Kita perhatikan pula para sahabat Rasulullah SAW mereka sangat memahami ajaran Al-Qur’an yang disampaikan oleh guru mereka yang tidak lain adalah Rasulullah SAW sendiri. Mereka sangat menghayati Al-Qur’an.
Diriwayatkan Abdullah bin Syadad berkata, ”Saya mendengar suara tangis Umar ra sedang saya di barisan akhir pada shalat subuh, dia membaca surat Yusuf hingga pada ayat 86“.
Yakub menjawab: “Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku, dan aku mengetahui dari Allah apa yang kamu tiada mengetahuinya.” (QS. Yusuf : 86).
Hisyam bin al Hasan berkata “Umar bin Khatab membaca Qur’an, tenggorokannya hampir tercekik hingga ia menangis sampai terjatuh. Lalu ia kembali ke rumahnya dan orang banyak menyangka ia demam.”
Begitu juga Abu Bakar, ketika Rasululah SAW sakit pada akhir hayatnya, beliau meminta Abu Bakar ra. menggantikannya menjadi imam. Aisyah mengingatkan, ”Wahai Rasululah, Abu Bakar itu laki-laki yang lemah. Jika ia membaca Al-Qur’an ia tidak bisa menahan tangisnya.
Dalam riwayat lain dikatakan “Abu Bakar jika berdiri menggantikanmu di depan orang-orang, tidak terdengar bacaannya oleh orang yang dibelakang karena tangisannya”
Lain lagi dengan Abdurrahman bin Auf. Syu’bah bin Sya’ad bercerita, satu ketika makan malam sudah dihidangkan dihadapan Abdurahman bin Auf, setelah siang harinya ia berpuasa. Ia membaca surat al Muzzamil hingga sampai ayat 12-13.
Karena sesungguhnya pada sisi Kami ada belenggu-belenggu yang berat dan neraka yang bernyala-nyala. Dan makanan yang menyumbat di kerongkongan dan azab yang pedih ” (Q.S. Al-Muzzamil : 12-13).
Abdurahman bin Auf menangis, dan terus menangis hingga ia tidak jadi makan malam. Begitu dalamnya penghayatan mereka sehingga mampu membuat mereka melupakan kesenangan dunia dan hati mereka terfokus pada akhirat.
Kebiasaan ini pun terwarisi oleh generasi sholeh setelahnya, kita ambil contoh seperti yang disebutkan Yasir bin Dzaluq berkata, “Aku bermalam di rumah Al Rabi’ bin Khait sampai dan suatu malam, kemudian Ar Rabi’ melaksanakan shalat dan membaca surat al Jatsiah ayat 21
Apakah orang-orang yang membuat kejahatan itu menyangka bahwa Kami akan menjadikan mereka seperti orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh, yaitu sama antara kehidupan dan kematian mereka? Amat buruklah apa yang mereka sangka itu.” (QS. Al-Jatsiah : 21).
Kemudian ia tidak tidur semalam penuh hingga subuh dalam keadaan menangis. Al Imam An-Nawawi berkata dalam kitabnya memberikan dorongan “Menangis disunahkan ketika membaca Qur’an. Dan itu adalah sifat orang-orang arif dalam syiar bagi hamba-hamba Allah yang saleh”
Demikianlah sekelumit kisah dari para sahabat Al-Qur’an yang bisa kita baca semoga bisa menjadi inspirasi bagi kita semua untuk meningkatkan interaksi dengan Al-Qur’an, bukan sekedar membacanya tapi meningkat pada level penghayatan ayat-ayat Al-Qur’an.
Kemudian tanyakan kepada hati kita apakah masih sulit untuk menangis ketika membaca atau mendengar kalam-Nya yang begitu mempesona? Kalau masih sulit, menangislah karena kerasnya hati yang sulit memahami dan merenungi Al-Qur’an yang mulia.
Sekiranya manusia mau memperhatikan Al-Qur’an dan merenungkannya, niscaya hatinya akan lembut dan khusyu’. Inilah kalamullah, yang mampu menghancurkan gunung yang kokoh, karena takut dan tunduk kepada Allah SWT.
لَوْ أَنْزَلْنَا هَٰذَا الْقُرْآنَ عَلَىٰ جَبَلٍ لَرَأَيْتَهُ خَاشِعًا مُتَصَدِّعًا مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ
Seandainya Al-Qur’an ini Kami turunkan kepada gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Allah”. (QS. Al-Hasyr: 21).