Umat Islam di Indonesia diimbau untuk semakin menguatkan kesabaran dalam menghadapi berbagai serangan, fitnah, intimidasi, adu domba, dan tindakan tidak adil.
Termasuk, dalam menghadapi himpitan ekonomi akibat ketidakadilan ekonomi yang terus meluas dan mencengkram.
“Butuh kesabaran yang tinggi, yaitu kesabaran profetik. Yang tak hanya menahan diri atau tabah menghadapi sesuatu yang sulit, dan berat, tapi juga mampu menguatkan komitmen bersama agar bertindak taktis dalam jangka pendek dan strategis dalam jangka panjang,” ujar Ketua Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah Jawa Barat, Iu Rusliana usai acara Diskusi Kebangsaan Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah Jawa Barat, Minggu (7/5).
Kesabaran tersebut, lanjut Iu Rusliana, tidak hanya bersifat fisik, tapi juga mental. Bagaimana agar umat Islam mampu menahan segala bentuk yang menimbulkan kejelekkan, misalnya amarah. Lalu mengubahnya menjadi kekuatan dahsyat yang produktif.
“Dalam surah Al-Anfal ayat 65, dikatakan bahwa pengaruh kesabaran itu sangat besar bagi jiwa sehingga dapat memberikan kekuatan yang berlipat ganda. Bahkan dalam surah An-Nahl ayat 126, Allah Swt memuji orang yang bersabar, tidak membalas perbuatan buruk yang dilakukan orang lain,” jelas dosen UIN Sunan Gunung Djati Bandung tersebut.
Surah Thaha ayat 130, mengajarkan pula tentang perlunya bersabar menghadapi ejekan dan fitnah dari orang kafir. Sabar juga diarahkan untuk segala kegiatan ibadah, menghadapi musibah, menunggu ketetapan Allah swt dan bersabar untuk memperoleh kebutuhan.
“Dalam situasi seperti ini, seluruh ulama, tokoh masyarakat, masing-masing dari kita, harus menguatkan komitmen memelihara kesabaran umat, agar tidak mudah terprovokasi, tidak mudah diadudomba, karena itu lah yang diingankan oleh musuh Islam,” jelasnya.
Ujian kesabaran lain yang tak kalah pentingnya, lanjut Iu Rusliana, adalah beratnya himpitan ekonomi. Harga-harga naik, tarif dasar listrik juga naik, bahkan naiknya tanpa kabar berita yang terbuka.
“Umat Islam di Indonesia ini paling banyak yang miskin, dengan kebijakan-kebijakan yang merepotkan rakyat, dilakukan pemerintah, merekalah yang merasakan susahnya kehidupan,” tegasnya.
Lebih lanjut Iu Rusliana mendesak semua elemen umat Islam untuk menguatkan komitmen, duduk bersama, saling menerima dan mengalah untuk kesatuan umat. Hal ini merupakan langkah taktis menyatukan kekuatan yang selama ini terceraiberai.
“Kami kaum muda memohon kepada seluruh pimpinan Ormas Islam, orang tua kami, segera duduk bersama, bangun komitmen langkah taktis. Jangan terus menerus bawa label organisasi, utamakan kepentingan umat secara keseluruhan. Jangan hanya mengurusi kepentingan politik dan perut organisasi masing-masing, bersatulah,” pinta Iu Rusliana.
Bila hal ini dapat dilakukan, Iu Rusliana percaya, bahwa langkah taktis politis umat akan menguatkan dan memenangkan kepentingan politik umat Islam Indonesia.
“Saat ini kita merasakan, betapa setiap hari kita dihujani dengan berbagai berita, tudingan, wacana yang menyudutkan umat Islam. Ayo sudahi ini semua dengan memenangkan pertarungan politik 2018 dan 2019 nanti,” pintanya.
Secara strategis, jangka panjang penguatan dakwah ekonomi dan pendidikan harus menjadi fokus bersama seluruh kekuatan umat Islam. Sinergi antar ormas perlu dilakukan, membuka peta dakwah, tidak bersaing di antara umat Islam menjadi penting, sehingga tak ada ruang di daerah manapun, lembaga-lembaga milik umat kalah bersaing.
“Rumah sakit Islam milik ormas tertentu tak harus bersaing dengan ormas Islam lainnya, atau lembaga pendidikan dan ekonominya. Jadi ini pekerjaan panjang, dimulai dengan sinergi dan upaya saling mengalah, meninggalkan ego masing-masing,” tegasnya.
Sumber : Rmol/ian