Menangis merupakan karunia dari Allah SWT, ia menjadi indikator hati yang sehat dan jernih. Ibnu Abbas berkata saya pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Ada dua mata yang tidak disentuh api neraka yaitu, mata yang menangis karena takut kepada Allah dan mata yang semalaman berjaga di jalan Allah“ (HR. Tirmidzi).
Bahkan kita harus menghawatirkan diri kita yang tidak mampu menangis terlebih karena dosa-dosa kita dan jauhnya kita dari Allah SWT. Hal ini menunjukkan kerasnya hati. “Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya untuk mengingat Allah.” (QS. Az Zumar : 22).
Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk (menerima) agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang membatu hatinya)? Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya untuk mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata.
Beriman, menangis menjadi kebiasaan, sebagai pengaruh dari penghambaan yang tinggi kepada Rabbul ‘Izzati yang memiliki keagungan tiada batasnya. Sensitivitas hatinya sangat tajam. Ia mudah tersentuh manakala diingatkan dengan akhirat. Terlebih bagi para sahabat Al-Qur’an yang mendapatkan sentuhan langsung dari Allah SWT melalui kalam-kalam-Nya yang suci nan agung.
Mereka itu adalah orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, yaitu para nabi dari keturunan Adam, dan dari orang-orang yang Kami angkat bersama Nuh, dan dari keturunan Ibrahim dan Israil, dan dari orang-orang yang telah Kami beri petunjuk dan telah Kami pilih. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah Yang Maha Pemurah kepada mereka, maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis.” (QS. Maryam: 58).
Al-Qur’an adalah kitab yang dahsyat yang mampu menggetarkan hati orang yang membaca atau mendengarkan ayat-ayatnya. Pemuka-pemuka kaum Quraisy pernah meminta para jamah haji yang datang ke Makkah agar menutup kupingnya dengan kapas, karena khawatir akan terpengaruh oleh bacaan Al Qur’an yang dibaca oleh pengikut Nabi Muhammad saw.
Bacaan Al-Qur’an sangat berbekas di dalam hati orang yang beriman. Ketika membaca atau mendengarkan Al-Qur’an diantara mereka ada yang menangis dan menyungkur sujud dengan dahinya sebagaimana disebutkan dalam surat Maryam ayat 58 diatas.
Mari kita bercermin pada para pendahulu kita. Bagaimana tetesan air suci yang keluar dari kedua mata para sahabat Al-Qur’an disebabkan kecintaan mereka pada kalamullah (ayat-ayat Al-Qur’an) yang mereka baca dan mendengarnya.
Abdullah bin Mas’ud mengisahkan Rasulullah saw berkata kepadaku “Bacalah Al-Qur’an dihadapanku”. Aku berkata, “Aku membaca atasmu? Dan atasmulah Al-Qur’an itu turun”. Rasulullah berkata “Sesungguhnya aku lebih suka mendengarkannya daripada selainku”. Kemudian aku membaca surat An Nisa hingga sampai ayat 41
Maka bagaimanakah (halnya orang kafir nanti), apabila Kami mendatangkan seseorang saksi (Rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (sebagai umatmu)” (QS. An Nisa : 41).
Kemudian beliau berkata “Tahan bacaanmu”. Tiba-tiba kedua mata beliau meneteskan air mata. Beliau mengulangi perkataannya: ”Tahan bacaanmu”. Kemudian aku angkat kepalaku, dan aku lihat air mata Rasulullah mengalir. *bersambung