Benarkah Silaturahim Memanjangkan Umur?

Oleh: Adi Setiawan, Lc., MEI
 
Panjang umur adalah impian mayoritas orang. Dengan berumur panjang, lebih banyak kebaikan yang bisa dilakukan. Dan ternyata banyak faktor yang membuat seseorang bisa berumur panjang.
Dari Anas bin Malik Ra: Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa yang ingin murah rezekinya atau panjang umurnya, maka bersilaturrahimlah”. (HR. Bukhari Muslim).
Dari Salman Ra: Rasulullah SAW bersabda: “Tidak ada yang bisa menolak qada’ (ketentuan Allah SWT) kecuali doa, dan tidak ada yang bisa menambah umur kecuali al-birr (melakukan kebaikan)”. (HR. Tirmidzi).
Setiap kejadian itu termasuk berumur panjang memiliki berbagai faktor yang disebut dengan asbab maaddiah (faktor materi) dan asbab ma’nawiyah (faktor non-materi). Seseorang bisa saja meninggal disebabkan karena terjatuh dari tempat yang tinggi, atau akibat luka saat perang, memang sakit parah, atau juga karena tertusuk besi yang tidak terduga. Seseorang sembuh karena saat sakit ia teratur meminum obat. Ada juga orang yang hampir tidak pernah sakit, ternyata ia selalu menghindari tempat yang kotor. Semuanya ini merupakan asbab maaddiah (faktor materi) yang secara langsung menjadi penyebab dari kejadian-kejadian di atas.
Begitu pula ketika seseorang terus berdoa agar dianugerahi umur yang panjang lagi berkah. Saat dia butuh uang kemudian memperbanyak silaturrahim dengan saudara, kerabat dan tetangganya. Terus birrul walidain (taat dengan apapun keputusan orang tuanya) karena yakin ada kebaikan di baliknya. Atau  terus-menerus melakukan amal shaleh lainnya. Semuanya tergolong sebagai asbab ma’nawiyah (faktor non-materi) yang dengan secara tidak langsung menjadi jalan keluar dari setiap masalahnya.
Jangan heran karena melakukan tindakan diatas umur seseorang jadi bertambah, dan sebaliknya orang yang tidak melakukannya umurnya terbatas, tidak bertambah dan cenderung berkurang. Dan setiap faktor tersebut pada hakikatnya telah termaktub sebagai keputusan dan takdir Allah SWT. Walaupun manusia tidak melakukannya, tetap saja akan terjadi. Karena sesungguhnya, “Rufi’at al-aqlam wa jaffat biha ash-shuhuf” (Pena takdir telah diangkat dan lembaran-lembaranya pun telah kering). Yang artinya semua takdir Allah SWT untuk hamba-Nya adalah bersifat tetap. Dan inilah makna dari ayat Allah SWT:
وَمَا يُعَمَّرُ مِن مُّعَمَّرٍ وَلَا يُنقَصُ مِنْ عُمُرِهِۦٓ إِلَّا فِى كِتَٰبٍ إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى ٱللَّهِ يَسِيرٌ
Dan sekali-kali tidak dipanjangkan umur seorang yang berumur panjang dan tidak pula dikurangi umurnya, melainkan (sudah ditetapkan) dalam Kitab (Lauh Mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu bagi Allah adalah mudah.” (QS. Faathir: 11).
Ibnu Abbas menafsirkan ayat ini bahwa tidaklah seseorang  ditakdirkan berumur panjang kecuali ia akan sampai juga pada jatah umurnya tersebut. Hal itu telah ditetapkan dan hanya akan berakhir sesuai dengan ketetapan itu. Tidak akan ada tambahan lagi. Begitu juga dengan orang yang ditakdirkan berumur pendek ia akan sampai pada jatah umurnya. Dan umurnya hanya akan berakhir sesuai dengan ketetapan itu. Intinya, semua itu sesuai dengan ketetapan Allah SWT.
Imam Baihaqi menyebutkan dalam kitabnya al-Qada’ wal-Qadar, makna ayat ini adalah bahwasaannya Allah SWT telah menetapkan apa yang akan menimpa hamba-Nya dari berbagai macam bala’, ujian hidup, kematian dan sebagainya. Kemudian jika dia berdoa kepada Allah SWT atau mentaati perintah-Nya untuk bersilaturrahim dan lainnya, maka Allah tidak akan menimpakan bala’ tersebut. Justru Allah SWT akan memberinya rezeki dan memperpanjang umurnya. Dan semuanya ini telah Allah SWT tetapkan.
Sebagaimana keyakinan kita setiap faktor materi telah termaktub di lauhil mahfudz. Lebih-lebih faktor non materi yang tidak tertangkap oleh indera penting diimani dan diyakini juga telah termaktub di lauhil mahfudz. Sehingga jika berbagai faktor ini dilakukan, maka dengan seizin Allah SWT keinginan panjang umur akan didapat.
Waallahu A’lam.

X