0878 8077 4762 [email protected]
Penembakan Muslim di Masjid Selandia Baru Siarkan Live Streaming

Penembakan Muslim di Masjid Selandia Baru Siarkan Live Streaming

Pelaku penembakan di salah satu masjid di Christchurch, Selandia Baru, dilaporkan menyiarkan Live Streaming aksinya saat melepaskan tembakan secara sporadis pada Jumat (15/3) selama 17 menit.

Pria bersenjata itu dikonfirmasi bernama Brenton Tarrant (28), yang sebelumnya diketahui menulis manifesto setebal 73 halaman yang menyatakan niat jahatnya.

Polisi Kontra-terorisme NSW kini menyelidiki latar belakang pelaku, setelah pria asal Grafton, New South Wales, Australia itu, diidentifikasi sebagai penembak.

Brenton Tarrant melakukan live streaming saat melepaskan tembakan ke Masjid Al Noor saat muslim berkumpul mau shalat jum’at, dan dilaporkan sedikitnya menewaskan 49 orang dan melukai hingga 50 lainnya. Bahkan, ada yang menyebut korban tewas mencapai 60 orang.

Pria itu kemudian mengambil dua pistol dan berjalan ke arah masjid. Begitu tiba di dalam, ia mulai melepaskan tembakan secara membabi buta.

Dalam video itu terlihat beberapa orang mengerang di lantai masjid. Sejumlah orang lainnya terlihat terkapar tak berdaya.

Setelah lima menit beraksi, pelaku kembali ke mobil untuk mengganti senjata. Ia lantas masuk lagi ke dalam masjid dan menembaki orang yang terlihat masih hidup.

Enam warga negara Indonesia dilaporkan berada di Masjid Al Noor ketika penembakan terjadi. Tiga di antaranya berhasil kabur dan bersembunyi di rumah warga, sementara yang lainnya belum dapat dihubungi.

Belum tuntas kepanikan warga akibat penembakan di Masjid Al Noor, kejadian serupa dilaporkan terjadi di masjid lainnya di Linwood, yang juga berada di wilayah Chirstchurch.

Komisioner kepolisian Selandia Baru, Mike Bush, mengatakan bahwa beberapa orang tewas di dua lokasi kejadian. Namun, ia belum dapat memastikan jumlah pasti korban tewas dan terluka.
Perdana Menteri Selandia Baru, Jacinda Ardern, mengutuk aksi penembakan massal ini dan menyatakan duka mendalam bagi keluarga korban.

“Ini adalah salah satu hari paling kelam bagi Selandia Baru,” kata Ardern.

Sumber : CNNIndonesia

Guru dan Murid Tertawa Karena Beda Pendapat Tentang Rezeki

Inilah kisah antara Imam Malik sebagai guru dan Imam Syafii sebagai murid.
Imam Malik ( guru Imam Syafii ) dalam majelis menyampaikan :
“Sesungguhnya rezeki itu datang tanpa sebab, cukup dengan tawakkal yang benar kepada Allah niscaya Allah akan memberikan Rezeki. Lakukan yang menjadi bagianmu, selanjutnya biarkan Allah mengurus lainnya.”
Sementara Imam Syafii ( sang murid ) berpendapat lain:
“Seandainya seekor burung tidak keluar dari sangkarnya, bagaimana mungkin ia akan mendapatkan rezeki.”
Guru dan murid itu bersikukuh pada pendapatnya masing-masing.
Suatu saat tengah meninggalkan pondok, Imam Syafii melihat serombongan orang tengah memanen anggur. Diapun ikut membantu mereka.
Setelah pekerjaan selesai, Imam Syafii memperoleh imbalan beberapa ikat anggur sebagai balas jasa.
Imam Syafii girang, bukan karena mendapatkan anggur, tetapi pemberian itu telah menguatkan pendapatnya.
Jika burung tak terbang dari sangkar , bagaimana ia akan mendapat rezeki. Seandainya dia tak membantu memanen, niscaya tidak akan mendapatkan anggur.
Bergegas dia menjumpai Imam Malik sang guru. Sambil menaruh seluruh anggur yang didapatnya, dia bercerita. Imam Syafii sedikit mengeraskan bagian kalimat,
“Seandainya saya tidak keluar pondok dan melakukan sesuatu (membantu memanen), tentu saja anggur itu tidak akan pernah sampai di tangan saya.”
Mendengar itu Imam Malik tersenyum, seraya mengambil anggur dan mencicipinya. Imam Malik berucap pelan,
“Sehari ini aku memang tidak keluar pondok. Hanya mengambil tugas sebagai guru, dan sedikit berpikir alangkah nikmatnya kalau dalam hari yang panas ini aku bisa menikmati anggur. Tiba-tiba engkau datang sambil membawakan beberapa ikat anggur untukku.”
“Bukankah ini juga bagian dari rezeki yang datang tanpa sebab. Cukup dengan tawakkal yang benar kepada Allah, niscaya Allah akan berikan Rezeki. Lakukan yang menjadi bagianmu, selanjutnya biarkan Allah yang mengurus lainnya.”
Guru dan Murid itu kemudian tertawa.
Dua Imam madzab mengambil dua hukum yang berbeda dari hadits yang sama.
Begitulah cara Ulama bila melihat perbedaan, bukan dengan cara menyalahkan orang lain dan hanya membenarkan pendapatnya saja.
Semoga dapat menjadi pelajaran buat kita semua.
 
Wallahu’alam