by Danu Wijaya danuw | Dec 23, 2016 | Adab dan Akhlak, Artikel, Dunia
Senin (19/12/2016) malam telah terjadi aksi pembunuhan di ibukota Turki, Ankara, yang menewaskan Duta besar Rusia untuk Turki, Andrey Karlov. Aksi ini dilakukan oleh oknum kepolisian Republik Turki bernama Mevlut Mert Altintas (22 tahun).
Timbul reaksi beragam di media sosial terhadap peristiwa ini. Banyak yang mengecam, namun tak sedikit pula yang membanggakan aksi ini sebagai suatu tindakan heroik dari seorang pemuda muslim yang terbakar ghirohnya atas kekejaman militer Rusia terhadap muslimin di Suriah. Bahkan segelintir muslimin menjuluki Altintas sebagai “mujahidin” karena saat melakukan aksinya itu, Altintas sempat berteriak kata-kata bernada simpati untuk Aleppo yang jika diartikan kedalam bahasa Indonesia kira-kira berbunyi seperti ini: “Jangan lupa Aleppo! Jangan lupa Suriah! Siapa pun yang punya peran dalam penindasan (di Suriah) akan mati satu per satu, Allahu akbar !”.
Benarkah aksi pembunuhan yang dilakukan Altintas bisa dianggap sebagai tindakan heroik yang menunjukkan ghiroh dari seorang pemuda muslim atau justru aksi itu melanggar ajaran agama Islam yang kita muliakan ini ? Disini akan mencoba membahasnya dalam tulisan berikut. Semoga bermanfaat.
Hukum Membunuh Delegasi Dari Suatu Negara
Duta atau delegasi suatu negara atau bangsa yang datang ke negeri kaum Muslimin, dilarang keras untuk dibunuh dan dizalimi, walaupun ia seorang kafir sekalipun. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak membunuh utusan nabi palsu yaitu Musailamah Al-Kadzdzab. Karena Islam memang agama yang adil walaupun terhadap orang kafir sekalipun sekelas nabi palsu dan pengikutnya. Dari Nu’aim bin Mas’ud Al-Asyja’i radhiallahu ‘anhu, ia berkata,
ﺳَﻤِﻌْﺖُ ﺭَﺳُﻮﻝَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻳَﻘُﻮﻝُ ﻟَﻬُﻤَﺎ ﺣِﻴﻦَ ﻗَﺮَﺁ ﻛِﺘَﺎﺏَ ﻣُﺴَﻴْﻠِﻤَﺔَ « ﻣَﺎ ﺗَﻘُﻮﻻَﻥِ ﺃَﻧْﺘُﻤَﺎ » ﻗَﺎﻻَ ﻧَﻘُﻮﻝُ ﻛَﻤَﺎ ﻗَﺎﻝَ. ﻗَﺎﻝ ﺃَﻣَﺎ ﻭَﺍﻟﻠَّﻪِ ﻟَﻮْﻻَ ﺃَﻥَّ ﺍﻟﺮُّﺳُﻞَ ﻻَ ﺗُﻘْﺘَﻞُ ﻟَﻀَﺮَﺑْﺖُ ﺃَﻋْﻨَﺎﻗَﻜُﻤَﺎ
“Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam bersabda kepada kedua utusan (Musailamah Al-Kadzdzab) ketika keduanya membacakan surat Musailamah: “Apa yang kalian yakini?”. Keduanya menjawab, “Kami meyakini seperti yang dia (Musailamah) katakan”. Beliau bersabda, “Demi Allah, kalaulah tidak ada ketentuan bahwa para utusan (delegasi) tidak boleh dibunuh, pastilah aku akan memenggal kalian” (HR. Abu Dawud dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani).
Seorang ulama, Muhammad Syamsul Haq penulis kitab ‘Aunul Ma’bud, menjelaskan hadits ini,
ﻓِﻴﻪِ ﺩَﻟِﻴﻞ ﻋَﻠَﻰ ﺗَﺤْﺮِﻳﻢ ﻗَﺘْﻞ ﺍﻟﺮُّﺳُﻞ ﺍﻟْﻮَﺍﺻِﻠِﻴﻦَ ﻣِﻦْ ﺍﻟْﻜُﻔَّﺎﺭ ﻭَﺇِﻥْ ﺗَﻜَﻠَّﻤُﻮﺍ ﺑِﻜَﻠِﻤَﺔِ ﺍﻟْﻜُﻔْﺮ ﻓِﻲ ﺣَﻀْﺮَﺓ ﺍﻟْﺈِﻣَﺎﻡ،ﺃﻱ ﻋﻨﺪ ﺭﺋﻴﺲ ﺍﻟﺪﻭﻟﺔ
“Hadits ini merupakan dalil haramnya membunuh delegasi/duta utusan orang kafir walaupun ia mengucapkan kalimat kekufuran di depan imam yaitu di depan kepala negara” (‘Aunul Ma’bud,6/208).
Padahal utusan Musailamah itu mengakui Musailamah adalah Nabi dan misi mereka adalah agar Nabi muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallamjuga ikut mengakui kenabian Musailamah (nabi palsu) dan memerintahkan agar daerah kekuasaan kenabian dibagi.
Setelah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca surat Musailamah, beliau berkata kepada kedua utusan tersebut,
ﻣَﺎ ﺗَﻘُﻮﻟَﺎﻥِ ﺃَﻧْﺘُﻤَﺎ ﻗَﺎﻟَﺎ ﻧَﻘُﻮﻝُ ﻛَﻤَﺎ ﻗَﺎﻝَ
“Apa pendapat kalian berdua?” Keduanya menjawab: “Kami berpendapat sebagaimana yang ia sampaikan”.
Artinya kedua utusan tersebut mengakui kenabian Musailamah Al Kadzab.
Bahkan pernah ada kisah utusan/delegasi kafir Quraisy yaitu Abu Rafi’ yang diutus kepada Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam, tetapi ia malah masuk Islam dan tidak ingin kembali kepada orang Quraisy. Namun adilnya Islam, tetap harus mengembalikan delegasi dalam keadaan sehat, utuh dan tidak terzalimi, kepada yang mengutus. Abu Rafi’ berkata kepada Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam:
ﻳَﺎ ﺭَﺳُﻮﻝَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺇِﻧِّﻲ ﻭَﺍﻟﻠَّﻪِ ﻟَﺎ ﺃَﺭْﺟِﻊُ ﺇِﻟَﻴْﻬِﻢْ ﻭَ ﺃَﺑْﻘَﻰ ﻣَﻌَﻜُﻢْ ﻣُﺴْﻠِﻤًﺎ ﻓَﻘَﺎﻝَ ﺭَﺳُﻮﻝُ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﺇِﻧِّﻲ ﻟَﺎ ﺃَﺧِﻴﺲُ ﺑِﺎﻟْﻌَﻬْﺪِ ﻭَﻟَﺎ ﺃَﺣْﺒِﺲُ ﺍﻟْﺒُﺮُﺩَ ﻓَﺎﺭْﺟِﻊْ ﺇِﻟَﻴْﻬِﻢْ ﺁﻣِﻴْﻨًﺎ ﻓَﺈِﻥْ ﻭَﺟَﺪْﺕَ ﺑَﻌْﺪَ ﺫَﻟِﻚَ ﻓِﻲ ﻗَﻠْﺒِﻚَ ﻣَﺎ ﻓِﻴْﻪِ ﺍﻟْﺂﻥَ ﻓَﺎﺭْﺟِﻊْ ﺇِﻟَﻴْﻨَﺎ
“Wahai, Rasulullah. Saya tidak ingin kembali, dan ingin tinggal bersama kalian sebagai muslim”. Lalu Rasulullah bersabda, “Saya tidak akan melanggar perjanjian, dan tidak akan menahan utusan (delegasi). Maka kembalilah kepada mereka dalam keadaan aman. Jika kamu dapati setelah itu di hatimu apa yang ada sekarang, maka kembalilah kepada kami” (HR. Abu Dawud, dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah).
Duta suatu negara adalah utusan/delegasi dari negara lainnya sebagaimana pengertian “duta” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI):
- Orang yang diutus oleh pemerintah (Raja dan sebagainya) untuk melakukan tugas khusus, biasanya ke luar negeri; utusan; misi: raja akan mengirimkan-penjemput yang dikawal oleh satuan kehormatan;
- Orang yang mewakili suatu negara di negara lain untuk mengurus kepentingan negara yang diwakilinya, membantu dan melindungi warga negaranya yang tinggal di negara itu, dan sebagainya
Dari pengertian ini kita ketahui bahwa duta adalah bentuk kerjasama suatu negara dan wajib dilindungi oleh suatu negara. Ini termasuk dalam jenis “kafir mu’ahad” dan dilarang keras dibunuh dan didzalimi bahkan ancamannya sangat keras.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَلَا مَنْ ظَلَمَ مُعَاهِدًا أَوِ انْتَقَصَهُ أَوْ كَلَّفَهُ فَوْقَ طَاقَتِهِ أَوْ أَخَذَ مِنْهُ شَيْئًا بِغَيْرِ طِيبِ نَفْسٍ فَأَنَا حَجِيجُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Ketahuilah, siapa yang menzalimi seorang kafir mu’ahad, merendahkannya, membebaninya di atas kemampuannya atau mengambil sesuatu darinya tanpa keridhaan dirinya, maka saya adalah lawan bertikainya pada hari kiamat” (HR. Abu Daud, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Al Jami’ ).
Beliau juga bersabda,
ﻣَﻦْ ﻗَﺘَﻞَ ﻣُﻌَﺎﻫَﺪًﺍ ﻟَﻢْ ﻳَﺮَﺡْ ﺭَﺍﺋِﺤَﺔَ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔِ ﻭَﺇِﻥَّ ﺭِﻳْﺤَﻬَﺎ ﺗُﻮْﺟَﺪُ ﻣِﻦْ ﻣَﺴِﻴْﺮَﺓِ ﺃَﺭْﺑَﻌِﻴْﻦَ ﻋَﺎﻣًﺎ
“Siapa yang membunuh kafir Mu’ahad ia tidak akan mencium bau surga dan sesungguhnya bau surga itu tercium dari perjalanan empat puluh tahun” (HR. Al Bukhari).
Terkait aksi pembunuhan ini, pakar ilmu hadist di negara jiran, Malaysia,yaitu DR. Rozaimi Ramle, yang memperoleh gelar PhD dari University of Jordan di Jordania, menulis pada halaman Facebooknya:
“Terbaca berita terkini mengenai Duta Rusia ditembak di Turki. Saya terkejut dengan tindakan ini. Islam agama yang sangat beradab. Tidak boleh dibunuh wakil negara kafir walaupun negara itu memusuhi Islam. Yang boleh hanya halau beliau pulang ke negara asalnya. Jika ingin berperang maka ada adab dan hukumnya. Jangan semberono menghukum orang lain. Sabda Nabi sallallah alaih wasallam:
من قتل معاهدا لم يرح رائحة الجنة
Maksudnya: siapa yang membunuh muahid (orang kafir yang masuk ke negara Islam dengan ada akad damai) maka tidak akan bau syurga. (HR Bukhari)
Sabda Nabi sallallah alaih wasallam:
والله لولا أن الرسل لا تقتل لضربت أعناقكما
Maksudnya: jika tidak kerana wakil negara kafir tidak boleh dibunuh sudah pasti aku pancung tengkuk kamu berdua (wakil Musailimah al-Kazzab). (HR Abu Daud)
Sumber : middle east update, muslim.or.id
by Danu Wijaya danuw | Dec 20, 2016 | Dunia
Mana yang benar, ketika banyak media berseliweran antara yang membela Presiden Suriah Bashar Assad dan yang mendukung oposisi rakyat Suriah sendiri dalam pertempuran Aleppo akibat kekejaman rezim Assad.
Mari kita lihat kejahatan perang Assad karena melanggar peraturan PBB yaitu membom Tempat Ibadah/Masjid dan Rumah Sakit. Berikut beberapa foto kekejaman rezim Assad tanpa pandang bulu demi melanggengkan kekuasaannya setelah didemo banyak rakyat Suriah, dimana tindakan Assad membom banyak Masjid dan Rumah Sakit :
1. Masjid Usman bin Affan di Deir al-Azor diserang Bashar Assad

2. Masjid Khalid bin Walid di Homs Suriah di hujani peluru rezim Assad

3. Masjid Ummayad yang hancur diterjang serangan militer Suriah

4. Kubah Masjid di Deir al-Zor yang rusak berlubang dihancurkan mortir militer Suriah

5. Kondisi parah masjid dan bangunan disekitarnya di bombardir bom barel militer Assas

6. Sudah 700 lebih masjid telah dihancurkan rezim Assad

Kemudian banyak rumah sakit yang menjadi korban jet-jet tempur dan helikopter dari militer rezim Assad tanpa pandang bulu yang mengakibatkan banyak dokter tewas, staff dan pasien tak berdosa merenggut nyawa. Berikut beberapa daftar rumah sakit yang menjadi korban kekejaman rezim Assad
1. Rumah sakit terbesar di Aleppo M10 di bom barel militer Assad.

2. Bom Assad hancurkan Rumah Sakit Kafranbel, dokter asing dan pasien lansia tewas

3. Rumah Sakit Anak-anak di Aleppo luluhlantak di Bom Assad dan Rusia


4. Bank Darah yang menjadi kebutuhan penting di Aleppo diterjang rudal militer rezim Assad

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Marc Ayrault mengutuk pemboman rumah sakit terbesar M10 dan fasilitas kesehatan lainnya, menggambarkan serangan itu sebagai kejahatan perang.
Organisasi Physicians for Human Rightsmendokumentasikan 313 serangan terhadap fasilitas kesehatan dan 679 staf medis tewas semenjak perang pecah pada 2011 hingga akhir Agustus 2016.
“Pemerintah Suriah harus bertanggung jawab atas serangan ini,” tulis pernyataan organisasi itu, seperti dikutip The Guardian, Jumat (23/10/2015). “Secara konsititusi, serangan ke rumah sakit adalah kejahatan perang.”
Ditambah lagi laporan BBC, sekurangnya tiga dokter dan 14 pasien meninggal dunia dalam sebuah serangan udara atas sebuah rumah sakit di kota Aleppo Suriah, dari organisasi Medecins Sans Frontieres (MSF). Jet-jet tempur dan helikopter pemerintah Suriah dilaporkan membombardir rumah sakit
Asosiasi Dokter Independen, 20 bom barel atau IED terbang menghantam rumah sakit pada Rabu pagi. Asosiasi ini juga melaporkan bahwa lima rumah sakit dan satu klinik telah dibom.
Sumber : International sindonews, liputan6, BBC, Guardian, Merdeka.com
by Danu Wijaya danuw | Dec 17, 2016 | Dunia
Apa yang terjadi di Aleppo belum lama ini sebenarnya merupakan musibah bagi umat Islam. Pasalnya, ketika Kota Aleppo dibom oleh tentara Bashar al-Assad dengan sekutunya, media Barat yang getol mengangkat isu HAM justru bungkam jika pelanggaran HAM mendera kaum Muslim.
Pemimpin Muslim sendiri kebanyakan berpangku tangan atas tragedi ini, bahkan media mainstream dalam negeri pun seakan jengah melansir berita riilnya, padahal korban yang berjatuhan kebanyakan warga sipil.
Tragedi Aleppo yang memakan banyak korban dewasa ini, mengingatkan kita pada peristiwa tragis kejatuhan Aleppo di tangan Mongolia.
Saat itu Hulaghu Khan dan bala tentaranya sampai di Aleppo, 2 Shafar, 658 Hijriah (al-Bidayah wa al-Nihayah, 13/253), kondisi kota begitu mencekam. Hulaghu mengerahkan tentaranya untuk mengepung Aleppo. Ketika itu, Tauransyah, Paman al-Nâshir Yusuf diamanahi memegang kendali kepemimpinan Aleppo. Sedangkan al-Nâshir sendiri, menjauh dari Aleppo.
Syahdan, alat berat manjaniq (mangonel atau manganon, sebagai senjata untuk melempar batu besar (di zaman sekarang barangkali serupa tank) dipasang di sekeliling Aleppo. Mulailah tentara Mongolia membombardir benteng Aleppo (dalam Qishhatu al-Tatar min al-Bidâyah ilâ `Ain Jâlût, 187).
Di saat bersamaan, daerah Miyafarqin (sekarang bernama Silvan, di wilayah Turki) di bawah komando al-Kamil Muhammad al-Ayyubi bisa diruntuhkan, hal ini semakin menciutkan nyali penduduk Aleppo.
Semakin beringaslah serbuan tentara Tatar ketika mendengar keruntuhan Miyafarqin. Pengepungan Kota Aleppo berlangsung selama tujuh hari penuh (al-Bidayah, 13/253). Di saat genting itu, Hulaghu memberi tawaran kepada penduduk Aleppo, bagi yang mau membukakan pintu gerbang, maka akan dijamin keamanannya. Masyarakat pun bingung. Ada yang tak setuju (seperti Turansyah dan pengikutnya yang ingin tetap melawan), tapi kebanyakan masyarakat setuju kemudian membukakan pintu gerbang.
Janji pun diingkari (memang demikian karakter mereka sepanjang sejarah). Hulaghu menitahkan pada prajuritnya agar semua penduduk dibunuh, kecuali orang Nashrani. Terjadilah tragedi memilikukan dalam sejarah.
Para bapak, ibu, dan anak-anak disembelih dengan sangat sadis. Sampai akhirnya, Tauransyah pun yang berlindung di dalam Benteng Aleppo bersama prajuritnya, bisa ditaklukkan dalam jangka empat Minggu. Semua dimusnahkan, kecuali Turansyah, karena alasan politik tertentu yang sedang dijalankan Hulaghu. Inilah akhir tragis penduduk Aleppo pada tahun 658 H, di tangan Mongolia.
Bila kita mengamati kondisi Aleppo saat ini, dengan kondisi Aleppo saat ditaklukkan Hulaghu Khan, ada beberapa kesamaan.
Pertama, pada waktu itu Aleppo mengalami krisis kepemimpinan. Saat itu Aleppo dipimpin oleh Emir keturunan Shalahuddin al-Ayyubi bernama al-Nâshir Yusuf.
Tidak seperti kakeknya yang dikenal pemberani dan peduli terhadap urusan umat, dia justru menjadi duri dalam daging umat. Perangainya begitu rendah dan hina, karena lebih mementingkan nafsu pribadi dibanding urusan umat.
Dalam sejarah, ia tercatat sebagai orang yang bersekongkol dengan Raja Luwis IX untuk memberi bantuan memerangi Mesir dengan imbalan Baitul Maqdis. Dia pula yang memudahkan langkah tentara Mongolia menginvasi Baghdad; memberi ucapan selamat kepada Hulaghu saat mendapatkan kemenangan gemilang; bahkan enggan membantu al-Kâmil Muhammad al-Ayyûbi selaku Emir Miyafarqin walau sekadar bantuan makanan.
Ironisnya, saat Aleppo dibombardir oleh tentara Mongolia, dirinya justru berada di Damaskus yang berjarak sekitar 300 kilo meter dari Aleppo.
Di waktu lain, al-Nâshir Yusuf pernah mengutus anaknya yang bernama al-`Azîz memimpin pasukan Muslim Aleppo untuk bergabung dengan pasukan Tatar menyerang Miyafarqin, bahkan memberikan hadiah kepada Hulaghu (Syamsuddin Adz-Dzahabi, dalam Târîkh al-Islâm wa Wafayât al-Masyâhîr wa al-A`lâm,48/28).
Bayangkan, demi kepentingan pribadi, saudara sesama Muslim pun bisa dikorbankan. Pemimpin beginilah yang kala itu menguasai Aleppo. Persis seperti pemimpin Suriah sekarang, demi kepentingan pribadi dan golongan, akhirnya rakyat menjadi korban.
Kedua, secara umum umat Islam pada waktu itu kondisi umat terpecah belah. Ketiga, banyak terjadi perselisihan dan persengketaan.Keempat, perebutan kekuasaan di internal umat begitu menggejala, perang saudara pun tak dapat dihindarkan.
Kejadian ini persis dengan kondisi umat Islam sekarang yang kebanyakan terpecah belah, berebut kekuasaan, bermusuhan, bahkan tak jarang terjadi perang saudara antara sesama negara Muslim.
Oleh: Mahmud Budi Setiawan (Penulis alumni Al Azhar Mesir, peminat masalah sejarah)
Sumber : Hidayatullah
by Danu Wijaya danuw | Dec 15, 2016 | Dunia
Presiden Suriah Bashar al-Assad adalah sosok di balik kekerasan sistematis yang dialami rakyatnya sendiri. Hal itu tertera dalam laporan PBB. Assad membunuh puluhan ribu orang, menggunakan senjata kimia yang dilarang PBB, merudal bantuan PBB, membunuh anak-anak, wanita, ulama, merubuhkan masjid, sekolah dan rumah sakit. Dan membiarkan militan syiah menyerang penduduk sunni suriah yang berpotensi membantai habis lelaki dan memperkosa wanita suriah.
Assad menikah dengan Asma’ al-Akhras, seorang syiah suriah. Istrinya hidup berglamour mewah berdasarkan situs wikileaks. Assad dalam pemerintahannya didukung oleh pemerintah Iran, China dan Rusia, ia menganut idealisme sosialis komunis. Dalam pemahamannya, Assad mengikuti sekte syiah Ghulat atau dikenal syiah Nushairiyah.
Menurut peneliti senior dari International Institute for Strategic Studies, Emilie Hokayem, al-Assad sama kejam dengan ISIS.
“Laporan yang saya baca sungguh tak nyaman. Dan bagaimana bisa mereka mengatakan Assad harus tetap dalam kekuasaan untuk membuat stabilitas dan melawan ISIS serta Al-Qaeda? Ia sama kejamnya dengan kelompok itu, ” tulis Hokayem dalam Twitter-nya yang ia unggah pada Kamis 11 Februari 2016.
Laporan itu memuat salah satu kisah pembelot dalam rezim Assad yang diberi kode nama ‘Caesar’. Mantan tentara Suriah itu mengatakan Assad telah membunuh 10.000 orang sejak Juli 2014.
“Angka itu jelas merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan,” tulis Caesar dalam laporan PBB tersebut.
“Mereka yang berhasil keluar dari penjara mengalami kekerasan yang tak bisa dibayangkan oleh akal sehat,” kata Ketua Komisi Independen untuk Suriah, Paulo Pinheiro.
“Bagi penduduk Suriah, ketakutan akan penahanan atau penculikan merupakan horor yang menghantui mereka di seluruh penjuru negeri,” tambahnya.
Laporan itu juga meminta Dewan Keamanan untuk memberi sanksi pada Assad. Rusia adalah pendukung utama Assad. Mereka mengkategorikan siapapun yang melawan rezim adalah teroris. Menurut Caesar, Rusia tak bisa membedakan mana ISIS dan oposisi.
Sementara itu, negeri beruang merah itu lebih banyak menyerang pemberontak dan oposisi yang didukung sekutu AS, Turki dan Arab Saudi. Namun, ISIS dibiarkan dan makin mencengkeramkan kukunya.
Menurut laporan lain dari lembaga kemanusiaan IRIN, 10 persen kematian di Suriah akibat ISIS, sementara rezim Assad bertanggung jawab atas 75 persen kematian.
Sementara itu, menurut PBB, sistem penjara Suriah dilaporkan melakukan penyiksaan hingga para oposisi hingga tewas. Terus berlangsung hingga kini.
Setelah 5 tahun perang, dunia internasional terbagi konsentrasi antara ISIS dan simpatisan Assad. Warga sipil kurang memperoleh perhatian.
Dialog antara oposisi dan rezim yang sejatinya berlangsung minggu lalu gagal. Tim perunding hanya bisa menyepakati penghentian permusuhan antara keduanya. Namun, serangan udara Rusia tetap dijalankan dan Moskow ‘mengancam’ sekutu perang jika mereka meminta menghentikan aksinya itu.
by Danu Wijaya danuw | Dec 10, 2016 | Dunia
Mendengar kata Mongol atau Tatar, nalar kita dengan cepat menyasar pada sifat-sifat anti peradaban. Trauma sejarah, kontak pertama dunia Islam dengan mereka adalah alasannya. Saat itu, bangsa Mongol adalah orang-orang nomad yang bengis, sadis dalam peperangan, dan penghancur peradaban.
Saat Mongol memporak-porandakan dunia Islam, orang-orang menyangka, kehancuran umat Islam telah dimulai. Namun siapa sangka, musuh yang begitu keras permusuhannya, amat membenci ajaran Islam, dan menindas pemeluknya, tiba-tiba menjadi saudara.
Asal-Usul Bangsa Mongol
Orang-orang Mongol berasal dari Gurun Gobi, di ujung utara negeri Tiongkok. Mereka adalah kaum penggembala yang penyembah berhala, bintang, dan sujud pada matahari kala sang surya terbit di ufuk timur. Agama mereka adalah Samanisme. Suatu aliran kepercayaan yang mensucikan ruh-ruh nenek moyang. Dan mempersembahkan kurban kepada hewan-hewan buas.
Kata Tatar adalah sebutan untuk suku Mongol, Turk, Uygur, Seljuk, dan suku lainnya yang menghuni area Gurun Gobi. Jadi, Tatar itu lebih luas cakupanya dibanding Mongol. Namun kata Mongol juga sering digunakan untuk menyebut suku-suku di atas. Apabila ditinjau dari wilayah kekuasaan Jenghis Khan yang meliputi suku-suku tersebut.
Memeluk Islam
Mungkin orang-orang bertanya, apa yang ditinggalkan bangsa Mongol selain menghancurkan dan melakukan pembantaian? Apa yang terjadi pada mereka setelah tragedi Baghdad dan Perang Ain Jalut?
Setelah 35 tahun masuk wilayah Islam dan berinteraksi dengan kaum muslimin, orang-orang Mongol mulai tertarik dengan agama Islam. Bahkan, tidak sampai 50 tahun, mayoritas dari mereka telah memeluk agama yang mulia ini. Mongol pun terbagi menjadi Mongol muslim dan Mongol paganis (penyembah berhala). Mereka korbankan persaudaraan sesuku demi membela agama ini.
Meskipun telah menjadi muslim, ada sifat-sifat asli bangsa Mongol yang tidak hilang. Baik kepercayaan maupun karakter. Memang, Islam telah merubah mereka, tapi perubahan itu tidak terjadi menyeluruh seperti generasi awal Islam dulu.
Di sisi lain, kita tidak boleh melupakan jasa-jasa mereka. Orang-orang Mongol telah memberikan sumbangsih besar dalam peradaban Islam. Bahkan apa yang mereka lakukan tidak pernah terjadi sebelumnya dan tidak terulang lagi di masa setelahnya. Wilayah-wilayah yang belum pernah diinjak oleh kaum muslimin menjadi negeri Islam. Dari ujung timur hingga perbatasan provinsi-provinsi Arab, dan batas-batas Eropa, menjadi wilayah Islam.
Pembagian Daulah Mongol

Jenghis Khan menginvasi banyak wilayah hingga kerajaannya memiliki wilayah yang sangat luas. Ia membagi-bagi wilayah kekuasaannya kepada anak-anaknya dari istri pertama. Mereka adalah :
- Putra tertua, Jochi : menguasai wilayah Rusia, Khawarizm, Kaukasus, dan Bulgaria.
- Chagatai : menguasai wilayah-wilayah Uygur, Turkmenistan barat, dan negeri-negeri seberang sungai.
- Tolui : menguasai wilayah Khurasan, Persia, wilayah-wlayah Asia Kecil, dan sebagian wilayah Arab.
- Ogedei : menguasai wilayah Mongol, Tiongkok, Turkmenistan timur, dan wilayah-wilayah kekuasaan Jenghis Khan di sebelah timur.
Tersebarnya Islam di Tengah Masyarakat Tatar
Tak terbayangkan sebelumnya, tiba-tiba dakwah Islam menyebar begitu saja di tengah orang-orang Mongol. Dakwah masuk ke hati mereka tanpa tombak-tombak dan pedang-pedang. Juga tanpa perebutan kekuasaan. Begitulah kemuliaan agama ini, pun dikenal oleh musuh-musuhnya. Menyentuh hati-hati mereka. Menundukkan ruh raga yang telah mengalahkan kaum muslimin.
Ketertarikan masyarakat Mongol terhadap Islam memang terbilang unik. Karena sebelumnya mereka menyerang dan menyebar bagaikan hama belalang di suatu perkebunan. Merusak dan menghancurkan. Tiba-tiba mereka menjadi saudara dan tunduk dengan petuah para ulama.
Thomas Walker Arnold, seorang sejarawan dan orientalis asal Inggris, juga merasakan keheranannya. Dalam bukunya The Preaching of Islam, ia mengutarakan perasaan herannya pada para penakluk itu sekaligus rasa takjub dengan kesungguhan pendakwah Islam.
Mereka mengalahkan tantangan besar dan melewati ujian yang sulit dalam berdakwah. Arnold takjub bagaimana bisa pendakwah Islam bisa mengalahkan pendakwah Budha dan Kristen dalam menarik hati penguasa Mongol. Padahal Islam adalah musuh Mongol. Ditambah mereka memiliki hati yang keras, yang sebelumnya tertutup tidak menerima keyakinan kecuali Samanisme.
Sebelumnya, nasib para ulama Islam adalah dibunuh atau ditawan. Jenghis Khan memerintahkan hukuman mati bagi siapa saja yang menyembelih hewan seperti kurban yang dilakukan umat Islam. Hal ini terus berlangsung hingga masa Kubilai Khan. Dan Kaisar Mongol dari Dinasti Ilkhan, Arghun Khan (1284-1291), juga melakukan penyiksaan terhadap umat Islam di negeri mereka.
Tentu, masuknya sejumlah besar bangsa Mongol ke agama Islam adalah sebuah peristiwa yang luar biasa. Wilayah mereka yang luas pun menjadi wilayah Islam.
Pelajaran/Hikmah
Hati manusia itu di tangan Allah. Bisa jadi hari ini orang yang membenci, esok hari ia sangat mencintai. Dan sebaliknya, hari ini membela esok menjadi pencela. Kita memohon kepada Allah agar senantiasa menetapkan hati kita di atas agamanya.
Sumber:
http://islamstory.com/ar/دخول-المغول-في-الإسلام
Oleh Nurfitri Hadi (@nfhadi07)
Disadur artikel KisahMuslim.com
by Danu Wijaya danuw | Nov 21, 2016 | Dunia
Organisasi Kerjasama Islam disingkat OKI yang beranggotakan negara-negara Islam sangat peduli terhadap isu dunia Islam diberbagai negara, termasuk muslim rohingya.
Sekjen OKI Bertemu Suu Kyi Bahas Muslim Rohingya
Sekretaris Jenderal Organisasi Kerjasama Islam (OKI) Iyad Ameen Madani bertemu dengan Aung San Suu Kyi, Penasihat Negara Pemerintah Myanmar, di sela-sela sidang Majelis Umum PBB di New York, Rabu 21 September 2016.
Dalam pertemuan tersebut, Suu Kyi menyampaikan tentang upaya pemerintah Myanmar untuk mempromosikan pemerintahan yang demokratis dan mengakhiri konflik agama dan rasial di negaranya.
Sekjen OKI Madani menyerukan upaya lebih untuk memperbaiki situasi kemanusiaan di wilayah Arakan. Madani menggambarkan, penganiayaan penduduk Rohingya oleh Myanmar sebagai tragedi HAM dan menyatakan keprihatinan OKI atas masalah ini.
“OKI telah sangat prihatin dengan Rohingya. Muslim di Myanmar telah mengalami kekejaman. Mereka sekarang bahkan sedang dirampas kebangsaannya. Kebangsaan telah diambil dari mereka,” kata Madani.
Sekjen OKI juga menekankan bahwa banyak dari mereka tinggal di kamp-kamp tanpa akses ke pendidikan, kesehatan dan perumahan
“Forum terakhir adalah Dewan HAM PBB di Jenewa di mana resolusi dibuat berdasarkan tindakan yang dilakukan oleh negara-negara anggota OKI. Yang jelas kita mengecam pemerintah Myanmar,” katanya.
Ia menambahkan, OKI juga berusaha untuk memulai dialog antara Muslim dan Buddha, dan dua pembicaraan telah diselenggarakan di Thailand dan Malaysia.
Bantuan OKI
OKI pernah bekerjasama dengan PMI (Palang Merah Indonesia) saat diketuai Yusuf Kala. OKI dan PMI sudah membangun 4000 rumah sebagai tempat tinggal warga muslim Rohingya.
Rekomendasi OKI Untuk Rohingya
Organisasi Konferensi Islam (OKI) di Kuala Lumpur mengeluarkan tiga rekomendasi terhadap penyelesaian konflik Muslim Rohingya.
Pertama, bantuan kemanusiaan melalui pembentukan internasional fund dan dikoordinir dengan baik sehingga sampai ke korban kekerasan baik yang sudah menyelamatkan diri di Banglades maupun yang masih di Provinsi Rakhine.
Kedua, tim diplomasi secara kontinu menemui pemerintah Myanmar dan Bangladesh, agar sekatan-sekatan terhadap etnis Rohingya dicabut.
Ketiga, adanya penyelesaian permanen masalah rohingya dengan pengakuan hak-hak dasar mareka seperti status warganegara, dan ini akan dilakukan pendekatan diplomatik baik melalui ASEAN, OKI, dan PBB sehingga penderitaan Muslim Rohingya cepat berakhir.
Adli menuturkan, OKI Bidang Urusan Kemanusiaan membahas isu permasalahan kemanusiaan terhadap etnis Rohingya yang mendiami bagian barat Myanmar.
Pertemuan OKI Bahas Rohingya
Pertemuan konsultasi kemanusiaan OKI dipimpin oleh Kepala Divisi Kemanusiaan OKI, Atta El Manan Bakhit. Pertemuan konsultasi ini disampaikan dalam pertemuan pemimpin negara OKI di Mekkah pada 5 Agustus 2012 lalu untuk mengakhiri kekerasan terhadap etnis muslim Arakan / Rohingya.
“OKI mengutuk kekerasan terhadap masyarakat minoritas muslim Rohingya yang menderita sejak beberapa dekade, khususnya sejak Myanmar diperintah oleh junta militer pada tahun 1982,” ungkap Adli Sekretaris eksekutif International Concern Group For Rohingya yang bermarkas di Bangkok, Thailand.
Bakhit menyerukan seluruh anggota OKI dan masyarakat internasional meminta Myanmar menghentikan kekerasan terhadap minoritas muslim dan membawa pelaku kekerasan ke pengadilan dan mengakui hak-hak dasar masyarakat Rohingya khususnya status kewargenaraan dan mendapat perlakuan yang sama terhadap etnis rohingya sama dengan etnis lainnya di Myanmar.
Penjelasan Perwakilan Arakan Rohingya Union (ARO)
Sementara itu, perwakilan Arakan Rohingya Union (ARO) Kamaruddin menjelaskan Rohingya adalah bangsa minoritas yang paling teraniaya di dunia. Tidak ada negara yang mengakui padahal mereka telah mendiami daerah ini ratusan tahun, junta mengusir kami, memperkosa perempuan-perempuan, merampas harta, dikejar bagai binatang, Bangladesh memusuhi kami, kami dari etnis mayoritas di provinsi Arkhine yang terdiri 17 kabupaten.
“Sekarang kami menjadi minoritas di negeri kami, Tiada makanan untuk kami makan, walau untuk berbuka puasa, tiap hari dalam dua bulan ini korban meninggal kelaparan, dibunuh, disiksa dan lain-lain. Kain kafan pun tidak ada sehingga kami kebumikan dengan apa adanya,” pinta Kamaruddin.
Soal Rohingya OKI Ingin Dialog Langsung dengan Myanmar
Organisasi Kerjasama Islam (OKI) berkeinginan kuat untuk membuka dialog langsung dengan Myanmar.
Sebagai perwakilan resmi dari dunia Muslim OKI ingin bekerjasama dan berkontribusi dalam pembangunan sosial-ekonomi di Myanmar yang masih miskin.
Hal itu disampaikan Sekjen OKI Ekmeleddin Ihsanoglu yang sedang memimpin kunjungan ke Myanmar. Ihsanoglu juga menekankan pentingnya menyokong HAM, serta menyampaikan keprihatihannya terhadap pelanggaran HAM Rohingya dan Muslim di Myanmar
Perwakilan dari Myanmar turut menghadiri pertemuan delegasi OKI dengan Wakil Presiden, Sai Mauk Kham yang juga menjabat ketua Komite Pusat Implementasi Perdamaian dan Stabilitas serta Pembangunan di Negara Bagian Rakhine. Dan jurubicara parlemen Nanda Kwayswaron.
Berbicara atas nama delegasi, Ihsanoglu menyampaikan maksud OKI yang ingin mewujudkan perdamaian dan pembangunan bagi semua pihak.
Desakan OKI terhadap Korban Rohingya
OKI mendesak Myanmar agar memberikan akses dan menghilangkan hambatan dalam penyaluran bantuan kemanusiaan untuk orang-orang dan komunitas di Rakhine (Arakan) tanpa pandang bulu.
OKI juga menekankan perlunya menghilangkan prasangka dan kesalahpahaman di antara kedua belah pihak, serta mengajak untuk membina hubungan saling percaya dan harmonis antaragama.
Langkah OKI di Forum Dunia Internasional bagi Muslim Rohingya
Sekjen OKI sedang berupaya keras di tingkat global, untuk menekan Myanmar agar mengambil tindakan mengakhiri penderitaan komunitas Rohingya.
Upaya-upaya itu sedang dilakukan lewat kantor OKI di Jenewa, New York dan Brussels guna memfasilitasi dunia internasional mengintervensi Myanmar dalam masalah tersebut.
OKI sedang berhubungan dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa, Dewan HAM PBB, Uni Eropa dan organisasi internasional lainnya diantaranya ASEAN, untuk menghentikan krisis kemanusiaan di Myanmar.
Kegiatan Delegasi OKI Bahas Rohingya Lintas Agama
Delegasi OKI juga melakukan pertemuan dengan Kelompok Persahabatan Antar agama yang beranggotakan perwakilan dari 4 agama; Hindu, Budha, Islam dan Kristen.
Mereka saling bertukar pandangan tentang akar masalah dan konflik antara Muslim dan Budhis di Arakan, serta bagaimana cara membangun kepercayaan dan harmoni di antara kedua komunitas itu.
Sumber : Arabnews, mirajnews, acehtribunnews, hidayatullah