by Fahmi Bahreisy Lc fahmibahreisy | Oct 31, 2016 | Adab dan Akhlak, Artikel
Orang yang sukses ialah mereka yang mampu menyeimbangkan antara usaha dan tawakkal.
Abu Sa’id al-Kharraz berkata, “Barangsiapa yang mengira bahwa dengan usahanya, dia bisa sampai pada apa yang diinginkan, maka ia telah berpaling dari Allah.
Dan barangsiapa yang mengira bahwa tanpa usaha, dia bisa merealisasikan harapannya, maka ia telah berangan-angan saja.”
Beramallah, bekerjalah, dan berjuanglah. Namun jangan sampai hal itu membuatmu lupa akan kekuasaan Allah, sehingga engkau lalai bertawakkal kepada-Nya.
Sandarkanlah segala urusan dan perjuanganmu pada-Nya, tapi sertakanlah dengan kesungguhan dan keseriusan dalam beramal.
by Fahmi Bahreisy Lc fahmibahreisy | Oct 31, 2016 | Adab dan Akhlak, Artikel
Berikut ini adalah beberapa contoh sikap yang ditunjukkan oleh para salaf ketika mereka melihat kemungkaran :
- Pada bulan Jumadil Akhir, para ulama dari kalangan Hanabilah dan juga Abu Ishaq As-Syairazi bersama dengan para sahabatnya berkumpul didepan istana khalifah menuntut ditutupnya tempat minum-minuman keras semacam bar atau diskotik kala itu, dan menuntut menghukum para penjual minuman keras. Akhirnya khalifahpun menerima tuntutan mereka. (al-Muntadzim, Ibnul Jauziyah, 8/272)
- Pernah terjadi di wilayah al-Karkh (Irak) ada sekelompok orang dari penduduk Karkh yang mencela para sahabat Nabi pada hari Asyuro. Maka berkumpulah para ulama, ahli qira’at dan kaum muslimin yang melakukan demonstrasi didepan istana khalifah. Dan khalifah keluar dan berkata, “Kami pemerintah juga mengingkari perbuatan mereka”. (al-Muntadzi, 8/240)
- Pada tahun 231 H, khalifah Al Watsiq membunuh seorang ulama yang bernama Ahmad bin Nashr al Khuza’i yang merupakan murid dari Imam Malik, Sufyan bin Uyainah, Hammad bin Zaid. Diantara murid-muridnya ialah Yahya bin Ma’in. Beliau menolak pemahaman menyimpang bahwa Al Qur’an itu makhluk. Ia diketahui bersama kaum muslimin berencana melakukan demo protes menentang khalifah. (Al Bidayah wa an Nihayah, 10/334)
- Ibnu Taimiyah pun juga menunjukkan hal yang sama dengan cara melakukan demo protes, hingga akhirnya kemungkaran berhasil dirubah.
Masih banyak contoh-contoh lainnya yang menjelaskan sikap para salaf tatkala melihat kemungkaran. Jika memang tak bisa ikut serta bersama kaum muslimin, doakan saudaramu yang menentang kemungkaran tersebut.
by Fahmi Bahreisy Lc fahmibahreisy | Oct 27, 2016 | Adab dan Akhlak, Artikel
Seorang salaf kuwait berkata, Orang yang paling buruk akhlaknya antara lain ialah :
Jika ia marah padamu, ia akan mengingkari kebaikanmu, membuka rahasiamu, melupakan keakrabanmu, dan menuduhmu dengan tuduhan yang tidak mendasar.
by Fahmi Bahreisy Lc fahmibahreisy | Oct 18, 2016 | Adab dan Akhlak, Artikel
Imam Abu Hamid Al Ghazali berkata dalam kitab Bidayatul Hidayah, ketahuilah bahwa ada 3 kategori penuntut ilmu.
Pertama, seseorang yang menuntut ilmu untuk dijadikan bekal dikemudian hari.
Hanya satu tujuannya yaitu ridha Allah dan hari akhir. Ini adalah kategori orang yang beruntung.
Kedua, seseorang yang menuntut ilmu dengan tujuan untuk menopang kehidupan dunianya.
Dengan ilmu itu ia berharap mendapat popularitas, kedudukan dan harta. Namun ia tahu dan sadar bahwa hatinya lemah dan tujuannya hina.
Orang yang semacam ini berada dalam kondisibyang berbahaya. Jika ajalnya menjemput ia belum sempat bertaubat, maka dikhawatirkan mati dalam kondisi su’ul khatimah.
Adapun jika ia sempat bertaubat sebelum ajalnya tiba, dan ia mengamalkan ilmu yang dimiliki, serta menyadari kesalahannya yang lalu, ia termasuk orang yang beruntung.
Ketiga, orang yang dibelenggu syaitan.
Ia menjadikan ilmunya sebagai sarana memperbanyak harta, merasa hebat dengan kedudukan, dan membanggakan diri dengan banyak pengikut.
Ia memanfaatkan ilmunya untuk mendapatkan kepentingan duniawi. Terlebih lagi ia merasa bahwa ia memiliki kedudukan yang tinggi disisi Allah karena ia adalah seorang ulama dan berpenampilan layaknya ulama. Padahal ia telah berlumuran dengan dunia secara zahir maupun batin. Ini termasuk kategori orang yang celaka dan binasa, yang tertipu oleh dirinya sendiri.
by Fahmi Bahreisy Lc fahmibahreisy | Oct 4, 2016 | Artikel, Dakwah
Jaga dan kontrol lisan kita, karena dari lisan itulah munculnya malapetaka. Berhati-hatilah menilai seseorang terutama seorang mukmin, karena ciri kehati-hatian adalah ciri orang bertaqwa. Semangat dalam beragama hendaknya dibarengi dengan ucapan dan lisan yang beradab.
Rasulullah saw bersabda, “Kesalahan yang paling banyak dilakukan oleh manusia bersumber dari lisannya.” (H.R. At Thabrani & Al Baihaqi)
Riwayat lain, “Barangsiapa mengatakan tentang seorang Mukmin sesuatu yang tidak ada padanya, Allah akan menempatkannya dilumpur neraka sehingga dia mempertanggung jawabkan perkataannya.” (H.R. Ahmad dan Abu Dawud)
Yunus bin Ubaid rahimahullah berkata, “Seseorang yang menjaga lisannya, itu pertanda bahwa seluruh amalnya baik.”
Mulla Ali al-Qori mengatakan, “Para ulama berkata bahwa jika terdapat 99 indikasi untuk mengkafirkan seorang muslim,
dan ada satu indikasi (dugaan) yang dapat menjadi bukti bahwa ia tetap sebagai seorang muslim,
Maka mufti (qodi) hendaknya berpegang pada satu indikasi (dugaan) tersebut. Hal ini berdasarkan sesuai sabda Rasulullah saw,
” Hindarkanlah hukuman (vonis) terhadap kaum muslimin semampu kalian. Jika kalian mendapatkan jalan keluar bagi seorang muslim, maka pilihlah jalan itu.
Karena sesungguhnya seorang pemimpin yang salah dalam memberi maaf itu lebih baik daripada pemimpin yang salah dalam menghukum.” (H.R. Tirmidzi)
Dalam riwayat lain, “Hindarilah hukuman (vonis) dikarenakan masih adanya syubhat.”
Semoga Allah memberi taufik kepada kita untuk menjaga lisan dan mulut kita.