0878 8077 4762 [email protected]

Mengapa Dajjal Tidak Disebutkan Dalam Al-Quran?

 
DALAM bahasa Arab, istilah dajjal lazim digunakan untuk menyebut “nabi palsu”. Namun, istilah ad-Dajjal, yang dimaksudkan di sini merujuk pada sosok “pembohong” yang muncul menjelang dunia berakhir atau kiamat.
Sosok itu juga disebut sebagai al-Masih ad-Dajjal; yang dimaksudkan di sini adalah “Al-Masih Palsu”. Menurut beberapa sumber, istilah ini berasal dari istilah Syria, yakni Meshiha Deghala yang telah menjadi kosakata umum di Timur Tengah selama lebih dari 400 tahun sebelum al-Qur’an diturunkan.
Dalam kamus Lisân al-‘Arab, dikemukakan bahwa Dajjal berasal dari kata dajala, artinya menutupi. Mengapa dikatakan menutupi?
Karena ia adalah pembohong yang akan menutupi segala kebenaran dengan kebohongan dan kepalsuannya. Dikatakan “menutupi” karena Dajjal kelak akan menutupi bumi dengan jumlah pengikutnya yang sangat banyak.
Ada juga yang berpendapat bahwa Dajjal kelak akan menutupi manusia dengan kekafiran atau ingkar terhadap kebenaran yang datangnya dari Allah Swt.
Menurut Al-Qur’an
Lalu, siapakah sesungguhnya Dajjal menurut rujukan utama dan pertama kita dalam menggali berbagai informasi, utamanya berkaitan dengan agama, yakni al-Qur’an al-Karim?
Sayangnya, kata Dajjal ini tidak disebut secara langsung di dalam al-Qur’an. Namun, sumber kedua kita, yakni hadits Nabi Muhammad Saw banyak menginformasikan tentang Dajjal ini.
Mengapa Dajjal tidak disebut secara langsung di dalam al-Qur’an? Pertanyaan ini perlu kita jawab terlebih dahulu sebelum menelusuri informasi tentang Dajjal dari hadits Nabi Saw.
Jawaban yang sesungguhnya, sudah barang tentu, hanya Allah Swt. Yang Maha Mengetahui. Namun, para ulama memberikan pendapat mengenai hal ini.
Penyebutan Dajjal di dalam al-Qur’an sudah termasuk dalam kandungan ayat sebagai berikut:
“Yang mereka nanti-nanti tidak lain hanyalah kedatangan malaikat kepada mereka (untuk mencabut nyawa mereka) atau kedatangan (siksa) Tuhanmu atau kedatangan beberapa ayat Tuhanmu. Pada hari datangnya ayat dari Tuhanmu, tidaklah bermanfaat lagi iman seseorang kepada dirinya sendiri yang belum beriman sebelum itu, atau dia (belum) mengusahakan kebaikan dalam masa imannya. Katakanlah: ‘Tunggulah olehmu sesungguhnya Kami pun menunggu (pula).” (QS al-An’âm [6]: 158).
Dalam surat al-An’âm ayat 158 di atas disebutkan “tanda-tanda atau ayat Tuhanmu”, yang dimaksudkan adalah tanda-tanda kiamat, dalam hal ini adalah munculnya Dajjal.
Sebab, disebutkan dalam sebuah hadits, bahwa Rasulullah Saw telah bersabda: “Tiga hal apabila telah muncul (terjadi) maka tiada bermanfaat lagi sebuah keimanan bagi seorang yang belum beriman (sebelumnya): Dajjal, dâbbah, dan terbitnya matahari dari arah barat.”
Ada yang berpendapat bahwa tidak disebutkannya Dajjal secara langsung di dalam al-Qur’an adalah sebagai bentuk penghinaan kepada Dajjal yang di akhir zaman mengakui diri sebagai Tuhan.
Hal ini berbeda dengan disebutkannya Fir’aun di dalam al-Qur’an, meski dia telah mengakui diri sebagai Tuhan, karena Fir’aun telah habis atau selesai masanya sehingga hal ini dapat sebagai peringatan atau pelajaran bagi umat manusia setelahnya.
Namun, Dajjal akan hidup di akhir zaman dan akan menjadi ujian bagi umat manusia.
Demikianlah di antara jawaban dari para ulama tentang tidak disebutkannya Dajjal secara langsung di dalam al-Qur’an.
 
Sumber: Ammazet

Benarkah Abu Janda Warga Nahdliyin? Ini Penjelasan Resmi NU

Permadi Arya atau Abu Janda Al-Boliwudi pernah menyatakan jika dirinya adalah warga Nahdliyin.
Untuk menguatkan hal itu ia pernah mengunggah fotonya bersama Ketua PBNU, Prof. Dr. K.H. Said Aqil Siradj.
Pertanyaan soal apakah Abu Janda NU atau bukan ternyata sudah pernah muncul di situs resmi NU Januari 2017 lalu.
Saat itu banyak yang menghubungkan Abu Janda dengan Gerakan Pemuda (GP) Ansor dan Barisan Ansor Serbaguna (Banser).
Namun Kepala Satuan Koordinasi Nasional (Kasatkornas) Banser Alfa Isnaeni, membantah hal tersebut.
Alfa Isnaeni, mengatakan, akun Facebook “Abu Janda” sama sekali tidak memiliki hubungan dengan Gerakan Pemuda Ansor dan Barisan Ansor Serbaguna (Banser). Sebab Ansor dan Banser tidak berwatak demikian.
Hal itu setelah Alfa menugaskan kader untuk melacak siapa sebenarnya yang membuat akun Abu Janda tersebut.
“Dengan nama akun yang tidak jelas, kita mesti berhati-hati dengan akun model Abu Janda ini. Selain tidak jelas profilnya, kita masih meraba motif dan kepentingannya apa,” ujar Alfa saat itu.
Untuk diketahui, belakangan ini publik ramai membincang akun Ustad Abu Janda Al-Boliwudi. Tulisan-tulisan Abu Janda NU diikuti banyak orang. Namun, banyak pula akun-akun menentang bahkan memusuhinya sehingga terjadi perdebatan di kolom-kolom komentar.
Intinya, lanjut dia, perlu selektif dan tidak gampang ngeshare dari orang-orang model begini, yang mungkin belakangan sudah banyak jumlahnya di media sosial.
“Sesuatu yang baik itu jelas sumber dan motifnya. Banser tidak akan membiarkan siapapun yang akan memecah belah NKRI dengan beragam cara. Di dunia nyata dan dunia maya (internet), Banser selalu ada untuk menjaga NKRI,” pungkasnya.
Persoalkan Hadist, Abu Janda di-Skakmat Mahfud MD
Permadi Arya alias Abu Janda kembali jadi perbincangan saat tampil dalam ILC TV One Selasa (5/desember/2017).
Abu janda sempat telibat perdebatan sengit dengan ustadz Felix Siuaw.
Salah satu yang dikritik Abu Janda yang memiliki 350 ribu pengikut di facebook ini adalah tentang hadist.
“Hadits itu kan baru ada 200 tahun setelah Nabi wafat,” kata Abu Janda.
Sontak saja Mahfud MD, Pakar Hukum Tata Negara yang juga tokoh menyemprot Abu Janda gara-gara pernyataannya itu.
“Ketika Saudara Felix membaca beberapa hadits, lalu dia (Abu Janda) membantah mengatakan bahwa hadits itu kan ada 200 tahun sesudah Nabi wafat,
Wah ini sangat bertentangan. Pandangan ini sangat bertentangan dengan tradisi NU,” kata Mahfud MD.
“Justru NU mengembangkan hadits itu dan tahu bahwa hadits itu memang ditulis dan diteliti secara resmi dalam ilmu mustholah hadits. Itu tahu orang NU. Karena setelah diteliti hadits itu ada tingkatannya,” lanjut mantan ketua MK itu.
 
Sumber : tribunnews/nu.or.id

Usai Olok-Olok Aa Gym, Akun Abu Janda Ditutup Facebook

Akun venomenal yang kerap mengolok-olok Islam akhirnya tumbang, Akun Abu Janda Al-Boliwoodi saat ini tidak bisa dibuka di laman facebook alias sudah dihapus.
Kabar tersebut awalnya kami temukan di sebuah postingan pada 9 februari 2018 didalam satu group yang memberitakan bahwa akun tersebut sudah dihapus oleh pihak facebook.
Kamipun mencoba mengecek kebenaran tersebut, dan benar saja, akun abu janda sudah tidak ada.
Sebelumnya Abu Janda yang mengatasnamakan dirinya sebagai aggota Banser tersebut mengunggah video banjir Jakarta. Video tersebut viral dan dianggap mengolok-olok Aa Gym.
Abu Janda memang kerap menghina beberapa ustad seperti ustad Arifin Ilham, Aa Gym, dan Ulama-ulama yang hadir di acara 212, dimana didalamnya terdapat ketua MUI Kiyai Ma’ruf Amin dengan sebutan hinaan IQ 200 semonas.
Beberapa video parodi Topi Santa, Kavling Surga atau aspirasi Umat Islam kerap kali menjadi bahan hinaan dalam candaan menyesatkan tersebut.
Korbannya seringkali generasi muda milenial mulai dari orang biasa hingga kalangan santri yang ikut menghina Islam setiap kali Abu Janda memposting di akunnya. Tak ayal disebut bagian Dajjal mata satu via media.
 
Disadur : Dakwah Media

Ini Penjelasan Fatwa MUI Soal BBM Subsidi yang di Ungkit Panji Pragiwaksono

JAKARTA — Majelis Ulama Indonesia (MUI) membantah pihaknya telah mengeluarkan fatwa haram tentang bahan bakar minyak bersubsidi.
Sekretaris Jenderal MUI Pusat, Ichwan Sam, mengatakan, wacana tersebut muncul, karena beberapa pihak telah salah mempersepsikan jawaban Ketua MUI Pusat, Ma’ruf Amin seusai bertemu dengan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral pada Senin tahun 2011.
“Jadi, kami tidak pernah mengeluarkan fatwa haram itu. Saya kira miss leading antara pihak yang mendengarkan jawaban Ma’ruf Amin ketika itu. Atau mungkin beberapa dari mereka mengambil dari berbagai sumber, sehingga penyampaiannya ada yang kurang,” ujar Ichwan saat melakukan Konferensi Pers di Kantornya, Jakarta.
Ichwan menuturkan, ketika itu Ma’ruf menjawab pertanyaan seorang pekerja media, mengenai bagaimana hukumnya jika ada orang kaya atau mampu, dan mobilnya mewah, tetapi dia membeli bensin premium (bensin bersubsidi).
Lalu, kiyai Ma’ruf menjawab pertanyaan tersebut, sesuai dengan aturan dari pemerintah yang dibuat bersama dengan pihak DPR, bahwa subsidi harga itu dialokasikan untuk golongan tidak mampu.
Lantas, kiyai Ma’ruf mengatakan, jika ada orang kaya yang ikut menikmati bensin bersubsidi tersebut, maka perbuatan itu tidak pantas, dan hukumnya dosa.
“Nah, di sinilah persoalannya. Jadi, berawal dari pertanyaan rekan wartawan, kemudian berkembang menjadi berita dan isu bahwa MUI akan mengeluarkan fatwa tentang larangan orang kaya membeli bensin premium.
Dan persoalan menjadi semakin melebar ketika beberapa orang yang tidak mengetahui asal-usul munculnya berita tersebut juga ikut nimbrung memberikan komentar dan wacananya, seolah-olah ada fatwa MUI tentang hal itu,” jelasnya.
Oleh karena itu, lanjut Ichwan, pihaknya meminta agar wacana tersebut tidak dibesar-besarkan lagi. Menurut dia, pengertian fatwa di lingkungan MUI sudah ada ketentuan yang mengaturnya.
Berbagai pendapat, wacana, atau nasihat dari seseorang pengurus MUI tidak dapat dinamakan sebagai fatwa.
“Fatwa adalah hasil dari ijtihad secara kelembagaan dan bersama-sama di lingkungan komisi Fatwa. Jadi, dengan ini semoga salah paham mengenai wacana-wacana itu tidak dibesar-besarkan lagi,” tukasnya.
Diketahui sebelumnya Pandji Pragiwaksono membawakan Stand Up yang mengungkit fatwa BBM Subsidi dengan kalimat bernada ejekan.
“MUI di suatu daerah membuat wacana, kalau memakai BBM bersubsidi itu Haram. Nah sekarang ayat Al Qur’an mana yang mengtakan begitu kalau bukan karena titipan,” kata Pandji.
Akibat perbuatan itu Pandji dilaporkan ke Bareskrim Polda Metro Jaya oleh Forum Umat Islam Bersatu.
 
Sumber : Kompas

Jokowi Kunjungi Langsung Pengungsi Rohingya di Bangladesh

Jokowi Kunjungi Langsung Pengungsi Rohingya di Bangladesh

Presiden Joko Widodo di sela kunjungan kerjanya ke Bangladesh menyempatkan diri untuk mengunjungi pengungsi etnis Rohingya dari wilayah Rakhine Myanmar yang mengungsi di kamp pengungsian Jamtoli di Cox’s Bazar, Bangladesh, Minggu (28/1/2018).
Jokowi sempat berinteraksi dengan para pengungsi sambil memberikan bantuan dari pemerintah Indonesia. Jokowi memastikan,bantuan kemanusiaan untuk pengungsi Rohingya di Bangladesh dari Indonesia, akan terus datang.
“Bantuan kemanusiaan ini akan kita berikan secara berkesinambungan. Dan saya juga ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak. Pemerintah Indonesia termasuk masyarakat, LSM kemanusiaan, yang bersama-sama Pemerintah bahu membahu memberikan bantuan kemanusiaaan baik di Myanmar maupun di Bangladesh,” kata Jokowi.
Dalam kunjungan itu, Jokowi melihat langsung kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh para relawan kemanusiaan Indonesia, baik dari pemerintah maupun Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
054248200_1517196638-Jokowi-Pengungsi-Rohingya-6
Jokowi meninjau Indonesia Humanitarian Alliance (IHA)-The Dreamers Medical Camps, yang merupakan salah satu fasilitas kesehatan hasil kerja sama pemerintah, LSM, organisasi, dan masyarakat Indonesia.
Beberapa klinik pengobatan, dan pompa air sumbangan asal Indonesia yang berada di fasilitas kesehatan juga ditinjau oleh Jokowi.
“Sejak awal masalah pengungsi ini muncul, Pemerintah dan masyarakat Indonesia bersama-sama membantu para pengungsi di Cox’s Bazar ini. Dan kita, Indonesia mengapresiasi upaya yang dilakukan Pemerintah Bangladesh dalam membantu masalah pengungsi. Dan sejak awal Pemerintah kita selalu berkoordinasi mengenai kebutuhan di lapangan,” kata Jokowi.
Jumlah pengungsi etnis Rohingya dari wilayah Rakhine Myanmar yang ada di kamp pengungsian Jamtoli di Cox’s Bazar Bangladesh telah mencapai lebih dari 1 juta orang.
Pemerintah dan masyarakat Indonesia dalam waktu dekat berencana akan membangun Rumah Sakit. Saat ini Mobil ambulan dan tenaga medis sudah ada di lokasi pengungsian. Termasuk diantaranya dokter spesialis penanganan gangguan trauma atau kejiwaan.
Kedatangan Jokowi di ke kamp pengungsi Jamtoli di Cox’s Bazar, Bangladesh juga disambut Kepala Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Bambang Sudibyo, Direktur Tanggap Darurat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Junjungan Tambunan, dan Koordinator Indonesian Humanitarian Alliance (IHA) Corona Rintawa.
 
Sumber : VOA Indonesia

Jokowi Kunjungi Langsung Pengungsi Rohingya di Bangladesh

Tengah Malam, Umar bin Khattab Melayani Rakyatnya

Di suatu malam, Khalifah Umar mengajak seorang sahabat bernama Aslam untuk mengunjungi kampung terpencil di sekitar Madinah.
Langkah Khalifah Umar terhenti di dekat sebuah tenda lusuh. Suara tangis seorang gadis kecil mengusik perhatiannya. Khalifah Umar lantas mengajak Aslam mendekati tenda itu dan memastikan apakah penghuninya butuh bantuan.
Setelah mendekat, Khalifah Umar mendapati seorang wanita dewasa tengah duduk di depan perapian. Wanita itu terlihat mengaduk-aduk bejana.
Setelah mengucapkan salam, Khalifah Umar meminta izin untuk mendekat. Usai diperbolehkan oleh wanita itu, Khalifah Umar duduk mendekat dan mulai bertanya tentang apa yang terjadi.
“Siapa yang menangis di dalam itu?” tanya Khalifah Umar.
“Anakku,” jawab wanita itu dengan agak ketus.
“Kenapa anak-anakmu menangis? Apakah dia sakit?” tanya Khalifah selanjutnya.
“Tidak, mereka lapar,” balas wanita itu.
Jawaban itu membuat Khalifah Umar dan Aslam tertegun. Keduanya masih terduduk di tempat semula cukup lama, sementara gadis di dalam tenda masih saja menangis dan ibunya terus saja mengaduk bejana.
Perbuatan wanita itu membuat Khalifah Umar penasaran. “Apa yang kau masak, hai ibu? Mengapa tidak juga matang masakanmu itu?” tanya Khalifah.
“Kau lihatlah sendiri!” jawab wanita itu.
Khalifah Umar dan Aslam segera melihat isi bejana tersebut. Seketika mereka kaget melihat isi bejana itu.
“Apakah kau memasak batu?” tanya Khalifah Umar dengan tercengang.
“Aku memasak batu-batu ini untuk menghibur anakku. Inilah kejahatan Khalifah Umar bin Khattab. Dia tidak mau melihat ke bawah, apakah kebutuhan rakyatnya sudah terpenuhi atau belum,” kata wanita itu.
“Lihatlah aku. Aku seorang janda. Sejak pagi tadi, aku dan anakku belum makan apa-apa. Jadi anakku pun kusuruh berpuasa, dengan harapan ketika waktu berbuka kami mendapat rezeki. Namun ternyata tidak. Sesudah maghrib tiba, makanan belum ada juga. Anakku terpaksa tidur dengan perut kosong. Aku mengumpulkan batu-batu kecil, memasukkannya ke dalam panci dan kuisi air. Lalu batu-batu itu kumasak untuk membohongi anakku dengan harapan dia akan tertidur lelap sampai pagi. Ternyata tidak. Mungkin karena lapar, sebentar-sebentar dia bangun dan menangis minta makan,” ucap wanita itu.
“Namun apa dayaku? Sungguh Umar bin Khattab tidak pantas jadi pemimpin. Dia tidak mampu menjamin kebutuhan rakyatnya,” lanjut wanita itu.
Wanita itu tidak tahu yang ada di hadapannya adalah Khalifah Umar bin Khattab. Aslam sempat hendak menegur wanita itu. Tetapi, Khalifah Umar mencegahnya. Khalifah lantas menitikkan air mata dan segera bangkit dari tempat duduknya.
Segeralah diajaknya Aslam pergi cepat-cepat kembali ke Madinah. Sesampai di Madinah, Khalifah langsung pergi ke Baitul Mal dan mengambil sekarung gandum.
Tanpa mempedulikan rasa lelah, Khalifah Umar mengangkat sendiri karung gandum tersebut di punggungnya. Aslam segera mencegah.
“Wahai Amirul Mukminin, biarlah aku yang memikul karung itu,” kata Aslam.
Kalimat Aslam tidak mampu membuat Umar tenang. Wajahnya merah padam mendengar perkataan Aslam.
“Aslam, jangan jerumuskan aku ke dalam neraka. Kau akan menggantikan aku memikul beban ini, apakah kau mau memikul beban di pundakku ini di hari pembalasan kelak?” kata Umar dengan nada tinggi.
Aslam tertunduk mendengar perkataan Khalifah Umar. Sembari terseok-seok, Khalifah Umar mengangkat karung itu dan diantarkan ke tenda tempat tinggal wanita itu.
Sesampai di sana, Khalifah Umar menyuruh Aslam membantunya menyiapkan makanan. Khalifah sendiri memasak makanan yang akan disantap oleh wanita itu dan anak-anaknya.
Khalifah Umar segera mengajak keluarga miskin tersebut makan setelah masakannya matang. Melihat mereka bisa makan, hati Khalifah Umar terasa tenang.
Makanan habis dan Khalifah Umar berpamitan. Dia juga meminta wanita tersebut menemui Khalifah keesokan harinya.
“Berkatalah yang baik-baik. Besok temuilah Amirul Mukminin dan kau bisa temui aku juga di sana. Insya Allah dia akan mencukupimu,” kata Khalifah Umar.
Keesokan harinya, wanita itu pergi menemui Amirul Mukminin. Betapa kagetnya si wanita itu melihat sosok Amirul Mukminin, yang tidak lain adalah orang yang telah memasakkan makanan untuk dia dan anaknya.
“Aku mohon maaf. Aku telah menyumpahi dengan kata-kata dzalim kepada engkau. Aku siap dihukum,” kata wanita itu.
“Ibu tidak bersalah, akulah yang bersalah. Aku berdosa membiarkan seorang ibu dan anak kelaparan di wilayah kekuasaanku. Bagaimana aku mempertanggungjawabkan ini di hadapan Allah? Maafkan aku, ibu,” kata Khalifah Umar.
27748025_1551642321539415_1990840140556891753_o
27624798_1551866358183678_8537456991402995297_o
 
Sumber : buku Umar bin Khattab sang khalifah Islam