Dalam KTT ke-33 ASEAN 2018 di Singapura, beberapa negara mengecam kekerasan etnis muslim Rohingya yang terjadi di Myanmar. Salah satunya Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Muhamad adalah orang yang paling keras mengecam sikap politik Aung San Suu Kyi ini.
PM Mahathir tegas mengatakan, ”Seseorang yang pernah ditahan karena perjuangan demi hak asasi sebelumnya, seharusnya mengetahui penderitaan orang lain bukan malah menyalahkan yang menderita.”
Mahathir kecewa Aung San Suu Kyi, sebagai pemimpin de facto Myanmar itu melupakan latar belakangnya sebagai pejuang HAM dan demokrasi.
Apa yang dilakukan oleh Mahathir merubah kebiasaan yang terjadi pada acara diplomatik yang biasanya berlangsung ramah.
Sikap politis Mahathir tanpa ragu disampaikan dalam KTT ASEAN 2018. Hal ini menjadi pengalaman tak mengenakan bagi penasihat negaa Myanmar Aung San Suu Kyi.
Dia dipermalukan di depan umum oleh beberapa peserta konferensi, karena tak berbuat apa-apa untuk mengatasi kekerasan terhadap etnis Rohingya.
Pernyataan keras Mahathir itu memang di luar kebiasaan forum ASEAN yang biasanya dipenuhi semangat kerjasama, persahabatan, sehingga acara ini biasanya berlangsung ramah.
Kerasnya pernyataan Mahathir karena persekusi etnis Rohingya di Myanmar bukan tragedi biasa.
Sejak tahun 2016, sudah 10.000 warga sipil tewas dan hampir 750.000 mengungsi akibat konflik yang berpusat di Negara Bagian Rakhine itu.
Seperti Mahathir, beberapa utusan negara ASEAN kecewa akan sikap pilitik Aung San Suu Kyi.
Seorang diplomat Asia Tenggara yang tak mau disebutkan namanya mengatakan, “Anda dapat merasakan, dia (Suu Kyi) tidak diterima oleh semua orang seperti dulu. Semua orang mengharapkan ia bisa berbuat lebih banyak,” katanya.
Wakil Presiden AS, Mike Pence pada Rabu (14/11) mengatakan di hadapan para pemimpin ASEAN lainnya bahwa kekerasan dan penganiayaan terhadap Rohingya tak termaafkan.
Pernyataan Mike Pence ini menambah situasi tak enak bagi delegasi Myanmar.
Sayangnya, Aung San Suu Kyi tetap menyatakan kekerasan di Rakhine sebagai masalah Myanmar yang tak bisa dipahami orang luar. Hati Aung San Suu Kyi sepertinya telah mati.
 
Sumber : JPNN.com