Soepradi mengatakan, percikan ludah tersebut bisa keluar ketika seseorang meniupkan terompet. Dan orang tersebut pun, tidak bisa dipastikan bebas dari penyakit difteri.
“Terompet tentu bisa (menularkan difteri). Karena penularan difteri itu umumnya melalui percikan ludah, juga udara. Karena difteri itu menyerang selaput lendir pada hidung sampai tenggorokan,” kata Jane kepada Republika.co.id, Kamis (28/12).
Untuk itu, dia mengimbau masyarakat lebih berhati-hati terhadap potensi penularan penyakit difteri tersebut.
Dia juga meminta, pemerintah dan semua pihak bersikap proaktif, menyosialisasikan pencegahan difteri kepada semua masyarakat.
“Terompet itu kan tiupannya keras, jadi ya masyarakat harus hati-hati. Nanti ada yang menderita difteri lalu percikan ludahnya nyemprot-nyemprot,” tegas dia.
Saat ini, dia melihat adanya peningkatan kesadaran dari masyarakat terkait penyakit difteri. Hal itu terjadi karena gencarnya sosialisasi dan imbauan Kemenkes melalui media sosial dan media mainstream.
Namun sayangnya, kesadaran tersebut didominasi oleh masyarakat menengah ke atas. Masyarakat di pedesaan atau menengah ke bawah, tingkat kesadaran dan pengetahuan tentang difteri masih sangat minim.
Karena itu, dia mendorong agar semua pihak terus proaktif, dengan mengecek dan mensosialisasikan kepada masyarakat di daerah secara langsung. Dengan begitu, mereka bisa lebih berhati-hati.
Kementerian Kesehatan bahkan sudah menetapkan status kejadian luar biasa (KLB) karena penyakit mematikan yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium Diptheriae ini telah memakan puluhan korban jiwa setidaknya di 20 provinsi termasuk DKI Jakarta.
Secara keseluruhan terdapat 622 kasus, 32 diantaranya meninggal dunia.
Difteri menimbulkan gejala dan tanda berupa demam yang tidak begitu tinggi, 38ºC, munculnya pseudomembran atau selaput di tenggorokan yang berwarna putih keabu-abuan yang mudah berdarah jika dilepaskan.
Sakit waktu menelan, kadang-kadang disertai pembesaran kelenjar getah bening leher dan pembengakan jaringan lunak leher yang disebut bullneck. Adakalanya disertai sesak napas dan suara mengorok.
Sumber : Republika/Tribunnews
by Danu Wijaya danuw | Dec 23, 2016 | Artikel, Dakwah
Dalam al-Quran, Allah menyebut sangkakala dengan as-Shur (الصُّورُ) berarti tanduk. Sedangkan menurut istilah syariat, yang dimaksud as-Shur adalah sangkakala yang sangat besar yang akan ditiup malaikat yang bertugas untuk meniupnya. (Syarh Lum’atul I’tiqad, Imam Ibnu Utsaimin, hlm. 114)
Ada beberapa dalil yang menunjukkan bahwa sangkakala yang ditiupkan bentuknya seperti terompet. Diantaranya,
Hadis dari Abdullah bin Amr Radhiyallahu ‘anhu, beliau menceritakan,
قَالَ أَعْرَابِيٌّ: يَا رَسُولَ اللهِ، مَا الصُّورُ؟ قَالَ: قَرْنٌ يُنْفَخُ فِيهِ
Ada orang arab badui bertanya, “Ya Rasulullah, apa itu as-Shur (sangkakala)?” Beliau menjawab, “Tanduk yang akan ditiup.” (HR. Ahmad 6507, Abu Daud 4744, dan dishahihkan Syuaib al-Arnauth).
Juga disebutkan dalam hadis Abu Said al-Khudri Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
كَيْفَ أَنْعَمُ وَصَاحِبُ الْقَرْنِ قَدِ الْتَقَمَ الْقَرْنَ وَاسْتَمَعَ الْإِذْنَ مَتَى يُؤْمَرُ بِالنَّفْخِ فَيَنْفُخُ
“Bagaimana aku akan senang hidup di dunia, sementara pemegang sangkakala telah memasukkan ke mulutnya. Dia memasang pendengaran menunggu diizinkan (meniupnya). Kapanpun dia diperintah meniupnya, dia akan meniupnya.” (HR. Tirmidzi 2628, dan dishahihkan al-Albani)
Hanya Ditiupkan di Hari Kiamat
Terdapat banyak dalil dari al-Quran yang menunjukkan bahwa sangkakala akan ditiup pada awal terjadinya hari kiamat. Diantaranya firman Allah,
وَنُفِخَ فِي الصُّورِ فَصَعِقَ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ إِلَّا مَنْ شَاءَ اللَّهُ ثُمَّ نُفِخَ فِيهِ أُخْرَى فَإِذَا هُمْ قِيَامٌ يَنْظُرُونَ
“Ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (hisab). (QS. az-Zumar: 68).
Demikian pula firman Allah,
وَنُفِخَ فِي الصُّورِ فَإِذَا هُمْ مِنَ الْأَجْدَاثِ إِلَى رَبِّهِمْ يَنْسِلُونَ
“Dan ditiuplah sangkakala, maka tiba-tiba mereka ke luar dengan segera dari kuburnya (menuju) kepada Rabb mereka.” (QS. Yasin: 51)
Dalam hadis yang panjang, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan,
ثُمَّ يُنْفَخُ فِي الصُّورِ فَلَا يَسْمَعُهُ أَحَدٌ إِلَّا أَصْغَى لِيتًا وَرَفَعَ لِيتًا ثُمَّ لَا يَبْقَى أَحَدٌ إِلَّا صَعِقَ ثُمَّ يُنْزِلُ اللهُ مَطَرًا كَأَنَّهُ الطَّلُّ أَوْ الظِّلُّ -شَكَّ الراوي- فَتَنْبُتُ مِنْهُ أَجْسَادُ النَّاسِ ثُمَّ يُنْفَخُ فِيهِ أُخْرَى فَإِذَا هُمْ قِيَامٌ يَنْظُرُونَ
“Kemudian ditiuplah sangkakala, tidak ada seorangpun yang mendengarnya kecuali akan mengarahkan pendengarannya dan menjulurkan lehernya (memerhatikannya). Lalu, tidak tersisa seorangpun kecuali dia mati. Kemudian Allah menurunkan hujan seperti gerimis. Kemudian tumbuhlah jasad-jasad manusia setelah disirami. Lalu ditiuplah sangkakala untuk kali berikutnya, tiba-tiba mereka bangkit dari kuburnya dalam keadaan menanti (hisab).” (HR. Ahmad 6712 dan Muslim 7568).
Kita bisa perhatikan beberapa dalil di atas, bahwa yang terjadi ketika sangkakala itu ditiup ada dua,
Pertama, semua makhluk di langit dan di bumi akan mati kecuali yang dikehendaki Allah.
Kedua, terjadi kebangkitan dari alam kubur setelah mereka dihancurkan. Ini terjadi setelah tiupan kedua.
Hingga kini, malaikat petugas meniup sangkakala sedang menunggu perintah Allah. Dia selalu siaga kapan saja dia diperintahkan untuk meniup sangkakala.
Berapa kali sangkakala ditiup?
Ulama berbeda pendapat tentang berapa kali sangkakala ditiupkan
Pendapat pertama, sangkakala ditiupkan 3 kali
1. Tiupan faza’ (tiupan yang membuat seisi alam kaget dan terkejut)
Allah berfirman,
وَيَوْمَ يُنْفَخُ فِي الصُّورِ فَفَزِعَ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ إِلَّا مَنْ شَاءَ اللَّهُ وَكُلٌّ أَتَوْهُ دَاخِرِينَ
“Dan (ingatlah) hari ketika ditiup sangkakala, terkejutlah segala yang di langit dan segala yang di bumi, kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Dan semua mereka datang menghadap-Nya dengan merendahkan diri.” (An-Naml: 87).
2. Tiupan ash-Sha’q (tiupan mematikan dan membinasakan)
Allah berfirman,
وَنُفِخَ فِي الصُّورِ فَصَعِقَ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ إِلَّا مَنْ شَاءَ اللَّهُ
“Ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah.” (QS. az-Zumar: 68).
3. Tiupan al-Ba’ats (tiupan kebangkitan)
Allah berfirman,
ثُمَّ نُفِخَ فِيهِ أُخْرَى فَإِذَا هُمْ قِيَامٌ يَنْظُرُونَ
“Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (hisab).” (QS. az-Zumar: 68).
Pendapat ini didukung hadis dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu. Dalam hadis itu dinyatakan,
يَنْفُخُ فِيهِ ثَلَاثُ نَفَخَاتٍ، النَّفْخَةُ الْأُوْلَى نَفَخْةُ الْفَزَعِ، وَالثَّانِيَةُ نَفْخَةُ الصَّعْقِ، وَالثَّالِثَةُ نَفْخَةُ الْقِيَامِ لِرَبِّ الْعَالَمِينَ
“Malaikat itu meniup sangkakala tiga tiupan. Tiupan yang pertama mengejutkan. Tiupan kedua mematikan, dan tiupan ketiga membangkitan (makhluk) menghadap Rabbul ‘alamin.”
Hadis ini sangat panjang, diriwayatkan oleh at-Thabrani dalam al-Ahadits at-Thiwal, dan dinilai dhaif oleh sebagian ulama, karena di sana ada perawi Ismail bin Rafi’ al-Madani yang dinilai dhaif oleh ad-Daruquthni. Hingga al-Hafidz Ibnu Katsir mengatakan tentang status hadis ini, “Gharib jiddan” (sangat asing). (Tafsir Ibn Katsir, 3/287).
Mengingat hadis ini dhaif, maka tidak dijadikan dalil.
Pendapat Kedua, Sangkakala Ditiupkan 2 Kali
Dua tiupan itu:
1. Tiupan al-Faza’ (kaget) sekaligus tiupan ash-Sha’q (mati)
Menurut al-Qurthubi, antara peristiwa al-Faza’ (kaget) dengan as-Sha’q (mati) berlangsung secara bersambung. Tidak ada jeda di sana. Sehingga ketika sangkakala ditiupkan, mereka kaget dan langsung binasa. kecuali siapa yang dikehendaki Allah.
2. Tiupan al-Ba’ats
Kebangkitan terjadi setelah tiupan kedua.
Dan pendapat kedua ini yang lebih kuat. Sehingga kata faza’ (kaget) yang disebutkan di surat an-Naml dan kata as-Sha’q (mati) yang disebutkan di surat az-Zumar adalah sama. Tiupan pertama, yang mengagetkan dan menyebabkan semuanya mati.
Karena itu, Allah menyebut tiupan itu terjadi sekali. Lalu diikuti dengan kehancuran alam semesta.
فَإِذَا نُفِخَ فِي الصُّورِ نَفْخَةٌ وَاحِدَةٌ .وَحُمِلَتِ الْأَرْضُ وَالْجِبَالُ فَدُكَّتَا دَكَّةً وَاحِدَةً
“Apabila sangkakala ditiup sekali tiup, dan diangkatlah bumi dan gunung-gunung, lalu dibenturkan keduanya sekali bentur.” (QS. al-Haqqah: 13 – 14)
Al-Qurthubi mengatakan,
والصحيح أن النفخ في الصور أنهما نفختان لا ثلاث، وأن نفخة الفزع إنما تكون راجعة إلى نفخة الصعق لأن الأمرين لا زمان لهما أي فزعوا فزعا فماتوا منه
“Yang benar, tiupan sangkakala terjadi dua kali, bukan tiga kali. Dan tiupan al-Faza’ (kaget) diikuti dengan as-Sha’aq (kematian). Karena kedua tiupan itu tidak ada waktu jedanya. Artinya, mereka kaget langsung mati.” (Tafsir al-Qurthubi, 13/240)
Semua Terjadi di Hari Kiamat
Ditegaskan sekali lagi, bahwa semua tiupan ini terjadi di akhir zaman. Baik pendapat yang mengatakan 3 kali tiupan atau pendapat dua kali tiupan, semua terjadi di akhir zaman. Karena itu menjadi batas terakhir kehidupan dunia.
Allahu a’lam.
Disadur dari : Ustad Ammi Nur Baits, Konsultasisyariah
Sudahkah anda bersedekah hari ini? Bisa disalurkan ke rek BSM 703.742.7734 an. Yayasan Telaga Insan Beriman