KAIRO — Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi memenangkan 97 persen suara dalam pemilu Mesir. Hasil yang tidak mengejutkan bagi rakyat Mesir dan seluruh dunia ini, mengamankan masa jabatan As Sisi sebagai presiden.
Pemilu Mesir banyak mendapat kritikan karena dianggap sebagai ‘one man show’ tanpa adanya oposisi yang kredibel. Bahkan dianggap sebagai demokrasi ‘semu’ setelah dilakukan kudeta militer oleh As Sisi pada pemilu sah sebelumnya. Berikut 5 faktanya :
1. Kandidat Kuat Pesaing Dipenjara
Enam kandidat kuat yang siap bersaing dengan Sisi sebelumnya telah dipaksa mengundurkan diri, diadili, atau dipenjara.
“Perkembangan terakhir, termasuk intimidasi dan penahanan semua kandidat oposisi yang kredibel, dan pembatasan yang diberlakukan terhadap kelompok-kelompok LSM dan media merongrong legitimasi dan kredibilitas pemilihan tersebut,” kata McGovern, Lembaga HAM Amerika.
2. Peserta Pemilu Rendah
Peserta pemilu terlihat lebih rendah dari tahun sebelumnya. Tercatat hanya 41,5 persen pemilih yang ikut berpartisipasi dalam pemilu kali ini. Angka tersebut lebih rendah dari pemilu 2014 lalu sebesar 47 persen. Itupun pemilih diancam dan dipaksa untuk ikut pemilu kudeta.
3. Mousa hanya formalitas Kandidat pesaing
Satu-satunya lawan Sisi dalam pemilu ini adalah Mousa Mostafa Mousa, seorang politikus yang kurang terkenal di Mesir.
Mousa menjadi kandidat presiden beberapa jam sebelum batas waktu pencalonan habis. Sebelumnya Mousa mendukung penuh pencalonan Sisi.
Hasil awal pemungutan suara yang dirilis pada Kamis (29/3) menunjukkan Mousa hanya mendapatkan 3% suara.
4. Banyak warga mesir lebih memilih merusak kartu suara
Menurut The Economist, Mousa berada di posisi ketiga, setelah lebih dari 1 juta warga Mesir justru merusak kertas suara mereka di bilik suara.
Beberapa orang mencorat-coret nama kedua kandidat. Mereka menambahkan nama pemain sepakbola populer Liverpool asal Mesir yaitu Mohamed Salah, di dalam kertas suara. Salah bahkan dilaporkan mendapatkan suara dua kali lebih banyak dari Mousa.
5. Pengamat meyakini pemilu mesir adalah rekayasa
Menurut pakar Sarah Yerkes dari Carnegie Endowment for International Peace, yang berbasis di Washington, kepada media Aljazirah mengatakan,
“Pemilihan ini adalah sebuah lelucon dan rekayasa. Pemilihan ini tidak benar-benar menjadi penanda yang berarti bagi negara,” kata
Krisis ekonomi di Mesir akan menjadi prioritas As Sisi selama masa jabatan keduanya. Risiko kegagalannya bisa menjerumuskan penduduk ke dalam kesengsaraan lebih lanjut.
James Gelvin, profesor Sejarah Modern Timur Tengah di UCLA mengutip sejumlah faktor yang saat ini melanda perekonomian Mesir. Menurutnya, perekonomian akan bertambah buruk, seperti tingkat pengangguran yang tinggi, pembatasan makanan dan bahan bakar, ketidaksetaraan pendapatan yang belum pernah terjadi sebelumnya, dan aturan plutokratis.
“Ketika [mantan presiden] Sadat dan Mubarak berusaha memaksakan kebijakan neoliberal, pemberontakan rakyat terjadi. Dalam situasi seperti ini, Sisi tidak diragukan lagi akan melanjutkan represi yang keras, yang mungkin mengutip ancaman terorisme sebagai alasannya,” ujar Gelvin.
 
Sumber : Republika/AlJazirah

X