Oleh: Lia Nurbaiti
 
Termasuk Wanita Pertama Yang Memeluk Islam
Asma’ ra. lahir di kota Makkah sekitar 27 tahun sebelum Rasulullah saw hijrah ke Madinah. Ia dibesarkan di rumah ayahnya, Abu Bakar Ash-Shiddiq ra yang memiliki banyak sifat baik, karena dia adalah manusia yang paling utama setelah Rasulullah saw. Asma dibesarkan oleh ayahnya, sehingga segala kebaikan yang dimiliki ayahnya, secara tidak langsung Asma’ dapatkan. Sehingga tak heran, ketika usia dini, Asma’ sudah memeluk Islam. Dengan demikian, Asma’ ra layak termasuk ke dalam orang-orang yang disebut oleh Allah swt. dalam firman-Nya,
Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk islam) diantara orang-orang Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar.” (QS. At-Taubah : 100).
Asma’ ra dipersunting oleh seorang pengawal setia Rasulullah saw, yang juga merupakan seorang dijamin oleh Allah dan Rasul-Nya masuk surga yaitu, Zubair bin ‘Awwam. Ia adalah seorang laki-laki yang miskin, tetapi statusnya sebagai mukmin melebihi segala-galanya. Asma’ pun tetap menjadi istri yang sholehah bagi Zubair bin ‘Awwam.
Asma’ binti Abu Bakar Ash-Shiddiq ra menuturkan, “Saat menikah denganku, Zubair tidak memiliki harta benda, budak, atau barang apapun, kecuali seekor kuda. Aku selalu menyiapkan makanan dan merawatnya. Aku menumbuk kurma yang sudah matang, memberinya makan dan minum. Selain itu, aku juga menjahit sendiri tempat minum dari kulit dan membuat adonan roti. Sebenarnya aku tidak pandai membuat roti namun, wanita-wanita Anshar membantuku membuatkannya. Mereka adalah wanita-wanita yang tulus.”
Wanita Pemilik Dua Selendang (Dzatuun Nithaaqain)
Berawal dari kisah pada saat kekerasan kaum Quraisy terhadap para sahabat Rasulullah saw semakin menjadi-jadi. Rasulullah saw mengizinkan mereka untuk berhijrah ke Madinah. Setelah itu, Allah swt mengizinkan Rasul-Nya untuk hijrah ke Madinah. Maka, beliau segera hijrah bersama sahabatnya. Dalam peristiwa ini, keluarga Abu Bakar ra memainkan peran yang paling monumental dalam catatan sejarah berkaitan dengan totalitas mereka dalam memperjuangkan Islam dan membela Rasulullah saw.
Abu Bakar ra menggembala kambing untuk penduduk Makkah dan menggiringnya pada malam hari menuju tempat persembunyian Rasulullah saw. Sehingga mereka berdua dapat memerah susunya dan menyembelihnya. Ketika menjelang pagi, saat Abdullah bin Abu Bakar turun dari tempat itu dan pulang ke Makkah. ‘Amir bin Fuhairah mengikutinya dari belakang bersama kawanan kambingnya, untuk menghapus jejak kaki Rasulullah.
Sedangkan peran ‘Asma ra.,dalam peristiwa ini tidak kalah besar. Awalnya, ketika Rasulullah saw mendapat izin untuk hijrah ke Madinah, beliau datang ke rumah Abu Bakar ra dan berkata, “Aku telah mendapat izin untuk keluar (dari Makkah).” Abu Bakar bertanya, “Biar ayah dan ibuku sebagai penebusmu, wahai Rasulullah, apakah aku menemanimu?“ Rasullulah saw menjawab singkat, “Ya.”
Aisyah ra menuturkan, “Kami sekeluarga menyiapkan seluruh perbekalan mereka berdua. Kami juga membuatkan makanan yang diletakkan di dalam wadah. Asma’ binti Abu Bakar memotong selendang pinggangnya untuk mengikat penutup wadah. Itulah yang membuatnya dijuluki “Wanita Pemilik Selendang” (Dzaatun Nithaaq).
Asma’ ra menuturkan, “Aku membuat makanan untuk Nabi saw dan Abu Bakar ketika mereka hendak bertolak ke Madinah. Aku berkata kepada Ayah. “Aku tidak membawa sesuatu untuk mengikat (wadah makanan) kecuali selendang pinggangmu menjadi dua. “Aku mengikuti sarannya, maka aku dijuluki ‘Wanita Pemilik Dua Selendang’ (Dzaatun Nithaaq)”.
Zubair bin Bakkar bertutur tentang peristiwa ini, “Rasulullah saw berkata kepada Asma’ : “Semoga Allah mengganti selendangmu dengan dua selendang di surga.” Sejak itu Asma’ dijuluki Dzaatun Nithaaqain (wanita pemilik dua selendang). *bersambung
ed : danw