Oleh : Rasyid Bakhabazy, Lc
Dari Abu Hurairah radiallahuanhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda: “Ada tujuh (golongan) yang akan Allah SWT berikan buat mereka naungan pada hari di mana tidak ada naungan saat itu kecuali naungan-Nya: (1) Pemimpin yang adil. (2) Pemuda yang tumbuh dalam (suasana) ibadah kepada Allah. (3) Seseorang yang hatinya selalu terpaut dengan masjid. (4) Dua orang yang saling cinta karena Allah Azza wa jalla. Mereka berkumpul dan terpisah karena Allah. (5) Seorang pria yang diajak (bermaksiat) oleh seorang wanita yang punya kedudukan dan cantik namun, dia malah berkata ‘Aku takut kepada Allah’. (6) Seseorang yang bersedekah dan dia menyembunyikan sedekahnya sampai tangan kanannya tidak mengetahui apa yang telah diinfakkan tangan kirinya. (7) Seseorang yang berzikir kepada Allah dalam kesendirian lalu dia menangis mencucurkan air mata.” (HR. Muslim).
Dari hadits diatas terdapat sejumlah pesan di dalamnya, diantaranya adalah
Pertama, pemimpin yang adil.
Diletakkannya pemimpin yang adil pada urutan pertama menunjukkan bahwa urusan kepemimpinan & keadilan dalam memimpin adalah urusan besar. Kita semua tahu bahwa adilnya pemimpin itu akan memberikan efek manfaat pada orang banyak dan bukan hanya pada diri sendiri. Dan banyak yang mengatakan bahwa kekuasaan dan jabatan itu cenderung mendorong seseorang untuk bertindak korup dan tidak adil. Di sinilah beratnya amalan yang satu ini.
Kedua, pemuda yang tumbuh dewasa dalam ibadah.
Ini adalah pemuda yang spesial. Kenapa? karena dia bisa menahan diri dan mengarahkan keinginannya pada ibadah, berbakti pada orang tua serta hal-hal positif yang diridhoi oleh Allah SWT. Padahal kita tahu bahwa jiwa pemuda biasanya cenderung liar, tak mau ikut aturan sehingga bersenang-senang dan memperturutkan hawa nafsu adalah hobinya. Disinilah beratnya amalan yang satu ini.
Ketiga, seorang laki-laki yang hatinya terpaut dengan masjid.
Zaman sekarang ini, kesibukan dengan urusan dunia dan pekerjaan telah menyita waktu banyak orang. Tak sedikit orang yang tak pernah mengenal shalat lima waktu di masjid dengan berjamaah atau pengajian, dan lain-lain. Alasannya sibuk.
Spesialnya kelompok ketiga ini adalah mereka sibuk dengan pekerjaannya tapi hati mereka tetap terpaut dengan masjid. Setiap kali adzan dikumandangkan, kita dapati mereka sudah hadir dan siap untuk shalat berjamaah. Bila dia keluar dari masjid, dia rindu untuk kembali.Dan bila dia sudah di masjid, dia rasakan ketenangan luar biasa.
Keempat, dua orang yang saling cinta karena Allah SWT.
Berteman dan saling cinta karena Allah adalah amalan spesial. Tidak semua orang mampu melakukannya. Kenapa? karena bukan rahasia lagi bahwa pertemanan dan saling cinta pada saat ini banyak didasarkan pada keuntungan materi belaka atau mungkin karena sekedar kesamaan suku atau hobi dan bukan karena nilai kebaikan dan ketaqwaan yang ada pada diri seseorang.
Kelima, pria yang tahan terhadap godaan wanita karena takut kepada Allah.
Tak ada ujian yang paling membahayakan bagi pria melebihi ujian dengan wanita. Itulah kurang lebih makna sebuah hadits yang pernah disampaikan oleh Nabi saw. Pria yang sifatnya disebut dalam hadits ini tentulah sangat spesial. Dia diajak untuk melakukan perbuatan tak senonoh oleh seorang wanita yang cantik, kaya dan berkedudukan tapi dia menolak karena takut kepada Allah SWT. Namun lihatlah di zaman sekarang, sebagian orang tak perlu diajak tapi dia bahkan mencari sendiri untuk melakukan perbuatan tak senonoh. Laa hawla wa laa quwwata illa billah. Di sinilah beratnya amalan yang satu ini.
Keenam, menyembunyikan sedekah yang ikhlash.
Menyembunyikan sedekah yang diberikan adalah amalan yang luar biasa. Karena tak sedikit orang yang memang ingin sedekahnya diumumkan. Walaupun mengumumkan sedekah bukanlah amalan yang terlarang dan belum tentu juga tidak ikhlas. Namun, terkadang hati seseorang bisa saja bergerak, merasa bangga saat sedekahnya dipublikasikan. Apalagi jika sedekah yang diberikan adalah dalam jumlah besar. Berat rasanya untuk tidak menceritakannya pada orang. Di sinilah beratnya amalan yang satu ini.
Ketujuh, ingat kepada Allah dalam kesendirian sampai menangis.
Ini bukanlah amalan ringan. Sungguh berat menumbuhkan kemauan mencari kesempatan untuk menyendiri dengan Allah SWT di tengah malam yang sunyi, bermunajat dan mohon ampun akan kesalahan dan dosa sampai meneteskan air mata. Di sini orang belajar untuk menjauhkan diri dari riya’serta melatih untuk ikhash dalam beramal. Di sini beratnya amalan yang satu ini.
Sumber :
Artikel Utama Buletin Al Iman.
Edisi 329 – 10 April 2015. Tahun ke-8
*****
Buletin Al Iman terbit tiap Jumat. Tersebar di masjid, perkantoran, majelis ta’lim dan kantor pemerintahan.
Menerima pesanan dalam dan luar Jakarta.
Hubungi 0897.904.6692
Email: redaksi.alimancenter@gmail.com
Dakwah semakin mudah.
Dengan hanya membantu penerbitan Buletin Al Iman, Anda sudah mengajak ribuan orang ke jalan Allah
Salurkan donasi Anda untuk Buletin Al Iman:
BSM 703.7427.734 an. Yayasan Telaga Insan Beriman
Konfirmasi donasi: 0897.904.6692
Raih amal sholeh dengan menyebarkannya!