Pemuda itu, dengan kekuatan dan semangat yang menggelora yang ada pada dirinya berusaha menjadi seorang anak yang berbakti kepada kedua orang tuanya. Kemuliaan pada kemudian hari melekat pada dirinya, kehormatan diberikan orang lain padanya, bahkan tak sedikit kemudian rasa iri untuk menjadi seperti dirinya pun muncul dari banyak kalangan.
Ia adalah Mirza, seorang pemuda desa Nurs (pinggiran Negara Turki) yang dikenal oleh penduduk desanya sebagai orang yang berbudi luhur, baik kepada siapa saja, dan taat menjalankan perintah agama. Ia juga dikenal sebagai pemuda yang rendah hati dan pandai menjaga waktunya. Siang hari ia gunakan untuk berbakti pada orang tuanya, dan malam hari ia gunakan untuk menuntut ilmu dari beberapa orang ulama yang ada didesanya.
Suatu hari, Mirza yang selalu membasahi lisannya dengan berdzikir mengingat Allah SWT diperintahkan oleh ayahnya untuk mengembala beberapa ekor kambing milik keluarga. Maka hari itu, selepas sholat subuh ia menggiring kambing-kambingnya kepadang gembala. Ia sangat perhatian terhadap apa yang dimakan oleh kambing-kambingnya. Ia tidak ingin satu ekor pun dari kambingnya memakan rumput tidak halal dikebun orang lain. Karena komitmennya itu, setiap perjalanan menuju tempat mengembala Mirza selalu mengikat mulut kambing-kambingnya hingga benar-benar sampai kepadang rumput yang halal untuk dimakan oleh kambing-kambingnya.
Ketika sampai disebuah padang rumput yang halal, maka Mirza segera mengikat kambing-kambingnya dengan patok dan melepas ikatan yang ada dimulut kambing-kambing tersebut. Dengan seketika kambing-kambingnya melahap rerumputan yang ada disekitarnya.
Memastikan kambing-kambingnya telah aman, Mirza pun segera mencari pohon rindang disekitar padang gembala untuk melaksanakan sholat Dhuha dan istirahat sambil menunggu kambing-kambingnya kenyang. Tidak terasa karena lelah istirahatnya pun mebuat ia memejamkan mata dan tidur dengan pulas. Setelah bangun dari tidur ia mengecek kambing-kambingnya dan ternyata ada satu ekor kambingnya yang menghilang. Mirza pun mencari kemana perginya kambing tersebut. Ia berjalan dan berlari mencari kambingnya yang hilang, hingga akhirnya ia temukan kambingnya sedang asyik makan disebuah rumput.
Ia begitu kaget dan merasa berdosa, karena kambingnya memakan rumput yang tidak halal untuk dimakan. Maka ia mencari sang pemilik rumput dan ia pun menemukan sebuah rumah yang sepertinya rumah sang pemilik rumput.
Mirza segera pergi ke rumah itu untuk memohon keikhlasan atas rumput-rumput yang dimakan oleh kambingnya. Sang pemilik kebun sempat heran dan kagum seraya berkata pada diri sendiri, ternyata masih ada dizaman ini pemuda yang begitu jujur, takut pada dosa dan memastikan keberkahan atas sesuatu yang ia miliki.
Sang pemilik rumput pun bertanya dimana rumah Mirza. Mirza yang merupakan anak sholih dari keturunan orang tua yang juga sholih dan sholihah begitu takut, ia takut ayahnya marah karena ia telah lalai mengembala kambing hingga memakan rumput yang tidak halal. Mirza memohon kepada sang pemilik rumput untuk mengikhlaskan rumputnya dan jangan memberi tahu orang tuanya. Sang pemilik rumput pun memastikan bahwa ia telah mengikhlaskan rumputnya dan tidak akan membuat Mirza dimarahi oleh orang tuanya.
Tanpa sepengetahuan Mirza, sang pemilik rumput pergi ke rumah Mirza dan bertemu orang tuanya. Dan ternyata orang tua Mirza dan sang pemilik rumput merupakan dua orang sahabat yang sudah lama tidak jumpa. Sang pemilik rumput menyampaikan kekagumannya pada Mirza kepada kedua orang tuanya. Bahkan ia menawarkan kepada orang tua Mirza agar menikahkan Mirza dengan anaknya.
Sang pemilik rumput memiliki putri yang bernama Nuriye. Ia anak yang sholihah, berbakti pada kedua orang tuanya, dan taat pada agamanya. Bahkan putri sang pemilik rumput juga merupakan seorang pemudi yang selalu menjaga auratnya, ia tidak pernah keluar rumah kecuali didampingi oleh mahramnya dan iapun seorang pemudi yang telah hafal 30 juz Al-Qur’an.
Mendengar tentang Nuriye, orang tuan Mirza pun sepakat untuk menikahkan Mirza dengan Nuriye. Mirza yang sholih pun seteleh diberi tahukan oleh ayahnya tentang Nuriye, menerima tawaran untuk menikah dengannya.
Dari pernikahan mereka lahirlah generasi yang sholih dan sholihah. Dan satu dari keturunan mereka kemudian menjadi orang yang namanya begitu menyejarah, ialah BADI’UZZAMAN SAID NURSI.
ed : danw

X