0878 8077 4762 [email protected]

Sabar dan Syukur

Kata ulama, sabar ada di tiga hal yaitu sabar dalam menaati perintah Allah, sabar dalam menjauhi larangan Allah, dan sabar ketika menerima musibah.
Sabar dalam taat sebab terkadang ibadah terasa berat, keshalihan terasa menyesakkan ditengah kesibukan. Sabar dalam jauhi maksiat sebab ia terlihat asyik, kedurhakaan cantik/tampan untuk dekati zina. Tetapi syukurlah, iman itu rasa malu pada-Nya. Sabar dalam menghadapi musibah sebab ia niscaya iman didada, syukurlah dosa gugur dan setelah kesulitan ada kemudahan.
Hai hamba-hambaKu yang beriman, bertakwalah kepada Tuhanmu. Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu luas. Sesungguhnya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” Q.S. Az Zumar : 10
Iman menuntun peka hati dalam memilih bentuk sabar sekaligus syukur atas segala wujud ujian cinta dari-Nya. Takwa bawa sabar kita yang mengundang syukur, jalan keluar dari masalah dan rezeki yang tak terduga.
Tiap nikmat yang disyukuri jua berpeluang mengundang musibah yang harus disabari, seperti tampannya Yusuf dan cinta Ya’qub padanya. Lihatlah Ayyub bersyukur atas segala sakit dan musibah dirinya, sebab Allah menggugurkan dosa dan membuat mengingatNya. Lihatlah Sulaiman bersabar atas tahta kemaharajaan atas jin, hewan, dan manusia agar tak tergelincir seperti Fir’aun.
Maka sabar dan syukur adalah wahana yang membawa hamba merasakan iman dalam dada. Tak henti untuk sabar dan syukur sebab ia menghubungkan kita dengan-Nya hingga hidup terasa surga sebelum surga.
 
Sumber :
Menyimak Kicau Merajut Makna, Salim A. Fillah, ProU Media

Saat "Jangan" itu Baik

Jangan Marah! Sebab kemarahan mempertunjukkan semua kejelekan lahir batin yang ada dalam dirimu.
Jangan dengki! Sebab hasad itu menyengsarakan kita saat orang lain bahagia, dan mengajak ke neraka saat orang lain berduka.
Jangan bergunjing! Sebab gunjingan memakan pahala seperti api hanguskan kayu, menghimpun dosa seperti magnet menarik besi.
Jangan mendendam! Sebab itu bagai menenggak racun ke kerongkongan sendiri, lalu berharap orang lain yang mati. Maafkanlah!
Jangan merendahkan! Sebab hinaan menjatuhkan yang mencela, menaikkan derajat yang dijelekkan dan melalaikan dari perbaikan.
Jangan menunda! Amal yang tak dikerjakan hari ini takkan tertampung oleh esok hari yang memiliki hak ibadahnya sendiri.
Jangan menghakimi! Sebab itu merumitkan urusan saat kita jadi terdakwa di akhirat. Sebab tugas kita menyeru kebaikan saja.
Jangan berdusta! Sebab dusta adalah candu menyakitkan dan parahnya ia membuka semua pintu keburukan yang lebih besar.
Jangan takjubi amal diri! Bahkan dosa yang membawakan taubay jauh lebih baik daripada ibadah yang melahirkan kesombongan.
 
Sumber :
Menyimak Kicau Merajut Makna, Salim A. Fillah, ProU Media
 

Termakna Romantis

Romantis adalah ketika Nabi saw dan Aisyah menonton tarian Habasyah berdua, angkat istri dalam pelukan, pipi menempel pipi.
Romantis adalah ketika Ali yang dimarahi Fatimah, terkunci tak bisa masuk kerumah saat pulang. Lalu tidur diserambi masjid berlumur debu.
Romantis adalah saat suami bangunkan istri, istri bangunkan suami. Saling cipratkan air wudhu lalu mencium dengan senyum. Yuk, shalat tahajud.
Romantis adalah ketika semua bertakbir mendengar surah An Nashr, namun Abu Bakar menangis takut kehilangan sang Nabi usai tugasnya.
Romantis adalah ketika Ibrahim alaihissalam bergembira atas kelahiran anaknya yang dinantikan puluhan tahun. Lalu Tuhan berseru, “Tinggalkan ia dan ibunya dipadang sahara.”
Romantis adalah ketika saat Ibrahim tak mampu jawab istrinya, mengapa mereka ditinggalkan. Lalu sang istri berkata, “Jika ini adalah perintah Allah, maka sungguh Ia takkan menyia-nyiakam kami.”
Romantis adalah saat harta, tahta, dan isi kerajaan Persia dihamparkan dihadapannya, Umar bin Khattab menangis, “Jika ini baik, mengapa tak terjadi dimasa Nabi dan Abu Bakr?”
Romantis adalah ketika Ustman bin Affan dikabarkan masuk surga, disertai bencana dan tumpah darahnya. Lalu dia berkata, “Alhamdulillah, tsumma tawakaltu.”
Romantis adalah saat satu persatu harta Nabi Ayyub ‘alayhissalam binasa, anak-anaknya mati, dan dirinya dilanda sakit yang merontokkan badan. Doa Ayyub, “Sisakan hatiku untuk mengingatMu.”
Romantis adalah saat Musa ‘alayhissalam memberi minum kambing-kambing dua gadis penggembala, lalu salah satunya menyebutmu pada ayahnya sebagai orang yang kuat dan terpercaya.
Romantis adalah saat Nabi Zakaria ‘alayhissalam menunggu karunia keturunan hingga uban, keriput dan uzur serta istrinya mandul. Akan tetapi dia hamil dengan kehendak-Nya.
 
Sumber :
Menyimak Kicau Merajut Makna, Salim A. Fillah, ProU Media

Shalat Tahiyatul Masjid Ketika Memasuki Masjid


Shalat tahiyatul masjid adalah shalat penghormatan kepada masjid. Sebab masjid adalah tempat untuk beribadah kepada Allah. Hukum shalat sunnah tahiyatul masjid adalah sunnah muakkad (sangat dianjurkan). Bahkan pada waktu khutbah jum’at shalat tersebut masih bisa dikerjakan.
Shalat sunnah tahiyatul masjid di kerjakan pada setiap waktu ketika seseorang masuk masjid dan ingin duduk di dalamnya.
Cara mengerjakan shalat sunnah tahiyatul masjid sama seperti mengerjakan shalat sunnah lainnya dengan 2 rakaat, hanya niatnya yang berbeda.
Niat shalat sunnah tahiyatul masjid, “Saya niat shalat sunnah tahiyatul masjid dua rakaat karena allah ta’ala.”
Dari Abu Qatadah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Jika salah seorang dari kalian masuk masjid, maka hendaklah dia shalat dua rakaat sebelum duduk. ” ( H.R. Bukhari dan Muslim)
Dari Jabir bin Abdullah ra, dia berkata bahwa Sulaik Al Ghatafani datang pada hari jumat. Sementara Rasulullah SAW sedang berkhutbah, dia pun langsung duduk.
Maka Rasul berkata, ” Wahai Sulaik, bangun dan shalat sunnah 2 rakaat kerjakanlah dengan ringan.”
Kemudian beliau bersabda.
Jika salah seorang dari kalian datang pada hari jumat imam sedang berkhutbah, maka hendaklah ia shalat dua rakaat dan hendaknya dia mengerjakannya dengan ringan.” (HR Muslim )
Hikmah shalat tahiyatul masjid menurut Imam An Nawawi, bahwa sebagian yang lain mengibaratkannya dengan memberi salam kepada pemilik masjid. Karena maksud dilakukannya shalat tahiyatul masjid adalah mendekatkan diri kepada Allah bukan kepada masjid. Sebab seseorang yang masuk ke rumah orang lain yang diberi salam adalah pemilik bukan rumahnya.

4 Malaikat yang Mengunjungi Orang Sakit

Diriwayatkan oleh Abu Imamah al Bahili dalam hadist Rasulullah bersabda :
“Apabila seorang hamba mukmin sakit, maka Allah mengutus 4 malaikat untuk datang padanya.”
Allah memerintahkan :
1. Malaikat pertama untuk mengambil kekuatannya sehingga menjadi lemah.
2. Malaikat kedua untuk mengambil rasa lezatnya makanan dari mulutnya
3. Malaikat ketiga untuk mengambil cahaya terang di wajahnya sehingga berubahlah wajah si sakit menjadi pucat pasi.
4. Malaikat keempat untuk mengambil semua dosanya, maka berubahlah si sakit menjadi suci dari dosa.
Tatkala Allah akan menyembuhkan hamba mukmin itu, Allah memerintahkan kepada malaikat pertama, kedua, dan ketiga untuk mengembalikan kekuatannya, rasa lezat, dan cahaya di wajah sang hamba.
Namun untuk malaikat keempat , Allah tidak memerintahkan untuk mengembalikan dosa-dosanya kepada hamba mukmin. Maka bersujudlah para malaikat itu kepada Allah seraya berkata : “Ya Allah mengapa dosa-dosa ini tidak Engkau kembalikan?”
Allah menjawab: “Tidak baik bagi kemuliaan-Ku jika Aku mengembalikan dosa-dosanya setelah Aku menyulitkan keadaan dirinya ketika sakit. Pergilah dan buanglah dosa-dosa tersebut ke dalam laut.
Dengan ini, maka kelak si sakit itu berangkat ke alam akhirat dan keluar dari dunia dalam keadaan suci dari dosa sebagaimana sabda Rasulullah SAW : “Penyakit panas itu menjaga tiap mu’min dari neraka, dan panas semalam cukup dapat menebus dosa setahun.” (HR Al-Qadha’i).
Kemudian sabda Rasulullah, “Tidaklah seorang muslim yang tertimpa gangguan berupa penyakit atau semacamnya, kecuali Allah akan menggugurkan bersama dengannya dosa-dosanya, sebagaimana pohon yang menggugurkan dedaunannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)